Mohon tunggu...
OSTI  LAMANEPA
OSTI LAMANEPA Mohon Tunggu... Mahasiswa - DEO GRATIA (RAHMAT ALLAH)

MAHASISWA FILSAFAT DAN TEOLOGI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KBG adalah Basis Kerasulan Menurut John Mansford Prior

23 Mei 2022   11:16 Diperbarui: 23 Mei 2022   11:20 8433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adalah Basis Kerasulan Menurut John Mansford Prior

KBG pertama-tama dimulai dari Brasil yang dikenal dengan istilah communidades Eclesiales de Base (CEB).  Dari Brasil Berkembang ke seluruh negara seperti, di Afrika dan Asia-terutama di Filipina. Menurut Pastor John Prior, SVD pendiri pertama KBG ialah Yesus Kristus sendiri ketika ia menunjukan 12 Rasul, memanggil 70 murid, dan satu kelompok perempuan. Kemudian Roh Kristus membangkitkan kembali komunitas-komunitas kecil yang senantiasa mendapat terang injil. Gereja yang demikian berkembang di Amerika Latin seperti, Brasil, Cile, Honduras, dan panama, terutama sejak tahun 1950-an. KBG. Kelompok Basis di tingkat ASIA lahir dalam pertemuan FABC di Bandung pada tahun 1990an dengan istilah communion of communities. FABC membentuk suatu desk untuk mengembangkan kelompok basis. Desk ini dinamakan AsIPA (: Asian Integral Pastoral Approach). Karena di tingkat ASIA saja ada koordinasi, maka di tingkat nasional pun kita perlu membentuk semacam 'kepengurusan' yang mengelola dan mengembangkan gerak KBG.[3] John Prior mengambil contoh perkembangan KBG di Flores. Bermula dari kelompok doa rosario yang dikembangkan oleh para misionaris awal. Lalu, menjadi kelompok doa yang berkembang pada awal tahun lima puluhan dan enam puluhan. Dalam perkembangan selanjutnya pasca konsili Vatikan II kelompok tadi dikembangkan menjadi "kelompok basis". Perkembangan KBG didasarkan pada kenyataan bahwa gereja dibangun di atas persekutuan yang berciri partisipatif-kolegial. Bentuk partisipatif-kolegial ini tidak hanya dimonopoli oleh imam, biarawan-biarawati dan di kalangan tenaga inti pastoral. Pola ini mesti diterapkan pada seluruh kehidupan jemaat. Berangkat dari kenyataan ini, John Prior mengamati bahwa persoalan di atas bisa diatasi apabila kita berani menggantikan wadah paroki lama dengan wadah paroki baru. Wadah paroki lama (pra-Konsili) terdiri dari suatu pusat (pastoral, gereja induk, sekolah, klinik dan gedung pertemuan, pastor dan dewan intinya) dan banyak cabang (kapela, SD,guru sekolah dan ketua lingkungan). Wadah paroki lama berpusat pada pastor, pada gedung dan pada ibadat. Sering pria menentukan sedangkan wanita harus melaksanakan.

Wadah paroki Baru yang berupa ecclesia ecclesiarum dapat membangun persekutuan jemaat. Dasar paroki bukan lagi sebuah pusat dengan pastor dan rumah ibadat induknya, melainkan masing-masing Kelompok Jemaat Basis. Paroki-paroki dengan banyak cabangnya diganti dengan jaringan persekutuan kelompok-kelompok Basis.[4] Kesadaran ini merupakan bagian inti dari revolusi gereja yang berusaha mengganti  pola pastoral atas-bawah yang serba klerikal-otoriter dengan pola persekutuan kesetaraan yang merangkul seluruh umat Allah. Gagasan ini sudah dimulai dalam Konsili Vatikan II (1962-1965). Di sana ditegaskan bahwa Gereja adalah umat Allah, si musafir yang mengembara di dunia ini; Gereja adalah komunio atau persekutuan. Gereja tidak lagi dipandang sebagai sebuah piramida melainkan sebagai sejumlah bersar lingkaran yang saling berjalin. Keuskupan dan paroki terdiri dari persekutan paguyuban-paguyuban persaudaraan kristiani.[5] KBG (Kelompok Basis Gereja) memiliki pengartian yang berbeda dari tempat ke tempat.[6] Sejarah pembentukannya berbeda-beda dari satu keuskupan ke keuskupan lain, dan basis sosialnya berbeda dari wilayah mayoritas dan minoritas katolik. KBG bukanlah sebuah organsisai seperti legio Maria dan sejenisnya. Ia bukanlah paguyupan rohani yang memiliki anggaran dasar. 

 

KBG bersifat basis yang berarti anggotanya saling mengenal dan mempunyai hubungan pribadi antara mereka, saling berkawan dan bersahabat. Para anggota tinggal berdekatan supaya mudah berkumpul secara berkala, dan mudah saling bertemu dan berbicara dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan antara anggotanya stabil dan tetap, sehingga mereka dapat melihat kelompoknya sebagai satu akar dalam kehidupannya, satu sumber rasa jati diri, di mana mereka tahu menempatkan diri.

 

KBG juga disebut sebagai jemaat beriman/kelompok umat beriman yang nampak dari cara mereka hidup dan bergaul terhadap sesamanya. Di mana anggota-anggotanya saling mengenal, saling memperhatikan, saling membagikan pengalaman dan harta, serta saling membantu dalam kesulitan. Semuanya itu dibangun di atas dasar keyakinan bahwa Yesus Kristus sang Sabda yang menyatukan dan menghimpun mereka. Mereka adalah kelompok yang hidup dalam persekutuan iman dengan mendengarkan firman Allah dan menghayati dalam hidup sehari-hari. Selain itu, mereka adalah wadah iman yang membuka hati dan batin kepada Roh Kudus dan anugerah-Nya. Mereka menopang hidupnya dalam doa, perayaan sakramen-sakramen. Mereka membangun kehidupan masyarakat yang lebih adil, damai, manusiawi, seturut nilai-nilai kerajaan Allah dan berpegang pada yang baik dan benar.[7]

 

Singkat kata, KBG (Kelompok Basis Gereja) adalah sebuah persekutuan yang senantiasa bertumbuh, berkembang, berada di tengah perjalanan.  KBG selalu berada dalam proses "sedang menjadi". Walaupun wujudnya bermacam-macam, gagasan teologis yang melatarbelakanginya tetap sama. SAGKI 2000 mendefinisikan KBG adalah satuan umat yang relatif kecil dan yang mudah berkumpul secara berkala untuk mendengarkan fiman Allah, berbagi masalah sehari-hari, baik masalah pribadi, kelompok maupun masalah sosial, dan mencari pemecahannya dalam terang Kitab Suci.

 

4.2 KBG sebagai Basis Kerasulan Menurut Mansford Prior

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun