Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menembus Hujan dan Dingin Mencapai Puncak Eoseungsaengak

2 November 2024   12:54 Diperbarui: 3 November 2024   07:43 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalur Eoseungsaengak dipenuhi dedaunan musim gugur. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Perjalanan dari Kota Jeju ke lokasi hampir satu jam. Saya hampir saja mengubah rencana perjalanan untuk terus ke Seogwipo karena hujan deras turun. 

Ternyata di bus, ada 3 pendaki yang juga menuju ke Eoseungsaengak. Kami berempat turun di halte bus Hallasan National Park. Jadilah saya memiliki rekan mendaki.

Jejak keindahan musim gugur di jalur masuk Eorimok Hiking Trail.(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Jejak keindahan musim gugur di jalur masuk Eorimok Hiking Trail.(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Hujan semakin deras saat turun bus. Bergegas saya memakai mantel hujan. Ransel kecil juga saya pasangkan cover untuk melindungi paspor, dompet dan peralatan elektronik. 

Tiba di halaman parkir UNESCO World Heritage Hallasan National Park, cuaca makin dingin. Hujan pun makin keras dan kabut tebal menutupi pandangan. 

Kabut tebal menutupi area parkir Eorimok Hallasan National Park. (Sumber: Dokumentasi Pribadi).
Kabut tebal menutupi area parkir Eorimok Hallasan National Park. (Sumber: Dokumentasi Pribadi).

Hujan, angin, kabut dan dingin ternyata tak menyurutkan nyali para pendaki. Sejumlah bus VIP limosine khas Jeju datang membawa rombongan wisatawan dari Eropa. Mereka datang untuk mendaki. Terlihat jelas dari peralatan yang mereka bawa. 

Mempertimbangkan kondisi cuaca yang sulit untuk berubah menuju cerah tanpa hujan, saya memutuskan untuk segera mendaki Eoseungsaengak. Cerita perjalanan saya baru berubah jika jalur mendaki ditutup.

Saya sempat was-was juga. Jika jalur ditutup karena cuaca buruk, artinya saya wajib menunda pendakian. 

Jalur Eoseungsaengak dipenuhi dedaunan musim gugur. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Jalur Eoseungsaengak dipenuhi dedaunan musim gugur. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Menjelang pukul 10 pagi, tak menunggu lama setelah memperbaiki posisi ransel dan mantel, saya langsung bergerak dari toilet umum menuju pintu rimba jalur Eoseungsaengak Hiking Trail. Saya sempat berbincang singkat dengan seorang pendaki yang menanyakan arah jalur ke Eorimok Hiking Trail.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun