Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Al Severe

13 Februari 2018   06:31 Diperbarui: 13 Februari 2018   07:50 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hantaman Ombak di Pantai Pasir Padi I Foto Dokumentasi Pribadi

Malamnya aku gundah. Gelisah mengingat pengorbanan teman-teman. Diriku seakan-akan terbelah. Satu sisi aku rindu dengan Mesh, di sisi lain aku ingat dengan teman-teman yang terpaksa mengecangkan ikat pinggang.

Pada akhirnya aku cuma ingat perkataan Gung,  "Jangan pernah kita membantu itu menunggu siap. Kita tidak akan pernah siap. Tidak akan ada yang tahu perjalanan hidup kita ke depan".

Pagi menjelang. Aku menggeliatkan tubuh ketika teman-teman membangunkanku. "Bangun  oi.  Yang lagi lemes. Yang lagi jatuh cinta. Ha ha ha ha," kata Mul.

Teman-teman terlihat gembira. Mereka tertawa dan tersenyum melihat aku belingsatan bangun.

"Mandilah. Jam satu ke pelabuhan. Motor  biasonyo  masuk feri duluan. Truk diatur belakangan di geladak.  Feri berangkat jam  limo  sore tergantung  banyu  pasang," kata Ratno.

Kami sarapan dan tertawa-tawa dengan cerita merindu masing-masing.  Eka yang harus mengalami kerusakan tape mobil yang  reverse  terus menerus ketika pacaran dalam mobil di Bagus Kuning, pinggiran Sungai Musi. Kaset GN'R**) milik Eka sampai kusut tak ketulungan.  Mul yang terpaksa seminggu makan berlauk tempe usai mentraktir gadis yang ditaksirnya di nasi kampus POM IX.

Atau Gung yang harus bolak balik 2 kali dari kampus ke Perumnas Kenten hanya untuk mengantarkan buku catatan sang  cewek  idaman. Ratno yang nekat meminjam payung milik dosen di perpustakaan fakultas kala hujan ketika sang pacar takut kehujanan ketika nyari angkot.

Sungguh mereka menguatkanku, ternyata begitu banyak cerita lucu dalam merindu. Dan aku kini ada dalam perjalanan panjang melintasi Sungai Musi menyebrangi Selat Bangka ke Muntok.

Menjelang subuh aku terbangun. Kerlap kerlip Pelabuhan Muntok terlihat. Jantungku berdegup kencang tanpa alasan. Apakah hari ini takdirku bertemu dengan Mesh?

Setelah mobil dan truk keluar dari  ramp  feri. Giliran motor yang keluar.

Akupun memacu motor keluar pelabuhan.  Aku melihat sekeliling terlebih dulu untuk melihat petunjuk arah ke Pangkal Pinang.  Jalur Muntok-Pangkal Pinang sepanjang 138 km kulahap sekitar 1,5 jam.  Aku hanya berhenti di Kelapa untuk mengganjal perut makan mie goreng dan menambah bensin King Kobra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun