Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Perjalanan Bersejarah Menaklukkan Puncak Gunung Tertinggi Korea Selatan

14 Oktober 2024   18:10 Diperbarui: 14 Oktober 2024   20:55 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Baeknokdam, puncak Gunung Hallasan, Pulau Jeju, Korea Selatan. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Seongpanak lebih landai dan menjadi pilihan sebagian besar pendaki, anak-anak usia SD dan lansia bahkan bisa tembus ke puncak dari jalur Seongpanak. Untuk summit attack dari Seongpanak memang landai. 

Nah, meskipun lebih pendek, jalur Gwaneumsa memilik tanjakan "super mewah" dan vegetasi hutan yang lebih lebat dari pintu masuk hingga Samgakbong Shelter. Pendaki pemula tidak disarankan lewat Gwaneumsa. 

Saya pun memutuskan pendakian pada tanggal 3 Oktober dengan pertimbangan, hari itu adalah hari libur nasional Korea Selatan, hari Jumat masih libur karena Holiday School di Jejuseo Middle School, Sabtu dan Minggu bisa saya jadikan waktu istirahat setelah pendakian. Usai menyetujui semua persyaratan pendakian, saya menerima pesan lewat email terkait kode khusus untuk registrasi dan selanjutnya saya diminta memasukkan nomor Kakao. Tiket pendakian saya terima lewat aplikasi Kakao.

Untuk mengurangi rasa pegal di betis dan lutut, saya kompres dengan es batu. Hari Rabu malam saya sempatkan lari kecil keliling Sammu Park sebanyak 6 kali agar betis dan lutut saya tidak kram esok hari. 

Sebotol air mineral, beberapa potong roti tawar dan snack saya bawa sebagai bekal makan siang di puncak. Mengandalkan petunjuk jalan menggunakan Naver Maps, saya memulai pendakian dengan naik bus pagi pukul 5:30 dari pusat kota Jeju. 10 menit kemudian ganti bus di Jeju City Hall menuju Gwaneumsa Buddhist Temple. Di sini, saya memilih naik taksi mengingat pendakian saya akan dibatalkan secara otomatis jika tidak sampai di pos check in sebelum pukul 8 pagi. 

Saya tak perlu menggunakan aplikasi untuk pesan taksi. Langsung saya tahan saja. Dengan menggunakan bahasa Inggris saya berkomunikasi dengan sopir taksi. Ia tidak paham. Saya terjemahkan lewat aplikasi Papago dan ia langsung tersenyum. Ia pun mengantar saya ke lokasi pos pendakian sejauh 2,3 km. Kami masih berbincang dengan bahasa Korea di mana saya dibantu oleh aplikasi Papago. Sopir taksinya sangat ramah dan komunikatif. Ia tersenyum saat saya mengatakan bahwa saya dari Indonesia dan punya tugas mengajar beberapa minggu di Pulau Jeju.

Pukul 07:25, saya tiba di Gwaneumsa District Campground. Suasana masih sepi, sedikit berkabut dan agak dingin. Tanpa pikir panjang saya langsung ke pos check in. Petugas meminta kode registrasi yang dikirimkan lewat aplikasi Kakao. Saya dimintai Paspor. Usai di-scan, saya dipersilahkan memasuki pintu pendakian.

Dari pos depan, kami hanya 2 orang di pagi itu. Di depan saya seorang wanita sekitar 30 tahunan lebih duluan sekitar 50 meter. Sangat sunyi sepanjang jalur awal pendakian sejauh 3,2 km menuju Tamna Valley. Jalur awal ini masih landai dan masuk kategori hijau ke kuning. 

Di Tamna Valley, ujian pertama menanti. Setelah menuruni anak tangga papan yang menukik sejauh 100 meter, di ujung jembatan langsung berhadapan dengan tanjakan "super mewah" menukik tajam seperti memanjat tiang listrik sejauh kirang lebih 100 meter. Beruntung ada tali pengaman pada kedua sisi jalur trekking.

Melewati Tamna Valley, hanya sedikit bonus. Sisanya mendaki terus menuju titik Ant Back hingga Samgakbong Shelter. Total ada 2 lokasi titik toilet dan rest area yang bisa digunakan istirahat sejenak, yakni di pertengahan jarak Tamna Valley dan Ant Back, serta di Samgakbong Shelter.

Saya mulai merasakan ada yang kirang beres di bagian belakang lutut kanan. Jika melangkah seperti ada urat tertarik. Sesekali saya urut. Semangat saya masih full. Harus tuntas hari ini. Saya melangkah dengan pelan dan perlahan. Beberapa pelari trail run berpapasan dengan saya turun dari puncak. Sejumlah pendaki juga sudah mulai meninggalkan saya. Mereka berombongan 4-8 orang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun