Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Eorimok Hiking Trail, Jalur Menuju Surga Kecil Di Pulau Jeju (Bagian 1)

4 Oktober 2024   15:07 Diperbarui: 5 Oktober 2024   05:50 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

"Annyeonghaseyo"

Sekelompok anak usia SMP berpapasan dengan saya. Mereka ditemani satu orang guru. Suara mereka ramai. Tak terlihat rona muka capek sama sekali. 

Lalu, tak lama saya juga berjumpa dengan satu keluarga kecil yang sedang menuntun sepasang anak mereka. Usai anak saya perkirakan 4-5 tahun. Luar biasa, anak sekecil itu sudah mampu mendaki bersama orang tuanya. 

Daun kekuningan berjatuhan mulai ramai menghiasi jejak langkah dan pandangan. Ya, musim gugur telah memasuki minggu keempat di Pulau Jeju. 

Pada ketinggian 1.400 mdpl, hutan lebat masih melindungi badan. Batang-batang pohon mencengkeram kuat tanah dan bebatuan vulkanik. Sedikitpun tak ada jejak penebangan liar. Batang pohon yang sudah mulai lapuk diberi tanda bendera merah. Hal ini dimaksudkan agar pendaki tidak bersandar atau memegangnya. 

Tak terasa, setelah kurang lebih 40 menit, jalur bebatuan vulkanik berakhir. Jalur mulai landai menyambut langkah saya. Jalan kini berganti trek balok-balok kayu yang ditata sangat rapi dan kuat. 

Vegetasi tumbuhan pun mulai berubah. Dari pepohonan berbatang besar berganti pohon pinus dan cemara serta beragam tumbuhan semak lainnya. 

Ah....saya menghirup udara segar di tengah cuaca yang sangat dingin. Tiba-tiba pula kabur tebal langsung menutupi area pandangan disertai hujan rintik-rintik. 

Beruntung hujannya hanya sementara saja. Satu lagi, saya tak membawa mantel hujan dan payung. Semoga hujan deras tidak turun. 

Perjalanan saya mulai nyaman. Area terbuka dengan pohon-pohon pinus dan cemara khas gunung Hallasan menemani. Seolah berjalan di tengah deretan pohon Natal. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun