Mengurai cerita perjalanan seakan tiada habisnya. Semakin jauh kita melangkah semakin berseri pula cerita yang terekam oleh memori. Saat ini telah memasuki bulan ketiga saya terlibat sebagai pengajar praktik.Â
Terdapat 5 Calon Guru Penggerak yang menjadi tanggungjawab saya. Dua CGP berada di sekitar kota Makale, sementara tiga CGP lainnya berada di pinggiran Tana Toraja.Â
Di sela-sela melaksanakan Pendampingan Individu Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 9 Kabupaten Tana Toraja, saya juga menyaksikan perubahan-perubahan yang dilakukan oleh  Calon Guru Penggerak. Kali ini saya terkesima oleh satu sekolah tempat CGP dampingan saya mengabdikan diri.Â
UPT SDN 3 Bittuang yang dulunya bernama SDN 183 Inpres Balla Bittuang adalah nama sekolahnya. Di sini mengajar CGP yang saya dampingi bernama Selpina Panglawa, S.Pd. Ia sudah lama mengajar di sekolah ini sebagai guru honorer. Puji syukur, ibu Selpina telah diterima sebagai ASN PPPK dan ditempatkan kembali di sekolahnya.Â
Sesuai dengan namanya, UPT SDN 3 Bittuang berlokasi di Bittuang, ibu kota Kecamatan Bittuang. Di bawah kepemimpinan kepala sekolah Anthon Appulembang, S.Pd., sekolah ini memiliki banyak perubahan. Terutama ketika menjadi salah satu sekolah dasar penyelenggara kurikulum merdeka.Â
Salah satu pemicu perubahan di UPT SDN 3 Bittuang adalah berbekal memiliki satu guru yang lolos sebagai pengajar praktik program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 4 Kabupaten Tana Toraja pada tahun 2021 yang lalu. Ibu Gusriani, S.Pd. banyak membawa informasi hasil dari perolehan ilmu sebagai pengajar praktik.Â
Ditambah kreatifitas kepala sekolah yang berjiwa seniman, halaman sekolah, ruangan kelas, ruangan guru, bak sampah, tanaman, dll mengalami banyak perubahan dari segi penataan.Â
Taman-taman bunga di halaman sekolah tampak asri. Berjejer pula beberapa pondok-pondok sebagai tempat istirahat atau sekedar makan bagi guru dan murid.Â
Halaman sekolah terbagi dua dengan penataan yang sangat bagus. Halaman utama sebagai lapangan upacara ditata seperti lapangan stadion. Sementara halaman kedua yang ada di ketinggian di depan ruang guru dan ruang kepala sekolah juga tak kalah indah dan asri.Â
Ketika memasuki pintu gerbang sekolah, suasana asri, teduh dan sejuk mengundang kita untuk bertahan lama di lingkungan sekolah. Saya sudah tiga kali mengunjungi sekolah ini.Â
Ada pengalaman menarik dari sisi pendidikan karakter yang melekat dalam pikiran saya. Setiap kali datang, semua murid yang melihat atau berpapasan dengan saya dengan ramah menyapa tanpa ada rasa canggung dan kikuk.Â
"Selamat pagi pak guru." Entah berapa puluh kali ungkapan ini saya terima mulai dari memarkir motor hingga berjalan di antara para murid yang sedang bermain.
Guru-guru dan tendiknya pun ramah, bahkan hingga pada tukang kebun dan pramusaji dari kantin. Ramah dan murah senyum. Ditambah lagi saya langsung disuguhi kopi khas Bittuang yang rasanya luar biasa.Â
Lengkap sajiannya dengan gorengan di samping segelas kopi. Oya, kopi dari Bittuang, saat ini menjadi produk andalah Kapal Api yang telah mengelola perkebunan kopi PT Sulotco di kampung Bolokan, sekitar 10 km dari kota Bittuang.
Di sebelah kanan pintu gerbang, terdapat satu karya istimewa hasil rancangan dari tangan kreatif bapak Anthon Appulembang. Ada peta timbul wilayah Indonesia.Â
Lengkap dengan pulau-pulaunya. Peta timbul ini berupa kolam mini dengan hiasan peta Indonesia yang dibuat dari rabat beton. Di depan peta timbul ada penodk mini dengan empat tempat duduk beton mengelilinginya.Â
Suasana inilah yang membuat murid, guru dan bahkan tamu merasa betah di sekolah ini. Hmmm...mungkin pengetahuan geografi dan IPS murid-murid SDN 3 Bittuang ini secara tidak langsung terasah oleh kehadiran peta timbul ini.
Beberapa pohon rindang besar tumbuh dengan daun rimbun mengelilingi halaman sekolah. Sekali lagi asri dan sejuk suasananya, ditambah hawa sejuk Bittuang, terasa lengkap sudah.
Berjalan di tengah lapangan sembari membalas murid yang berlarian kesana- kemari memberikan keakraban yang luar biasa. Tak ada sampah berserakan.Â
Kelas-kelas di sisi timur, barat dan utara riuh dengan adegan kelasnya masing-masing. Sepintas terlihat lewat ventilasi jendela, kelas-kelas penuh hiasan dinding dan alat peraga pembelajaran.Â
Kunjungan ketiga untuk pendampingan individu 3 PGP kali ini tidak sempat bersua kepala sekolah. Saya berpapasan dengan beliau di kampung Se'seng. Ia berpakaian hitam-hitam.Â
Saya pastikan ia ke acara kedukaan. Dan memang benar sesuai informasi dari CGP ibu Selpina Panglawa. Ibu Selpina mengajak saya masuk ke ruang guru. Di sana terpajang beberapa flyer yang menandakan adanya kegiatan komunitas belajar dan kegiatan-kegiatan di luar pembelajaran intrakurikuler lainnya.Â
Tidak lama berselang, datanglah murid-murid kelas 1 yang merupakan anak wali dari ibu Selpina. Satu per satu para murid menyalami saya. Mereka percaya diri, sopan dan ceria.Â
Tak terganbar rasa canggung atau malu bertemu orang baru seperti saya. Wah, sepertinya ini adalah aksi nyata dari ibu Selpina tentang budaya positif.
Kegiatan PI 3 saya laksanakan di salah satu pondok mini yang ada di depan ruang guru. Suasana sejuk dan asri dengan angin sepoi-sepoi membuat saya memilih tempat ini untuk kedua kalinya. Diskusi saya dengan CGP berlangsung penuh keakraban dan sesekali diselingi tawa kami.
Menurut ibu Selpina, UPT SDN 3 Bittuang pernah meraih juara sekolah dasar adiwiyata tingkat Kabupaten Tana Toraja, tapi saya lupa menanyakan tahun berapa.Â
Tahun ini, sekolah ini kembali terpilih sebagai juara pertama sekolah adiwiyata se-Kecamatan Bittuang. Dengan demikian, sekolah ini lolos ke seleksi tingkat kabupaten.Â
Berbekal pandangan mata saya, hampir semua aspek yang nampak membuat sekolah ini layak meraih prestasi tertinggi di ajang sekolah adiwiyata. Karakter murid, guru, tendik dan kepala sekolah sudah tak diragukan lagi.Â
Pada PI 2 sekitar 6 pekan yang lalu, bapak Anthon menyampaikan bahwa ia tidak pernah memberikan tekanan atau paksaan kepada guru dan tendik terkait kedisiplinan. Ia menerapkan cara yang komunikatif, ramah dan tidak menyinggung perasaan guru dan tendik.Â
Ia juga memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada guru-guru untuk berkreasi di sekolah dalam rangka mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid.Â
Penataan kelas dan pengembangan bahan ajar dikembangkan sendiri oleh guru-guru. Meskipun sekolah ini jauh dari ibu kota kabupaten, yakni menempuh sekitar 2 jam  naik mobil, namun guru dan murid tidak ketinggalan oleh peningkatan mutu pembelajaran.
Bapak kepala sekolah bersama pengajar praktik dan CGP juga aktif mendorong guru-guru yang memenuhi syarat untuk mengikuti program pendidikan guru penggerak.Â
Memasuki seleksi angkatan ke-10, terdapat 3 tambahan guru yang mengikuti seleksi. Bagi saya ini adalah motivasi yang besar untuk mendorong guru-gurunya melakukan perubahan meskipun sekolah ini hanya didukung oleh beberapa orang guru PNS/ASN PPPK ditambah tenaga honor.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H