Ya. Â Kalau sudah seperti ini, bakal keluar duit tabungan sejuta untuk beli tiket pulang ke rumah di Taman S. Istriku termasuk orang yang lambat berdamai dengan dirinya. Sudah hampir tiga puluh tahun kami berkumpul. Jadi aku bisa memahaminya.
Aku tak mau pekerjaannya yang penuh ketelitian dan juga ketepatan plus kecepatan sesuai dengan target SOP yang dibuat jadi terganggu. Itu aku tahu banget. Terkadang jam tiga dini hari dibangunkan oleh telepon untuk melihat kantor tujuh inchi karena ada keadaan darurat.
***
Aku menunggu sampai pukul 07.00. Belum ada WA lanjutan.
Akhirnya aku memilih menelpon dirinya. "Di mana?"
"Mau ke SM dan ke PD".
"Aku pulang. Sore nanti jemput aku di Halim".
"Terimakasih," katanya.
Aku tahu jawaban singkatnya "terimakasih" itu artinya dia belum reda dan berdamai dengan dirinya. Masih  dongkol.  Artinya aku pulang adalah keputusan yang tepat.
Selama dalam pesawat aku pun main tebak-tebakan dengan diriku. Kakak atau Kevin yang membuat istriku kecewa. Dua lelaki itu memang sering buat kekacauan yang menyebalkan sekaligus dirindukan.
Kali ini aku menebak Kakak yang ngomong terus terang, kalau ibunya tak cantik. Kakak suatu pagi di hari libur ketika kami berdua sedang makan bubur ayam Kali Pasir di sekitaran Menteng, pernah aku godain.