Khusus babak kedua, pelatih Stuttgart, Sebastian Hoeneb merespon rencana strategi Thiago Motta. Juventus sama sekali tak berdaya di babak pertama dengan hanya menghasilkan sekali usaha. Hoeneb sudah memastikan Motta akan tampil menyerang.
Konsep menyerang justru tetap dipertahankan Hoeneb. Permainan terbuka mulai terjadi. Hasilnya, memang kreatifitas Juventus meningkat.
Stuttgart mengejutkan Juventus pada menit ke-48 lewat gol Deniz Undav. Tetapi VAR menganulir gol tersebut karena Undav terlebih dulu melakukan handball.
Petaka kemudian mulai menerpa Juventus di menit ke-81. Danilo menerima kartu kuning. Hanya berselang 3 menit, kartu merah dikeluarkan wasit untuk bek tengah Brasil setelah tinjauan VAR. Kartu merah dan hadiah penalti untuk Stuttgart.Â
Juventus masih bernafas lega, Mattia Perin dengan gemilang menepis tendangan penalti gelandang asal Prancis, Enzo Millot.Â
Ketika Juventus telah bermain dengan 10 pemain, sebenarnya hanya menunggu waktu saja bagi Stuttgart untuk mencetak gol.
Rotasi Thiago Motta dengan menarik gelandang Khephren Thuram dan menggantikannya dengan bek muda Jonas Jakob Rouhi selanjutnya menjadi sinyal kekalahan Juventus. Bagaimanapun, Rouhi belum punya pengalaman matang di laga genting.Â
Hanya berselang 2 menit setelah Rouhi merumput, Stuttgart mencetak gol kemenangan lewat striker El Bilal Toure. Pemain pengganti Stuttgart ini memaksimalkan umpan Enzo Millot.
Sisa waktu 7 menit injury time tak mampu membuat Juventus menyamakan skor.
Kekalahan ini tentunya sangat menyesakkan bagi Juventus. Namun demikian, banyak pelajaran berharga yang didapatkan Thiago Motta.Â
Liga Champions berbeda dengan kompetisi domestik. Kesiapan mental pemain, strategi dan stok pemain sangat berpengaruh.Â