Perjalanan dari Kota Jeju ke lokasi hampir satu jam. Saya hampir saja mengubah rencana perjalanan untuk terus ke Seogwipo karena hujan deras turun.Â
Ternyata di bus, ada 3 pendaki yang juga menuju ke Eoseungsaengak. Kami berempat turun di halte bus Hallasan National Park. Jadilah saya memiliki rekan mendaki.
Hujan semakin deras saat turun bus. Bergegas saya memakai mantel hujan. Ransel kecil juga saya pasangkan cover untuk melindungi paspor, dompet dan peralatan elektronik.Â
Tiba di halaman parkir UNESCO World Heritage Hallasan National Park, cuaca makin dingin. Hujan pun makin keras dan kabut tebal menutupi pandangan.Â
Hujan, angin, kabut dan dingin ternyata tak menyurutkan nyali para pendaki. Sejumlah bus VIP limosine khas Jeju datang membawa rombongan wisatawan dari Eropa. Mereka datang untuk mendaki. Terlihat jelas dari peralatan yang mereka bawa.Â
Mempertimbangkan kondisi cuaca yang sulit untuk berubah menuju cerah tanpa hujan, saya memutuskan untuk segera mendaki Eoseungsaengak. Cerita perjalanan saya baru berubah jika jalur mendaki ditutup.
Saya sempat was-was juga. Jika jalur ditutup karena cuaca buruk, artinya saya wajib menunda pendakian.Â
Menjelang pukul 10 pagi, tak menunggu lama setelah memperbaiki posisi ransel dan mantel, saya langsung bergerak dari toilet umum menuju pintu rimba jalur Eoseungsaengak Hiking Trail. Saya sempat berbincang singkat dengan seorang pendaki yang menanyakan arah jalur ke Eorimok Hiking Trail.