Mohon tunggu...
OSTI  LAMANEPA
OSTI LAMANEPA Mohon Tunggu... Mahasiswa - DEO GRATIA (RAHMAT ALLAH)

MAHASISWA FILSAFAT DAN TEOLOGI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KBG adalah Basis Kerasulan Menurut John Mansford Prior

23 Mei 2022   11:16 Diperbarui: 23 Mei 2022   11:20 8433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

"Meskipun umat manusia terpecah bela oleh pertengkaran dan perselisihan, kami mengalami pula bahwa Engkau senantiasa membangkitkan hasrat untuk berdamai. Karena dorongan Roh-Mu orang-orang yang bermusuhan berdamai kembali, yang berlawanan berjabat tangan, dan bangsa-bangsa mencari jalan untuk menggalang persatuan. Berkat kuasamu juga, cinta mengalahkan kebencian, ampun menaklukkan balas dendam, dan saling kasih mengenyahkan perselisihan".

 

            Melihat hal ini, dapat dikatakan bahwa kasih itu begitu penting dalam hidup manusia. Kasih harus menjiwai karya kerasulan dalam KBG. Tanpa kasih karya kerasulan dalam KBG tidak berjalan dengan baik. Kasih menggerakkan kita untuk melakukan pelayanan dengan baik dalam KBG. Arah dan pedoman kasih ini berasal dari Allah sendiri. Kasih Allah itu begitu besar sampai Ia mengutus anak-Nya sendiri untuk datang ke dunia menebus dosa kita. Umat dalam KBG harus menyadari pentingnya kasih ini. Umat KBG yang menimba daya kekuatan dari ekaristi hendaknya berbuah dalam hidup.

 

            Dalam perjamuan dan kurban ekaristi umat KBG diundang untuk hidup dalam persatuan dan persaudaraan sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Yesus Sang kasih abadi. Kita diundang untuk ikut terlibat dalam penguatan ikatan persaudaraan yang semakin bersatu dan bersaudara. Undangan ini semakin penting maknanya dalam masyrakat yang semakin individualistik, dan pragmatik, yang semakin terpusat pada diri sendiri dan sekedar bertanya mengenai guna dan hasil, bukan mengenai makna dan nilai. Dengan menghayati ekaristi, kita diundang untuk terus-menerus membarui pandangan kita. Kita diundang dan dihimpun oleh Allah sebagai anak-anak-Nya. Kita dituntut untuk menghayati Ekaristi dengan mengembangkan semangat persaudaraan di tengah-tengah umat yang dilayani. Ekaristi mengajar kita bahwa kalau kita mampu  mengesampingkan pembedaan-pembedaan sosial dan kepentingan-kepentingan yang dangkal, kita mampu berhimpun sebagai sesama saudara yang mempunyai jati diri sebagai anak-anak Allah.  Kasih harus menjiwai karya misioner pelayanan kita termasuk dalam lingkup KBG. Dalam hal ini kita ingat kata-kata Yesus dalam Sabda di bukit: "Kamu telah mendengar firman kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu, tetapi Aku berkata kepadamu; Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Jadi perlu disadari bersama, pada awal perayaan Ekaristi ada daya keselamatan Allah yang membangun persekutuan persaudaraan[12].

 

4.5 KBG Sebagai Jemaat yang Komunikatif

 

            Menurut Mansford Prior, KBG sebagai jemaat yang komunikatif bukanlah sebuah hal yang sama sekali baru. KBG dipanggil untuk menjadi jemaat yang komunikatif. Jemaat yang komunikatif artinya umat KBG harus membangun dialog, baik dialog dalam lingkup KBG maupun dalam lingkup besar di luar KBG. Pada umumnya KBG bertahan karena ia mampu menciptakan persekutuan diantara anggotanya dengan tetap saling terbuka, memiliki aksi (eksklusif) dan keluar (inklusif), tidak tergantung pada instruksi dari atas atau luar dan bersifat partisipatif[13]. Selain itu komunitas basis gerejani mesti menghayati kesetiakawanan dengan kaum miskin dan kaum terpinggirkan (tidak cuma sibuk dengan dirinya sendiri), mencintai sabda Allah, dan Kitab Suci, mampu mengglobal atau sesuai dengan zaman, serta jangan sampai terjebak ke dalam pola-pola sektarian sesaat atau pembatasan semasa. Komunitas Basis harus melakukan pembaharuan atau inovasi dan meningkatkan perbaikan yang mengarah pada perubahan atau transformatif. Ini semua berjalan dengan baik apabila tiaptiap anggita dalam KBG membangun dialog yang komunikatif antara para anggota di dalamnya maupun dalam konteks masyarakat luas di luar dirinya. Disini KBG juga perlu belajar dari cara hidup Umat Kristen Purba. Unsur-unsur pokok yang terkandung dalam cara hidup Gereja Purba antara lain:

 

  • Communio, Persekutuan, ada hubungan yang akrab dengan kelompok yang relatif kecil dan bersifat lokal
  • Terang Injil sebagai panduannya.
  • Terlibat dengan situasi lingkungan; suka duka lingkungan adalah suka duka mereka juga
  • Bersatu dalam doa dan karya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun