Mohon tunggu...
Pablito del Sol
Pablito del Sol Mohon Tunggu... Freelancer - LEVANTATE Y ANDA! Hidup adalah sejarah dalam rangkaian Sabda

Penikmat Sabda dalam linea kata

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Waspada Corona "Beranak Kembar"! Ini yang Perlu Kita Perhatikan

19 April 2020   17:09 Diperbarui: 19 April 2020   17:11 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, covid 19 sedang menghadirkan dan membawa kita kembali  kepada kita sebuah tantanan sosial paling primitif dan alamiah. Tatanan ini tampak dalam gelagat sebagaian manusia yang, oleh berbagai alasan, telah memandang sesamanya sebagai serigala yang menakutkan. Inilah yang lebih kita kenal dengan homo homini lupus, sebagaimana dikatakan oleh Tomas Hobes. 

Namun, jauh sebelum Hobes, adagium ini sudah disebutkan oleh Plautus dengan arti yang sama. Ini tentu sangatlah alamiah dan menjadi bagian yang menyatu dengan kenyataan biologis jauh sebelum masuk dalam kesadaran rasional. 

Covid 19 telah mengubah cara pandang sebagian kita terhadap sesama. Sesama manusia bukan lagi dipandang sebagai sahabat bagi sesamanya, sebagaimana yang digaungkan oleh Seneca, melainkan dipandang sebagai musuh yang menakutkan.

Apa yang perlu kita perhatikan? 

Kenyataan kedua di atas sangat tampak pada situasi kita saat ini. Kita harus menjaga jarak, seolah-olah yang dihadapan kita itu bukanlah manusia yang berakal dan berperasaan. Yang di hadapan kita terpaksa dilihat sebagai "penyebar" covid 19 sehingga perlu mengaja jarak. Hal ini terjadi tidak saja ketika seseorang masih hidup, dimana ia masih berkehendak, melainkan sampai ketika seseorang sudah menjadi "jasad"pun harus dipandang dalam perspektif yang sama. 

Dalam kerangka berpikir dan bertindak demikianlah maka sebagian orang, sebagaimana kita ketahui, berusaha untuk menjaga jarak sampai menolak sesamanya yang terpapar posiif vocid 19. Bahkan sampai menolaknya dari lingkungan tempat tinggalnya. Tidak hanya itu saja. Para korban covid 19 yang meninggal dunia, jenazhnya ditolak oleh sesamanya. Betapa menyedihkan, bukan?

Terlepas dari alasan dan faktor yang membuat orang jatuh dalam perspektif homo homini lupus dalam masa pandemi ini, pertanyaan fundamental yang harus segera kita jawab adalah: apa yang perlu kita perhatikan selama menghadapi pandemi ini?

Secara singkat, penawar yang mampu memerangi cara pandang yang berlebihan (boleh juga disebut keliru)  ini adalah dengan menyuntikkan vaksin sikap altruisme dalam kebersamaan di tengah pandemi. Altruisme di sini maksudnya adalah kita memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan orang lain terlebih dahulu daripada kepentingan pribadi. 

Tentu ini sangat sulit, namun kita boleh berkaca untuk itu kepada para medis, relawan dan semua pejuang kemanusiaan yang rela membantu para korban covid 19 melampaui ketakutan akan terpapar wabah yang sama. Altruisme, hemat saya, mampu menembus dan melampaui keegoisan. Altruisme sesungguhnya telah menjadi kebajikan dalam setiap agama. 

Vaksin altruisme ini hendaknya lebih dahulu disuntukkan kepada kita daripada vaksin covid 19 itu sendiri. Karena covid 19 sesungguhnya hanya melahirkan sebuah situasi "kemungkinan" timbulnya sikap egois, namun kita sendirilah yang harus mampu memilih dengan bijaksana apa yang harus kita lakukan kepada sesama dalam masa pandemi ini.

Pada akhirnya, covid 19 tidak mendoktrinkan atau memaksa secara kejam agar kita meninggalkan kebajikan kita, melainkan hanya melahirkan kemungkinan yang tidak serta merta juga kita harus pilioh untuk menjadi homo homini lupus est. Sebaliknya, covid 19 sedang menguji seberapa jauh kita mampu berkorban bagi sesama dan memandang sesama sebagai sahabat.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun