Malamnya aku gundah. Gelisah mengingat pengorbanan teman-teman. Diriku seakan-akan terbelah. Satu sisi aku rindu dengan Mesh, di sisi lain aku ingat dengan teman-teman yang terpaksa mengecangkan ikat pinggang.
Pada akhirnya aku cuma ingat perkataan Gung, Â "Jangan pernah kita membantu itu menunggu siap. Kita tidak akan pernah siap. Tidak akan ada yang tahu perjalanan hidup kita ke depan".
Pagi menjelang. Aku menggeliatkan tubuh ketika teman-teman membangunkanku. "Bangun  oi.  Yang lagi lemes. Yang lagi jatuh cinta. Ha ha ha ha," kata Mul.
Teman-teman terlihat gembira. Mereka tertawa dan tersenyum melihat aku belingsatan bangun.
"Mandilah. Jam satu ke pelabuhan. Motor  biasonyo masuk feri duluan. Truk diatur belakangan di geladak.  Feri berangkat jam  limo sore tergantung  banyu pasang," kata Ratno.
Kami sarapan dan tertawa-tawa dengan cerita merindu masing-masing.  Eka yang harus mengalami kerusakan tape mobil yang  reverse terus menerus ketika pacaran dalam mobil di Bagus Kuning, pinggiran Sungai Musi. Kaset GN'R**) milik Eka sampai kusut tak ketulungan.  Mul yang terpaksa seminggu makan berlauk tempe usai mentraktir gadis yang ditaksirnya di nasi kampus POM IX.
Atau Gung yang harus bolak balik 2 kali dari kampus ke Perumnas Kenten hanya untuk mengantarkan buku catatan sang  cewek idaman. Ratno yang nekat meminjam payung milik dosen di perpustakaan fakultas kala hujan ketika sang pacar takut kehujanan ketika nyari angkot.
Sungguh mereka menguatkanku, ternyata begitu banyak cerita lucu dalam merindu. Dan aku kini ada dalam perjalanan panjang melintasi Sungai Musi menyebrangi Selat Bangka ke Muntok.
Menjelang subuh aku terbangun. Kerlap kerlip Pelabuhan Muntok terlihat. Jantungku berdegup kencang tanpa alasan. Apakah hari ini takdirku bertemu dengan Mesh?
Setelah mobil dan truk keluar dari  ramp feri. Giliran motor yang keluar.
Akupun memacu motor keluar pelabuhan. Â Aku melihat sekeliling terlebih dulu untuk melihat petunjuk arah ke Pangkal Pinang. Â Jalur Muntok-Pangkal Pinang sepanjang 138 km kulahap sekitar 1,5 jam. Â Aku hanya berhenti di Kelapa untuk mengganjal perut makan mie goreng dan menambah bensin King Kobra.