Memasuki bulan November, musim gugur di Pulau Jeju mulai memasuki masa puncak. Waktu ini adalah salah satu yang dicari wisatawan untuk mendaki ke kawasan Hallasan National Park.Â
Meskipun seantero Pulau Jeju memiliki jejak musim gugur yang ditandai dengan mulai menguning kemerah-merahan dan rontoknya dedaunan, namun mendaki ke salah satu puncak gunung di Hallasan National Park tetap menjadi prioritas wisatawan.
Demikianlah yang turut saya lakukan. Di tengah guyuran hujan yang tak kunjung berhenti sejak hari Kamis malam, tak menyurutkan semangat saya untuk pergi mendaki sambil menikmati keindahan musim gugur di Pulau Jeju.
Puncak yang saya jadikan prioritas hari ini adalah Eoseungsaengak. Salah satu oreum atau puncak kawah vulkanis di Pulau Jeju ini berlokasi di Eorimok. Satu jalur masuk dengan Eorimok Hiking Trail.Â
Jalur menuju Eoseungsaengak ada di sebelah kiri sementara Eorimok di sebelah kanan.Â
Eoseungsaengak sendiri adalah salah satu primadona jalur hiking. Puncaknya tidak setinggi Witse Oreum di jalur Eorimok. Ketinggiannya hanya 1.169 meter.Â
Jalurnya pun tak serumit Eorimok. Meskipun ada beberapa titik yang sedikit terjal dan membuat betis mengeluh.Â
Saya berangkat dari pusat Kota Jeju menuju Eoseungsaengak pada pukul 08:30 pagi ditemani hujan. Agar rencana pendakian berjalan lancar, saya membawa mantel hujan. Mantel lebih fleksibel dari pada payung.Â
Menggunakan bus nomor 240 yang mengarah ke Seogwipo, perjalanan penuh kabut dan hujan. Bus melaju perlahan.Â
Memasuki area Jeju National Cemetery, dedaunan makin semarak menutupi badan jalan. Pemandangan musim gugur yang menawan.Â