Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Al Severe

13 Februari 2018   06:31 Diperbarui: 13 Februari 2018   07:50 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiba di Pangkal Pinang aku berhenti sejenak di warung untuk bertanya arah Tanjung Bunga. Aku memacu motor sepanjang 11 km lagi.

Sesampai di Tanjung Bunga yang merupakan daerah tepi pantai, tanpa mau kehilangan waktu aku mencari Posko Praktek Belajar Lapangan mahasiswa FK. Prameshwari ternyata tak ada. "Tadi dia izin dengan Ketua untuk ke Pasir Padi. Dia pergi sendirian setelah pelayanan kesehatan," kata seorang mahasiswa yang ada di Posko.

Akupun balik ke arah Pangkal Pinang dan setelah 2,5 km aku berbelok ke kanan. Pantai Pasir Padi.

Kuparkirkan motor di bawah pohon cemara. Aku memandang pantai yang memanjang. Matahari terik bersinar. Hembusan angin laut menyapaku.

Setelah berjalan kaki sekitar 3 menit aku melihat sosok perempuan berdiri menghadap pantai, memandang laut lepas.  Deburan ombak yang menghantam bibir pantai sama sekali tak menggoyahkannya. Ombak yang menerjang seakan-akan diterimanya dengan ikhlas. Dirinya seakan memang ingin dihantam, dibasahi air laut.

Rambut ikalnya yang hitam meriap terhembus angin. Tubuhnya berdiri tegak. Bahunya lurus.

Kaki jenjangnya menjejak kuat di akar pohon yang menonjol keluar.

Perempuan itu tak sedikitpun menoleh ke belakang. Kuyakini dia adalah Prameshwari.  Perempuan yang menjangkitiku dengan penyakit kangen al severe. Kangen maha berat.

Seorang perempuan yang kucari dalam tiga minggu terakhir. Perempuan yang kutunggu kabar beritanya. Perempuan yang berkali kukirimi telegram tetapi tak berbalas.

Aku berdiri berjarak sekitar lima meter. Pohon cemara di sisi kananku menjadi sandaranku untuk menikmati pemandangan indah ini. Aku sengaja tak langsung menyapanya. Aku ingin menikmati dirinya selama mungkin.  Tombo  rinduku

Tiba-tiba Prameshwari menoleh ke samping kiri. Hidung mancung dan bibir tipisnya ditambah gerai rambutnya yang tertiup angin membuatku terpukau, seperti adegan  slow  motion.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun