Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menghela Nafas Sejenak | PJJ Akan Terasa Lebih "Indah" Saat Dinikmati

3 Agustus 2020   20:04 Diperbarui: 3 Agustus 2020   20:19 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Kevin Phillips dari Pixabay

Dari sana, semua pihak bisa saja tersalahkan. Mengapa tak berikan kuota gratis, mengapa gurunya kurang pengertian dengan ketidak-berdayaan anak, mengapa Mas Nadiem seakan tak peduli, dan lain sebagainya.

Semua penuh dengan mengapa dan mengapa, tanpa ada karena, tanpa ada “begini saja”. Lalu, anak-anak bisa apa? Anak-anak bisanya belajar, dan kalau memungkinkan, mereka rela numpang di tempat-tempat tertentu yang kuotanya dibayar oleh pemerintah.

Hanya itulah cara mereka menyindir Mas Nadiem, menyindir Kemendikbud, menyindir dinas pendidikan daerah setempat agar mau lebih intens menjalin komunikasi dengan para pemangku kebijakan “urusan sinyal.”

Anak-anak tidak bisa keras-keras menyindir. Kecuali kalau mereka sudah jadi politisi, barulah mereka bisa terus berkoar-koar tentang urusan kependidikan. Mudah saja kalau sudah begitu. Mereka punya nama, punya jabatan, sehingga para jurnalis akan senantiasa “menggoreng” dan meliputnya.

Satu teriak “enggak becus” , satu lagi teriak “reshuffle, mundur saja!”. Ibaratkan bunyi sebuah gentong kosong, teriakan itu begitu rongak. Jarang rasanya kita dapatkan ada “air” dari gentong, alias jalan keluar.

Kita cukup paham bahwa pandemi yang sudah bergulir hampir setengah tahun ini begitu menyiksa seluruh sektor, tidak terkecuali sektor pendidikan. Meski demikian, rasanya kalau kita terus berkeluh tanpa mau menerima dan menghadapi kenyataan, repot juga, ya!

PJJ akan Terasa Lebih “Indah” Saat Dinikmati

Gambar oleh Kevin Phillips dari Pixabay
Gambar oleh Kevin Phillips dari Pixabay

Entah sadar, entah tidak. Perlahan-lahan suasana PJJ mulai bisa dinikmati oleh sebagian guru dan siswa. Bukan tentang subsidi kuota dari pemerintah, bukan juga tentang smartphone baru yang dibeli orang tua. Tapi ini tentang bagaimana pelaku pendidikan menghadapi PJJ.

Sebagian guru dan siswa? Yang mana? Yaitu mereka yang mencoba menghela napas sejenak dari keruwetan PJJ hari ini. Yaitu mereka yang mencoba menyingkirkan keluh, menerima kenyataan, ketimpangan hingga kesenjangan antara sekolah-sekolah “berada” dengan sekolah 3T.

Lagi, kita sama-sama tahu bahwa hari ini kondisi pendidikan begitu pelik dan meresahkan. Darinya, kita butuh inovasi, kreasi, serta variasi agar PJJ terasa lebih bermakna.

Untuk mencapai “keindahan” alias PJJ yang bermutu, sudah pasti harus ada kerelaan alias sikap menerima kenyataan terlebih dahulu, walau sementara. Bukan berarti putus asa dan enggan menuntut lebih loh, ya!

Tadi saat di sekolah, saya sempat berjumpa dengan anak-anak. Di minggu keempat tahun ajaran baru 2020/2021 para siswa masih harus belajar di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun