Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Fabel: Belalang Batu dan Pasukan Semut Rangrang

7 Januari 2021   22:02 Diperbarui: 7 Januari 2021   22:06 1434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu, sewaktu masih SD aku cukup sering dikisahkan oleh guruku bermacam cerita fabel. Cerita bertajuk fantasi tentang hewan ini biasanya berisikan pesan moral yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Dan sekarang, kehidupan pun berubah, hatta, aku telah menjadi guru SD. Nah, berarti kali ini gantian aku yang menuangkan cerita fabel. Oke, fix. Aku mulai! Kisahnya tentang si belalang batu dan pasukan semut. Cuzz!

Cerita Fabel: Belalang Batu dan Pasukan Semut Rangrang

Di sebuah pondok tua tak berpenghuni, hiduplah seekor belalang batu dan seribu ekor semut rangrang.

Mereka sudah lama berteman. Dulu, sewaktu belalang batu masih berbentuk nimfa, ia terpisah oleh teman-temannya, hingga datangnya seekor semut rangrang penyelamat. Belalang batu kecil akhirnya dirawat oleh pasukan semut, dan tinggal bersama di sebuah pondok tua.

"Duhai belalang, kita keluar, yuk. Cari makan. Persediaan makanan bulan ini sudah menipis, sedangkan telur-telur sang ratu akan segera menetas, " ucap seekor semut rangrang pekerja.

"Ah, kalian saja deh yang pergi. Aku mau duduk dan lompat-lompat santai bersama semut jantan dan betina. Toh mereka kan tidak perlu capek-capek cari makan," pungkas belalang batu seraya berguling-guling di ampas kayu.

Pasukan semut pekerja kesal. Tapi, ya, mau bagaimana lagi. Belalang batu jauh berbeda dengan mereka.

Belalang sejak pertama kali dia tertolong hinggalah hari ini hidupnya selalu bahagia, disayang oleh para semut ratu. Dia tak perlu berpayah kerja. Duduk manis saja sembari menanti semut pekerja mengumpulkan biji dan segenap stok makanan lainnya.

"Teman-teman, kok sikap belalang batu makin hari makin jelek begitu, ya. Malasnya makin meningkat. Padahal dulu kan..."

"Sudah, sudah. Tak perlu engkau ungkit masa lalu. Memangnya kamu menyesal ya telah menyelamatkan dan mengajar si belalang batu untuk melompat?"

Seekor semut pekerja tadi menghela napas. Dia tak mau mengingat segunung kebaikan masa lalu. Dia sudah ikhlas.

***

Malam sudah hampir menjelang, akhirnya rombongan semut pekerja pun pulang ke pondok tua. Mereka membawa banyak sekali makanan. Ada yang membawa biji-bijian, remah-remah buah, dan ada pula yang membawa roti sisa makanan manusia.

"Asyik! Makan lagi, makan lagi. yey...." Belalang batu jadi kegirangan setelah melihat begitu banyak makanan. Meski begitu, dia pun tak menyuruh para semut pekerja untuk segera makan. Belalang mulai sok berkuasa dan menjadi pengatur rombongan semut rangrang.

"Hei, tunggu dulu. Demi menjaga stok makanan kita agar tahan lama, maka mulai sekarang seratus ekor semut pekerja yang berbaris paling depan akan aku berikan makanan satu porsi, sedangkan sisanya hanya setengah porsi," tegas belalang batu yang mulai bersikap layaknya raja semut.

"Apa? Kok jadi begini? Kan kami sama-sama kerja?" tegas salah satu semut rangrang yang masih menggendong bangkai cicak kering.

"Iya, begitu. Kalian lelet sih. Jadi semut pekerja itu harus gesit!" pungkas belalang batu seraya melompat-lompat di atas ampas kayu.

Alhasil, ratusan semut rangrang pekerja yang berbaris paling belakang jadi semakin kesal. Mereka sudah lelah. Selama ini, merekalah yang paling setia melayani ratu, serta mengabdi dengan ikhlas.

Sebagian semut rangrang pekerja berbaris di belakang karena beban bawaan mereka berat. Mereka enggan menghalangi semut pekerja lain yang membawa makanan lebih ringan. Dengan begitu, mereka tak khawatir jikalau nanti ratu tiba-tiba lapar.

"Baiklah kalau begitu. Kami akan menerima aturan ini. Tapi, wahai belalang batu, kau harus buktikan dulu bahwa dirimu mampu mengumpulkan makanan. Tidak perlu banyak-banyak. Satu porsi saja. Jikalau engkau bisa, maka kami akan ikut aturanmu."

"Oke. Siapa takut! Tolong pegang janji kalian, ya! Aku akan pergi sekarang juga!"

Matahari sudah hampir tenggelam sepenuhnya, tapi belalang batu nekat pergi ke hutan demi mencari makanan. Padahal ketika malam tiba, banyak hewan pemakan belalang yang keluar mencari mangsa.

Ada ayam hutan, burung, katak, hingga kucing liar yang siap menyergap si belalang batu.

Salah satu semut rangrang pekerja yang sekarang sedang beristirahat di pondok tua jadi khawatir. Soalnya selama ini belalang batu belum pernah cari makan ke hutan. Jangan-jangan dia akan tersesat.

"Teman-teman, aku pergi mencari belalang batu, ya. Kasihan dia, mana bisa dia mencari makan sendiri. toh selama ini si belalang tak pernah ikut kita pergi ke hutan," terang salah satu semut.

"Ah, kamu tak usah sok perhatian deh. Biarin saja dia tersesat. Selama ini dia kan tidak pernah kerja. Hanya tidur-tiduran saja. lihat saja perutnya, sudah sebuncit itu!" tegas semut rangrang lain seraya berkesal hati.

Meski demikian, seekor semut rangrang pekerja tadi tetap teguh ingin menyusul si belalang batu. Dirinya sangat takut jikalau nanti terjadi apa-apa dengan belalang.

***

"Meong...meong....meong!" Tidak jauh dari posisi semut rangrang pekerja, terdengar suara kucing di dekat semak belukar yang mengeong dengan kerasnya.

"Tolong...tolong...tolong...jangan makan aku!"

Hah! Itu suara belalang batu! Semut rangrang pekerja tadi langsung berlari menuju sumber suara. Dan ternyata benar, dilihat dari kedua matanya bahwa sang belalang batu sudah dicengkram oleh kucing.

Semut rangrang pun mulai mengatur siasat. Dia ingin menolong belalang karena biar bagaimanapun sang belalang batu sudah menjadi keluarga besar pasukan semut rangrang.

Sang kucing belum sadar dengan kebedaannya karena fokus masih tertuju kepada belalang batu si calon mangsa. Perlahann demi perlahan semut rangrang melangkah di sebalik rerumputan hingga akhirnya...

Dia berhasil mengigit kaki kiri kucing dengan menerobos bulu-bulu. Sang kucing yang segera sadar lalu menghentakkan kaki. Sedihnya, semut rangrang tadi malah terlempar dan salah satu kakinya patah.

Di sisi lain, belalang batu yang tadi hampir dimangsa akhirnya selamat dan mampu membebaskan diri. Dia segera sembunyi di sebalik kayu yang menyerupai warna kulitnya, sedangkan kucing tadi segera pergi entah ke mana.

Di saat itu pula belalang batu sadar bahwa dirinya salah. Dirinya egois, juga tak tahu balas jasa. Semut rangrang sudah susah-susah menyelamatkan dirinya bahkan merawatnya, tapi belalang batu malah berbuat jahat kepada segenap pasukan semut rangrang.

Alhasil, setelah kondisi mulai aman, belalang batu pun menggendong semut rangrang yang kesakitan pulang ke pondok tua. Dirinya pula meminta maaf yang sebesar-besarnya. Pada saat itu juga, belalang batu berjanji untuk menjadi pribadi yang lebih baik, rajin, dan mau bekerja keras.

TAMAT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun