Mohon tunggu...
OSTI  LAMANEPA
OSTI LAMANEPA Mohon Tunggu... Mahasiswa - DEO GRATIA (RAHMAT ALLAH)

MAHASISWA FILSAFAT DAN TEOLOGI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KBG adalah Basis Kerasulan Menurut John Mansford Prior

23 Mei 2022   11:16 Diperbarui: 23 Mei 2022   11:20 8433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KBG harus menyadari bahwa karya evangelisasi atau pewartaan Injil harus konkrit dalam situasi hidup umat katolik. Universalitas Injil Yesus Kristus bukanlah kebenaran-kebenaran abstrak yang harus diterapkan pada situasi konkret, melainkan kenyataan bahwa peristiwa Yesus yang konkret yang terjadi dalam kebudayaan dan konteks tertentu mempunyai makna bagi sejarah umat manusia di mana pun dan kapan pun. Maka dari itu, ketegangan antara universalitas dan partikularitas selayaknya tidak ditanggapi dengan rumusan abstrak tetapi dengan dialog kritis dari bermacam-macam tradisi Injili baik lokal maupun temporal. Dalam dialog dan komunikasi semacam itu paguyuban murid-murid Kristus yakni KBG harus saling memberikan kesaksian Injil dan peneguhan iman. Dalam dialog itu pula, barangkali kekayaan-kekayaan Injil yang terpendam dan terlupakan dapat ditemukan kembali.

 

            Namun perlu disadari bahwa Evangelisasi Injil bukanlah pertama-tama suatu program, melainkan suatu proses yang tidak pernah berakhir terus-menerus. Hal senada juga sudah dilakukan oleh murid-murid Yesus dimana mereka pergi dan menjadikan mereka murid-murid yakni dengan membaptis dan mengajar mereka. Ada 3 tahap evangelisasi Injil antara lain: pra-evangelisasi, evangelisasi aktif, dan evangekisasi berkesinambungan. Adapun isi dari evangelisasi Injil antara lain; Suatu kesaksian tentang kasih Bapa, Suatu pewartaan yang jekas, bahwa dimana Yesus Kristus Putera Allah yang menjelma menjadi manusia, wafat dan bangkit kembali dari antara orang mati sehingga hal ini menunjukkan bahwa Injil dan kabar keselamatan harus diwartakan.  Umat KBG harus menyadari dengan sungguh bahwa proses evangelisasi merupakan panggilan Allah bagi kita untuk menjadi pewarta bagi sesama di dalam situasi yang konkrit dan juga untuk melayani mereka dengan sebaik-baiknya.

 

4.4 Kasih Sebagai Basis Kerasulan

 

            Di tengah kerusakkan peradaban masyarakat yang menyukai kekerasan, konflik, kebencian, bahkan pembunuhan dan balas dendam, umat KBG dipanggil untuk menyatakan kasih bagi semua orang. Hendaknya kasih sebagai basis kerasulan yang mendorong umat KBG untuk merasul, mewartakan kerajaan Allah. Peradaban kasih ini perlu dimiliki dan dihidupi agar menjadi garam atau ragi yang merasuk dan memenuhi masyarakat dalam KBG. Umat KBG harus menyadari bahwa sumber kasih itu adalah Allah sendiri, karena Allah adalah sumber kasih (1 Yoh. 4:8-16). Paus Benediktus XVI menguraikan makna kasih Allah sebagai berikut;

 

"Tindakan kasih Allah mengambil bentuk dramatis dalam hal bahwa Allah dalam Yesus Kristus sendiri mencari domba yang hilang. Bila Yesus dalam perumpamaan berbicara tentang gembala yang mencari domba yang hilang, perempuan yang mencari dirham, bapa yang menyambut anaknya yang hilang dan memeluknya, maka itu semua bukan hanya kata-kata, melainkanpenjelasan tentang diri-Nya dan tindakan-Nya. Dalam wafat di salib, terwujudlah sikap Allah terhadap diri-Nya sendiri. Ia menganugerahkan diri untuk mengangkat dan menyelamatkan manusia yakni kasih dalam bentuk yang paling radikal (Deus Caritas Est 12)".

 

            Demikianlah penyerahan diri dan hidup Yesus di salib menjadi bentuk paling radikal dari kasih Allah kepada umat manusia. Dalam pengurbanan diri Kristus di salib itulah seluruh peradaban kasih menemukan arah dan polanya secara definitif. Kasih yang diwartakan iman katolik bukanlah kasih pada umumnya, melainkan kualitas kasih Allah sebgaimana yang ditunjukkan melalui Yesus Kristus yang mengasihi manusia sampai kesudahannya atau sehabis-habisnya (bdk. Yoh 13:1), yakni dengan memberikan diri-Nya dalam pengurbanan di salib bagi keselamatan umat manusia. Itulah bentuk kasih yang terbesar, sebab tidak ada kasih yang lebih besar daripada lasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yoh 15:13). Kasih Allah melaui Kristus yang mengurbankan diri-Nya itulah isi kasih yang hendak diperjuangkan dalam peradaban kasih. Peristiwa kebangkitan Kristus meneguhkan dan memastikan kebenaran pilihan sikap kasih dan belas kasih Allah melalui derita, wafat dan kebangkitan Kristus itu menjadi kunci perdamaian sejati umat manusia seperti diungkapkan dalam prefasi Doa syukur agung VI berikut;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun