Mohon tunggu...
Mas Wahyu
Mas Wahyu Mohon Tunggu... In Business Field of Renewable Energy and Waste to Energy -

Kesabaran itu ternyata tak boleh berbatas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cepatlah Besar Matahariku

15 Maret 2016   14:18 Diperbarui: 15 Maret 2016   14:34 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lin mengangguk setuju sambil terus tersenyum. Kami bahagia walaupun terpisahkan jauh oleh jarak.

*******

"Vong Chan Aren, nama Kambojanya. Nama Indnesia lengkapnya Aren Abdul Malikis Salim. Panggilannya "Aren"", kataku pada ibuku saat aku menceritakan nama cucunya. Ibuku manggut-manggut saja sambil mendoakan, "Semoga menjadi anak yang shaleh, berbakti pada orangtuanya, negara dan bangsa serta agamanya."

"Aamiin..!!"

"Bangun, Pak! Kita sudah sampai di rumah di Medan!" terdengar suara asistenku membangunkan aku. Aku lihat jam hapeku menunjukkan pukul 02.00 pagi. Ah, aku tertidur dengan kepala tegak di kursi depan mobil. Aku bermimpi.

Pelan terdengar lagu Iwan Fals dari CD player di mobil.

.....
Cepatlah besar matahariku
menangis yang keras janganlah ragu
tinjulah congkaknya dunia buah hatiku
doa kami di nadimu
.....

 -------mw-------

*) Penulis adalah Jokowi Lover yang lebih cinta Indonesia.
**) Sementara di Medan. 15 Maret 2016.
***) Semua nama dan karakter adalah karangan (fiksi) belaka. Kesamaan nama, sifat atau kejadian adalah kebetulan semata-mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun