Maka setelah dikatakan dalam bentuk jamak, "Baiklah kita menjadikan manusia", lalu ditambahkan dengan bentuk tunggal, "Maka Allah menciptakan manusia", dan setelah dikatakan dalam bentuk jamak, "Menurut gambar kita", ditambahkan dalam bentuk tunggal, "Menurut gambar Allah", Maka manusia diperbarui untuk memperoleh pengetahuan akan Allah menurut gambar Dia yang telah menciptakannya.
Menurut hemat saya, disini secara tidak langsung Agustinus hendak mengatakan bahwa manusia yang sudah menjadi manusia rohani oleh Allah, ia bisa menilai segala sesuatu yakni yang dapat dinilai, tetapi dalam hal tertentu ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain. Inilah keindahan Allah Tritunggal yang menciptakan manusia, namun di saat yang sama, manusia tidak dapat mengerti dengan sempurna semua misteri-Nya.
2.4. Relasi Pemikiran Filosof Armada Riyanto-Teolog St. Agustinus.
Dalam bagian ini saya mau menunjukkan relasi pemikiran keindahan menurut Filosof Armada Riyanto dan Teolog St. Agustinus. Menurut Armada Riyanto, Keindahan tertinggi ada dalam diri Allah. Allahlah Sang Keindahan itu sendiri. St. Agustinus melihat keindahan terletak pada Allah Tritunggal.
Menarik bahwa pemikiran Filosof Armada Riyanto dan Teolog St. Agustinus ini berhubungan erat satu sama lain. Keduanya mmempunyai konsep keindahan yang sama yakni selalu kembali dan berpusat pada Allah. Dialah Sang Keindahan itu sendiri. Kedua pemikiran ini membuka nuansa pandangan baru bahwa keindahan yang tertinggi terletak pada Allah itu sendiri. Allahlah Sang Keindahan melampaui segala sesuatu. Menurut hemat saya, jika manusia sampai pada kesadaran ini, mereka akan sampai pada kekaguman akan misteri Allah dan bisa mengucapkan syukur pada Allah atas karunia yang telah diterimanya dari Allah. Hal ini terlihat jelas dalam doa syukur yang dipanjatkan oleh teolog St. Agustinus ini.
Kau kupanggil Allahku, Kerahimanku. Kau yang telah menciptakan aku. Kau kupanggil agar dating dalam jiwaku, yang Kau persiapkan untuk menerima-Mu. Kau telah menghapus segala kejahatanku yang pantas dihukum. Sebab sebelum aku ada, Kau telah ada.
Menarik bahwa St. Agustinus dalam doanya selalu melihat keindahan Allah yang telah menciptakannya. Agustinus menyadari bahwa Allahlah yang mengatur semua kehidupan ini termasuk dirinya. Agustinus memanjatkan doa syukur sebagai bentuk pujian kepada Allah Sang Keindahan dan pemberi hidup. Agustnus percaya bahwa Allah mengampuninya dan mengasihinya. Dalam hidup, kita juga harus memberanikan diri agar tidak malu mengakui kesalahan kita pada Allah. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh St. Teresa dari Kalkuta. Beliau mengatakan;
Allahku, berilah aku keberanian kepadaku saat ini juga untuk bertahan dalam mengikuti panggilan-Mu. Aku ingin agar rahmat yang Engkau berikan kepadaku digunakan untuk kemuliaan nama-Mu, sebab Engkaulah Allah yang Kudus (Brian Kolodiejchuk, 2009: 155-158).
Allah selalu memberikan rahmat keindahan kepada orang-orang kecil agar tetap kuat menjalani kehidupan. Rahmat-Nya terus mengalir di setiap zaman, karena Dialah Sang Keindahan itu sendiri. Hal ini sangat baik diungkapkan oleh Armada Riyanto. Dalam bukunya Spiritualitas Daun Kering, Armada Riyanto memuji Allah Sang Keindahan itu sendiri. Beliau menulis dengan bagus perjalanan panggilannya. Beliau menulis;
Aku mengagumi cinta Tuhan. Aku belajar dari cintanya. Menghidupi ketidakmungkinan meletakan kecemasan. Memandang kepastian dan melaksanakan tugas-tugas harian. Merayakan dan melanjutkan cinta. Narasi cinta itu tidak bertepi.
Armada Riyanto secara tidak langsung mengatakan keindahan untuk mencintai dan dicintai oleh Tuhan. Tuhanlah sumber segala keindahan. Dia selalu memberikan yang indah dan yang terbaik untuk manusia, makhluk kesayangannya.