Mereka datang ke sekolah untuk mengambil tugas, sementara itu guru melakukan refleksi atas pembelajaran. Durasinya tidak lama, tapi, cukuplah untuk mendapat gambaran sejauh mana pengetahuan yang didapat siswa saat belajar dari rumah.
Di sela-sela refleksi tadi pagi, saya merasa bahwa anak-anak mulai menikmati PJJ. Mereka cukup bersemangat menanyakan berapa nilai tugas-tugasnya, bagaimana komentar saya terhadap tugas yang mereka racik, dan mulai menebak-nebak tugas seperti apa lagi yang akan saya berikan.
Guru mana yang tidak semangat kalau sudah “dibeginiin” oleh siswa-siswinya. Satu poin penting yang saya dapatkan, yaitu, anak-anak sudah terlepas dari kengerian “tugas maha berat.”
Dengan adanya lembar kerja yang kreatif sekaligus manajemen waktu yang oke, anak-anak mulai bisa menata “mau dibawa ke mana” kelas mereka. Apakah ini berlaku untuk guru lain? Semoga saja, ya.
Kiranya, inilah salah satu “keindahan” dari PJJ ketika guru dan siswa mau menikmatinya. Terlepas dari segala keruwetan, polemik serta keluh kesah yang belum berkesudahan, rasanya proses adaptasi PJJ perlu dinikmati. Ya, walaupun hanya sejenak layaknya menghela napas.
Usulan sudah kita hadirkan ke meja Kemendikbud, berarti, tinggal mereka lagi yang harus bergerak. Sebenarnya, tidak hanya kita yang di lapangan saja yang harus beradaptasi, mereka para pemangku kebijakan juga harus peka.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H