Mohon tunggu...
OSTI  LAMANEPA
OSTI LAMANEPA Mohon Tunggu... Mahasiswa - DEO GRATIA (RAHMAT ALLAH)

MAHASISWA FILSAFAT DAN TEOLOGI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KBG adalah Basis Kerasulan Menurut John Mansford Prior

23 Mei 2022   11:16 Diperbarui: 23 Mei 2022   11:20 8433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Mansford Prior, KBG  sebagai basis kerasulan artinya KBG dalam hal ini anggota-anggota dari KBG harus menyatukan iman dan kehidupan harian. Mereka digambarkan bagaikan manusia yang mempunyai dua telinga dan satu mulut. Artinya, anggotanya mendengarkan firman Allah dan juga mendengarkan suara rakyat. Setelah mendengarkan kedua suara itu barulah ia menyerukan pesan profetis Injil. Perlu diperhatikan bahwa pengurus lingkungan KBG harus memperhatikan domba-domba gembalaannya. Dia perlu memperhatikan apakah domba-domba yang digembalakannya maju atau mundur, sudah menampakan wajah Kristus atau sebaliknya. Dia perlu menilai apakah kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh lingkungannya dapat diatasi atau tidak? Apakah keraguan anggotanya dapat dijelaskan atau tidak? Dan seterusnya. Untuk itu pengurus lingkungan atau pengurus KBG harus mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap pelaksanaan program kerja lingkungan yang telah direncanakan bersama[8]. Perkembangan lingkungan dan persekutuan hidup perlu mendapat perhatian pengurus lingkungan atau pengurus KBG. Kalau pengurus lingkungan atau pengurus KBG tidak mempedulikannya maka dia tidak mengetahui hambatan-hambatan yang dapat memperlambat proses perkembangan lingkungannya dan tidak dapat memberikan dorongan untuk meningkatkan kemajuan-kemajuan yang sudah tercapai. Karya pengembangan lingkungan dan persektuan hidup semua anggota KBG baik permulaan, maupun pada akhirnya  merupakan suatu persektuan hidup dengan Tuhan. Baik dalam bentuk renungan maupun dalam beraneka ragam bentuk perkumpulan serta perkumpulan keluarga-keluarga dalam KBG, umat harus sampai ke penghayatan akan hubungannya dengan Tuhan. Untuk mengetahui sejauh mana perkembangannya, diperlukan penilaian baik oleh pengurus lingkungan sendiri maupun sesama warga. Hal ini berarti bahwa gereja atau anggota gereja harus merasa aman dan sejahtera secara sosial, politik dan kultural[9].

 

Mansford Prior mengatakan bahwa Ciri utamanya adalah berbentuk lingkaran pastoral misioner yang berarti beranjak dari pengalaman yang terenungkan, berjalan melalui analisis sosial budaya, dan melanjutkan dengan refleksi teologis, serta mencapai tujuannya dengan menjawab persoalan-persoalan. Adapun dimensi-dimensi sosial yang menunjukkan Gereja sebagai Basis Kerasulan yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. Dimensi-dimensi itu antara lain;

 

  • Dimensi Sosio-religius
  • Dimensi Sosio-religius adalah dimensi yang pertama. Dimensi ini dinyatakan dalam ibadat dan dalam hidup religius. Pencerminan dari hidup religius itu terwujudkan di dalam katekese. Sedangkan hidup beribadat diperkembangkan dalam ekumene yang mana tercapai kehidupan dan kerja sama antar umat beragama.
  • Dimensi Sosio-edukatif
  • Kehidupan sosio religius bertemu dengan dimensi sosio-edukatif sebab untuk menjadi oarang religius dewasa, baik pendidikan keluarga, maupun pendidikan sekolah memainkan peranan penting dalam menunjang dimensi sosio-religius.
  • Dimensi Sosio-psikologis
  • Artinya pendidikan itu tergantung dari lingkungan sosio-psikologis, lingkungan keluarga, hubungan suami isteri, limgkungan organisasi atau perkumpulan, pergaulan dengan teman, suasana masyarakat, dengan pengarahan-pengarahan psikologis, yang tidak begitu banyak. Dalam dimensi sosio-psikologis seringkali ternyata bahwa mentalitas-mentalitas dan sikap-sikap terhadap kehidupan dan pekerjaan pastoral memerlukam penyesuaian yang tepat.
  • Dimensi Sosio-ekonomis
  • Perkembangan sosio-religius sangat erat hubungannya dengan perkembangan wilayah dalam bidang sosio-ekumenis.
  • Dimensi Sosio-Politis
  • Dimensi Sosio-politis seperti terbukti dalam sejarah  sangat erat hubungannya dengan kemungkinan yang memperkembangkan kemanusiaan menuju Tuhan. Tanpa terjaminnya hak-hak Asasi Manusia dan tertib hukum, maka tidak ada lagi kemungkinan untuk perkembangan sosio yang wajar.
  • Dimensi-Sosio Kultural atau Sosial budaya
  • Dimensi ini berhubungan dengan kelemahan dan kemerosotan kebudayaan yang mempengaruhhi perkembangan umat menuju Allah.

 

            Dimensi-dimensi ini saling terkait dan sangat membantu perkembangan tiap anggota KBG. Anggota KBG dipanggil untuk memberikan pelayanan secara kreatif bagi anggotanya dan orang lain. Dalam situasi seperti itu, segala upaya diusahakan untuk menghidupi kembali Jemaat Perdana di tingkat lingkungan. Umat lingkungan dalam hal ini KBG dibimbing untuk menjadikan lingkungan sebagai medan penghayatan iman. Dengan usaha-usaha itu diharapkan lingkungan bisa menjadi oase yang menyuburkan hidup rohani umat di tengah krisis iman. Pada akhirnya, diharapkan lingkungan (KBG) bisa mewujudkan harapan Gereja untuk semakin signifikan dan relevan bagi masyarakat dan warganya[10].

 

4.3 KBG sebagai Basis Evangelisasi Injil yang Ingtegral

 

KBG sebagai basis Evangelisasi Injil yang Integral artinya KBG terlibat dalam seluruh misi perutusan evangelisasi atau pewartaan Injil. Proses evangelisasi atau penginjilan adalah mula-mula Injil diwartakan, kemudian diterima dan disambut baik, lalu orang-orang memasuki suatu perjumpaan pribadi dengan Kristus yang hidup. Evangelisasi Injil ini juga sangat menentukan perkembangan iman dan pertumbuhan iman. KBG harus menyadari bahwa semua aspek kehidupan Gereja memerlukan pewartaan kerajaan Allah. Warta Injil harus disampaikan kepada segala bangsa. Kerajaan Allah yang dibangun dalam KBG meliputi keadilan, kedamaian dan cinta. Dalam komunitas murid-murid Yesus (bdk Kis) mencerminkan impian Allah yakni komunitas yang sungguh-sungguh melaksanakan cita-cita Kristus. Dalam komunitas ini ada kerajaan Allah, komunitas yang adil, damai dan cinta menjadi kenyataan. KBG harus menyadari bahwa dia adalah murid Kristus. Menjadi murid Kristus berarti menghayati iman/relasi dengan Kristus, selain dalam doa, perayaan sakramen, memberikan derma, mengajar agama, terlebih lebih dalam segala aspek kehidupan sesuai dengan profesi dan keberadaannya masing-masing. KBG semestinya terbuka dengan semua kemungkinan-kemungkinan yang baru, artinya kesetiaan-kesetiaan hidup menggereja tidak ditentukan oleh suku, ras, kekayaan atau kekuasaan mana pun tetapi oleh Injil Yesus Kristus. Maka usaha kontekstualisasi hidup menggereja selalu dihadapkan pada tugas menafsirkan situasi hidup nyata dengan terang Injil[11]. Di satu pihak, Injil Yesus Kristus diimani secara universal. Di lain pihak, Injil itu juga selalu dimengerti  dan dijalani dalam kebudayaan dan konteks tertentu. Tidak dapt dihindari adanya suatu ketegangan antara universalitas dan partikularitas.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun