Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tanpa Persetujuan Korban

12 November 2021   11:21 Diperbarui: 12 November 2021   11:49 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak kimia ini bukan anak sembarangan. Dia sebenarnya punya Om yang menyediakan ruang di Sei Gerong Plaju untuk ditempati. Tapi si anak kimia memilih kos di tempat kos yang dimiliki oleh dokter spesialis anak. Jadi jelas dan terang benderang kalau di kamarnya ada kulkas dan minuman ringan serta desktop plus printer LX 800. Jaman itu, itu barang mewah. Wong kayo lamo. Pake nian.

Mari Dibahas
Saat itu memang anak kimia tidak bisa menyatakan ketidaksetujuan karena kalah banyak. Temannya memilih diam karena bisa jadi mereka sedang dikejar waktu untuk praktek kimia sehingga tidak banyak waktu untuk ribut dengan lelaki iseng nggak jelas seperti kami.

Kalaupun sampai ribut mulut waktu itu bisa jadi akan mengganggu konsentrasi praktek kimia mereka di laboratorium. Ada banyak kemungkinan.

Walau demikian pernyataan dari teman di tempat kos menjadi satu peringatan kalau ada perempuan yang tidak mau disiuli atau digoda oleh lelaki. Perempuan tidak setuju. Diungkapkan setelah sekian lama. Ini poin penting.


*
Masih di titik yang sama pada waktu dan kesempatan yang berbeda. Kali ini rombongan anak kedokteran. Tahu dari mana? Bukunya. Tebal bok.

Entah kenapa aku sambil makan bakso ngomong agak kuat dengan teman-teman, kalau mereka tidak bisa menikmati hidup. "Dari hari ke hari dari text book ke text book. Dari hapalan satu ke hapalan lain. Tidak boleh salah".

Mungkin yang bikin rombongan anak perempuan kedokteran itu menoleh ketika aku berkata kalau mereka seperti mayat hidup. "Frankenstein" (novel karya Mary Shelley).

Tidak ada ribut kata. Tidak ada emosi. Mereka cuma tersenyum.

Setahun lebih lewat dan tidak ada keberatan apapun dengan pernyataan ofensif tersebut. Hanya saja waktu KKN di sebuah kabupaten aku mengenal beberapa dokter. Salah satunya dokter di kelompok kami.

Proyek sunatan massal mungkin paling epik di kelompok kami. Pasalnya, di kelompok ada anak kedokteran yang bapaknya punya apotik di Bengkulu. Obat, benang dan sebagainya aman.

Ada juga yang bapaknya ngirim motor Yamaha YT 115 Kuning sebanyak 5 biji. Kelompok yang paling rajin keliling desa ngobati warga, membantu membuat percontohan  MCK, penyuluhan hukum dan mengajari pembukan kas desa. Tiga bulan KKN sungguh singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun