Kemudian tidak semua balon listrik yang ada di rumah dinyalakan, hanya pada tempat-tempat tertentu yang dianggap paling dibutuhkan cahayanya. Misalnya di emper rumah, kamar mandi, ruang makan, dan kamar tidur.Â
Uniknya lagi, jika tidak ada kegiatan di ruangan-ruangan tersebut, maka secara refleks warga akan memadamkan lampu. Dapur, ruang makan, dan kamr mandi akan gelap di malam hari.Â
Warga hanya menyalakannya saat digunakan saja. Bahkan, emper rumah sekalipun pun dipadamkan lampunya. Pola hidup dan kebiasaan  ini menggambarkan terjadinya rumah hemat energi.
Jadi, tidak mengherankan jika berkunjung ke kampung-kampung di Toraja, masih banyak rumah yang dijumpai seolah gelap gulita tanpa lampu di malam hari.Â
Bukannya tidak ada lampu, hanya dipadamkan oleh yang empunya rumah. Tambahan pula, orang Toraja sudah terbiasa tidur di malam hari tanpa cahaya lampu. Kebiasaan ini pula yang membuat banyak orang Toraja tak bisa tidur jika ada lampu yang menyala di kamar atau di sekitar tempatnya tidur.Â
"Kita bukan anak-anak ayam petelur yang selalu hidup di bawah cahaya lampu sepanjang hari atau kita bukanlah anak-anak babi yang baru lahir yang butuh cahaya lampu listrik agar tetap hangat."Â
Ungkapan ini seringkali diucapkan oleh warga manakala mendapati seseorang sesama warga Toraja yang selalu menyalakan lampu listrik di rumahnya meskipun bukan malam hari.Â
Konon, jika tidur di malam hari di bawah cahaya lampu, maka badan akan pegal-pegal, terasa ngilu atau terasa lemas ketika bangun di pagi hari. Entahlah, apakah ada benarnya atau tidak, pola pemikiran tersebut masih ada hingga kini dan diterapkan oleh mayoritas orang tua di Toraja.
Rumah-rumah panggung warga Toraja pun tidak dimanjakan dengan fasilitas instant seperti rice cooker atau dispenser. Dapur atau tungku kayu masih menjadi primadona hingga kini.Â
Meskipun rumah beton sekalipun, warga tetap membuat dapur kayu di samping rumah. Hal ini terjadi karena sebagian besar warga Toraja masih memasak air minum dan nasi secara tradisional menggunakan dapur kayu.Â
Paham bahwa air minum dan nasi yang dimasak menggunakan kayu bakar lebih menyehatkan masih kuat dalam pemikiran para orang tua di Toraja.