Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Antara Cinta, Kerja dan Pengabdian

4 Juli 2018   07:21 Diperbarui: 4 Juli 2018   08:09 1277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***

Mobil ambulans pun berhenti. Aku berusaha bangun tetapi Pramesh memaksa agar aku tetap di brankar. Brankar lalu dibawa masuk ke ruang pemeriksaan. Akupun dipindahkan ke tempat tidur.

Walau sudah agak sadar tetapi aku masih belum sadar sepenuhnya. Botol infus lalu digantungkan di tiang infus. Lamat-lamat aku mengigau memanggil Pramesh. Dan perawat pun berteriak, "Dokter!!!".

Suara halus itupun kembali terdengar. Tangan lembut terasa menggenggam tanganku yang basah berkeringat. "Tenanglah. Aku di sini."

Pramesh pun melakukan pemeriksaan preparat malaria. Ujung jariku dicoblos. Darahku pun diambil dan kemudian dibuat preparat.

Sebelumnya perempuan ini masih mengatur pembagian tugas tenaga kesehatan dari desa-desa lain yang akan melayani pengobatan dan sunatan massal.  Obat-obatan dan alur pendaftaran dibuat selancar mungkin demikian pula dengan pemeriksaan dan pengambilan obat.

Pramesh meminta guru-guru membantu mengatur dan membersihkan ruangan kelas dan mengatur meja untuk tempat tidur anak lelaki yang akan disunat. Kepada ibu-ibu PKK dan anak-anak sekolah yang ikut senam poco-poco massal, Pramesh memohon agar supaya tetap latihan di kantor camat.

Ibu-ibu Kader Kesehatan yang akan ikut lomba cepat tepat antar Posyandu diberi pengarah mengenai aturan lomba.   Dokter-dokter kecil dari berbagai SD juga dikumpulkan mendapat pengarahan lomba praktek P3K.  Karang taruna juga dikerahkan untuk mengangkut kursi meja dan membantu membuat hiasan janur, serta menyiapkan bahan untuk lomba masak makanan sehat yang akan diikuti bapak-bapak perangkat desa. Warga satu kecamatan ikut sibuk semua tapi terpancar gairah dan kegembiraan di wajah serta suara mereka.

Walau terlihat tegar pada semua orang. Akhirnya aku bisa melihat matanya yang berkaca-kaca ketika memandangi tubuhku yang terserang malaria.

"Aku akan mengurusmu dengan baik. Maafkanlah aku. Aku harus mengurus pengobatan dan sunatan massal. Ini hajat besar aku, kamu dan warga. Apalagi bupati, melalui camat sudah menyatakan kesediaannya untuk hadir. Sehatlah lusa, agar kau bisa memainkan kameramu," katanya lembut sambil menggenggam tanganku.

Suaranya yang halus dan lembut itu membuatku menjadi semakin tenang. Dan tubuhkupun setiap jam terus membaik. Suara halus itu memotivasi seluruh organ tubuhku untuk memperbaiki diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun