BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Online Shopping (Belanja Online) merupakan suatu produk dari berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia. Online shopping ikut menjamur di kalangan masyarakat Indonesia khususnya di kalangan mahasiswa Angkatan 2018 FIA UI. Hal tersebut membuat para penjual di bidang online shopping berlomba -- lomba dalam memberikan kemudahan layanan bagi pelanggan. Kemudahan yang diberikan berupa potongan harga, cashback, bonus dan kemudahan layanan transaksi. Kemudahan yang diberikan tersebut membuat masyarakat cenderung untuk berperilaku konsumtif.
Menurut Ningrum (2001) perilaku konsumtif adalah perilaku mengkonsumsi sesuatu secara berlebihan tanpa didasari dengan kebutuhan, lebih mengedepankan pada orientasi keinginan dan hasrat sesaat. Perilaku konsumtif ini membuat masyarakat khususnya mahasiswa Angkatan 2018 FIA UI terganggu dalam anggaran keuangan sehari -- harinya. Barang -- barang yang dibeli didasarkan pada keinginan dibandingkan dengan kebutuhan seseorang.
Perilaku konsumtif ini dipicu akibat banyaknya kemudahan yang diberikan para penjual online shopping. Kemudahan -- kemudahan tersebut ada untuk menarik para pembeli untuk melakukan transaksi. Kemudahan tersebut merupakan awal dari perilaku konsumtif mahasiswa akibat adanya kemudahan tersebut.
Online shopping menjadi bahan perbincangan yang hangat di kalangan Mahasiswa Angkatan 2018 FIA UI. Online shopping di sisi lain juga memicu kecendrungan mahasiswa Angkatan 2018 FIA UI untuk berperilaku konsumtif. Hal ini memicu penulis untuk mengetahui pengaruh dari kehadiran online shop terhadap munculnya perilaku konsumtif mahasiswa angkatan 2018 FIA UI.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah online shopping dapat berpengaruh terhadap munculnya perilaku konsumtif mahasiswa angkatan 2018 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui bagaimanakah online shopping dapat berpengaruh terhadap munculnya perilaku konsumtif mahasiswa angkatan 2018 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia.
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Online Shop(Belanja Online)
Online shop atau belanja online via internet, adalah suatu proses pembelian barang atau jasa yang dijual melalui internet, atau layanan jual-beli secara online tanpa harus bertatap muka dengan penjual atau pihak pembeli secara langsung.
Belanja online (online shop) merupakan sebuah proses dimana konsumen secara langsung membeli barang-barang, jasa dan lain-lain dari seorang penjual secara interaktif dan real-time tanpa suatu media perantara melalui Internet (Mujiyana & Elissa, 2013). Online shopping atau belanja online via internet, adalah sebuah proses pembelian barang atau jasa dari mereka yang menjual melalui internet, atau layanan jual-beli secara online tanpa harus bertatap muka dengan penjual atau pihak pembeli secara langsung(Sari, 2015).[1]
Dalam hal ini online shop bukan hanya sekedar dianggap sebagai pemilihan dalam berbelanja, akan tetapi telah menjadi bagian adanya perubahan sosial budaya dalam masyarakat. Dimana dengan adanya online shop konsumen bisa melihat barang-barang berupa gambar atau foto-foto atau bahkan juga video.
Toko virtual ini mengubah paradigma proses membeli produk atau jasa dibatasi oleh toko atau mall. Proses tanpa batasan ini dinamakan belanja onlineBusiness-toConsumer (B2C). Suatu kondisi dimana pebisnis membeli dari pebisnis yang lain dinamakan belanja onlineBusiness-to-Business (B2B). Kedua hal tersebut merupakan bentuk e-commerce (electronic commerce).
Kelebihan toko online dibandingkan toko konvensional adalah (Wicaksono, 2008) dalam jurnal (Sari, 2015): [2]
- Modal untuk membuka toko online relatif kecil.
- Toko online buka 24 jam dan dapat diakses dimana saja.
- Konsumen dapat mencari dan melihat katalog produk dengan lebih cepat.
- Konsumen dapat mengakses beberapa toko online dalam waktu bersamaan.
Keuntungan toko online bagi pembeli adalah sebagai berikut (Juju & Maya, 2010) dalam jurnal (Sari, 2015):[1]
- Menghemat biaya, apalagi jika barang yang ingin dibeli hanya ada di luar kota.
- Barang bisa langsung diantar ke rumah.
- Pembayaran dilakukan secara transfer, maka transaksi pembayaran akan lebih aman.
2.2 Teori Konsumtif oleh Jean Paul Baudrillard
Teori konsumsi Baudrillard (1998:32), mengatakan bahwa masyarakat konsumeris pada masa sekarang tidak didasarkan kepada kelasnya tetapi padakemampuan konsumsinya. Siapapun bisa menjadi bagian dari kelompok apapun jika sanggup mengikuti pola konsumsi kelompok tersebut. Situasi masyarakat dibentuk oleh kenyataan bahwa manusia sekarang di kelilingi oleh faktor konsumsi. Pada kenyataannya manusia tidak akan pernah merasa terpuaskan atas kebutuhan-kebutuhannya. Asumsi dasar dari teori ini adalah rasionalitas konsumsi dalam sistem masyarakat konsumen bukan untuk memenuhi kebutuhan melainkan sebagai pemenuhan hasrat. Jadi, fokusanalisis perihal sosiologi ekonomi tersebut adalah pada kegiatan ekonomi, sertabagaimana kegiatan ekonomi itu berlangsung.
2.3 Perilaku Konsumtif
Albarry (1994) mengemukakan arti kata konsumtif (consumtive) adalah boros atau perilaku yang boros, yang mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan. Albarry (1994) juga melanjutkan pengertian konsumtif dalam artian luas yaitu perilaku konsumsi yang boros dan berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan dari pada kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas atau juga dapat diartikan gaya hidup yang bermewah-mewah.
Lubis (Sumartono, 2002) mengatakan perilaku konsumtif adalah perilaku yang tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi. Sedangkan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (dalam Sumartono, 2002) mengatakan perilaku konsumtif adalah kencenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi tanpa batas dan manusia lebih mementingkan faktor keinginan dari pada kebutuhan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan prilaku konsumtif adalah suatu prilaku yang didasarkan atas pertimbangan yang tidak rasional dalam membeli dan menggunakan barang dan jasa yang didasarkan atas faktor keinginan dibanding dengan kebutuhan serta ditandai dengan adanya kehidupan mewah dan berlebihan yang dapat memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya demi kesenangan semata.
2.4 Indikator Perilaku Konsumtif
Menurut Sumartono (2002), ada beberapa indikator perilaku konsumtif yaitu:[1]
- Membeli produk karena iming-iming hadiah. Individu membeli suatu barang karena adanya hadiah yang ditawarkan jika membeli barang tersebut
- Membeli produk karena kemasannya menarik. Individu sangat mudah terbujuk untuk membeli produk yang dibungkus dengan rapi dan dihias dengan warna-warna yang menarik.
- Membeli produk demi menjaga penampilan dan gengsi. Individu mempunyai keinginan yang tinggi, karena pada umumnya remaja mempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya dengan tujuan agar konsumen selalu berpenampilan yang dapat menarik perhatian orang lain.
- Pembelian sebuah produk didasarkan pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat dan kegunaannya). Seseorang akan cenderung berprilaku dengan ditandai oleh adanya kehidupan mewah sehingga cenderung menggunakan segala hal yang dianggap paling mewah.
- Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status. Individu mempunyai kemampuan membeli yang tinggi baik dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya sehingga hal tersebut dapat menunjang sifat eksklusif dengan barang yang mahal dan memberi kesan berasal dari kelas sosial yang lebih tinggi.
- Memakai sebuah produk karena unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan. Individu cenderung meniru perilaku tokoh yang diidolakannya dalam bentuk menggunakan segala sesuatu yang dipakai oleh tokoh idolanya. Konsumen juga cenderung memakai dan mencoba produk yang ditawarkan bila ia mengidolakan public figure produk tersebut.
- Adanya penilaian member produk yang mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi. Seseorangakan terdorong mencoba suatu produk karena mereka percaya apa yang dikatakan oleh iklan yaitu dapat menumbuhkan rasa percaya diri. Cross dan Cross (dalam Hurlock, 1997) mengatakan bahwa dengan membeli produk yang mereka anggap dapat mempercantik penampilan fisik, mereka akan merasa menjadi lebih percaya diri.
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif
Menurut Sumartono (2002), munculnya perilaku konsumtif disebabkan oleh: [1]
- Faktor Internal Faktor internal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif individu adalah motivasi, harga diri, observasi, proses belajar, kepribadian dan konsep diri.
- faktor eksternal Faktor eksternal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif individu adalah kebudayaan, kelas sosial, kelompok-kelompok sosial dan referensi serta keluarga.
BAB III
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
3.1 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, yaitu suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui (Kasiram, 2008: 149). Fokus penelitian dalam sebuah penelitian kuantitatif dimaksudkan agar realitas yang menjadi sasaran penelitian berdimensi tunggal, fragmental, dan cenderung bersifat tetap sehingga dapat diprediksi. Lalu variabel dapat diidentifikasi dan diukur dengan alat-alat yang objektif dan baku.
Narasumber didapatkan melalui teknik Sampling Purposif (PurposiveSampling), yaitu teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Penelitian ini menggunakan teknik sampling purposif agar sampel yang diambil dapat sesuai dengan tujuan penelitian dan akan memecahkan permasalahan penelitian serta dapat memberikan nilai yang lebih representatif. Sehingga teknik yang diambil dapat memenuhi tujuan sebenarnya dilakukannya penelitian.
Sesuai dengan permasalahan yang dibahas, maka fokus penelitian yang ditetapkan adalah Pengaruh Belanja Online Terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa Angkatan 2018 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah teknik angket atau kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya dan akan efisien jika peneliti mengetahui dengan pasti variabel yang akan diukur (Sugiyono, 2011:199-203).
Angket dibedakan menjadi tiga, yaitu pertama angket tertutup yang menyediakan alternatif jawaban atas pertanyaan atau pernyataan yang diberikan. Kedua angket terbuka merupakan angket yang tidak menyediakan jawaban atas pertanyaan atau pernyataan yang diberikan. Ketiga angket terbuka-tertutup yaitu kombinasi dari angket terbuka dan angket tertutup.
Sedangkan untuk menentukan jumlah minimal responden yang harus diperoleh, kami melakukan teknik penarikan sampel (teknik sampling), yaitu cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif (Margono, 2004). Kami melakukan teknik penarikan sampel menggunakan perhitungan rumus Slovin, yaitu sebuah rumus atau formula untuk menghitung jumlah sampel minimal apabila perilaku dari sebuah populasi tidak diketahui secara pasti. Rumus ini pertama kali diperkenalkan oleh Slovin pada tahun 1960.
n : Jumlah sampel = 171 sampel
N : Jumlah populasi = 274
e : Batas toleransi kesalahan (error tolerance) = 5%
n =
274 / (1 + (274 x 0,052))
=
274 / (1 + 0,685)
=
274 / 1,685
=
162, 6
= 163 jumlah minimal sampel yang harus diperoleh
BAB IV
GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Subjek dan Objek Penelitian
4.1.1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini merupakan mahasiswa/i angkatan 2018 aktif Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia sebanyak 55 responden yang didapat melalui penyebaran kuesioner dalam bentuk google form.
Diagram 1. Jenis Kelamin Responden
Dari 171 responden, dapat diketahui bahwa 52, % responden berjenis kelamin laki-laki, dan47,4 % responden berjenis kelamin perempuan.
Diagram 2. Program Studi Responden
Dari 171 responden, diketahui bahwa 36,3 % responden merupakan mahasiswa/i angkatan 2018 program studi Ilmu Administrasi Fiskal, 31,6 % responden merupakan mahasiswa/i angkatan 2018 program studi Ilmu Administrasi Negara, dan 32,2 % responden merupakan mahasiswa/i angkatan 2018 program studi Ilmu Administrasi Niaga.
4.1.4. Objek Penelitian
1. Transaksi Belanja Online
Proses transaksi yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan proses transaksi yang kita lakukan di toko biasa. Jika di toko kita dilayani oleh manusia, sedangkan melalui situs belanja online kita dilayani oleh mesin (Sarwandi, 2016:5).
- Situs Belanja Online
- Situs belanja online atau yang sering kita ketahui sebagai e-commerce, merupakan wadah perdagangan melalui suatu jaringan elektronik. Wadah atau tempat jual beli secara online bisa berupa forum maupun aplikasi. Di dalam suatu situs belanja online, ada beberapa situs yang menyediakan satu jenis barang ataupun produk, dan adapula yang menyediakan tempat untuk menjual berbagai kategori barang.
4.2. Lokasi Penelitian
Penelitian yang kami lakukan, bertempat di lingkungan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Online shop merupakan sarana yang menawarkan barang dan jasa melalui internet. Seorang konsumen dalam melakukan transaksi pada online shop dapat melihat barang-barang yang dijual dengan ditampilkan melalui gambar atau foto-foto dan dalam bentuk video. Biasanya, barang-barang yang dijual di online shop merupakan barang-barang yang limited edition serta biasa tidak tersedia begitu luas di pasar konvensional. Sehingga, dengan kondisi yang demikian ini semakin membuat orang tertarik untuk kemudian berbelanja online.[1]
Saat ini, perkembangan media sosial seperti instagram menjadi trend di kalangan generasi muda. Instagram merupakan media sosial yang digunakan untuk membagikanfoto-foto maupun short video yang dapat dibagikan juga ke media sosial lainny adari instagram tersebut. Dalam hal ini, fungsi tersebut kemudian dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk mengunggah foto-foto produk online shop dengan dilengkapi klasifikasi barang serta price dari produk tersebut. Kondisi ini membuat setiap orang yang sedang mengakses online shop, khususnya instagram akan langsung dapat melihat produk yang dijual dalam online beserta klasifikasi dan harga produk tersebut.
Belanja merupakan cerminan dari gaya hidup seseorang yang merupakan bagian rekreasi terhadap suatu kalangan sosial tertentu.. Kebanyakan orang mudah dipengaruhi oleh apa yang mereka lihat dan yang menjadi tren saat itu sehingga membuat orang tersebut cenderung menjadi konsumtif. Perilaku konsumtif digunakan untuk penggunaan kepada uang, waktu, atau energi dengan berlebihan dan destruktif. Dengan demikian, konsumtivisme adalah sebuah pandangan hidup, gaya hidup, ajaran, sikap atau falsafah hidup yang memakai, mengkonsumsi, menggunakan, menghabiskan sesuatu dengan berlebih-lebihan, memboroskan sesuatu (Suharto, 2003:35).
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk pengaruh online shop terhadap munculnya perilaku konsumtif pada mahasiswa/i angkatan 2018 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia. Dengan semakin maraknya internet dan semakin berkembangnya lifestyle pada saat ini, hal ini berdampak kepada mahasiswa yang semakin marak untuk melakukan perilaku belanja dan memenuhi kebutuhan sekundernya secara berlebihan. Adapun perilaku belanja sekarang sering dilakukan oleh mahasiswi yaitu belanja melalui online shop dengan berbagai media sosial yang ada saat ini.
Pada BAB V ini akan dijelaskan hasil penelitian yang telah dilakukan selama 2 minggu, dimana data di bawah ini sudah diolah dengan sedemikian rupa sehingga didapatkan inti dari rumusan permasalahan yang akan dibahas. Adapun hasil pembahasan penelitiannya yakni sebagai berikut
- Rutinitas Belanja Online (online shopping)
Diagram 1. Berapa kali melakukan online shopping ( setiap bulan)
Data di atas menunjukkan, secara umum mahasiswa angkatan 2018 FIA UI melakukan belanja online lebih dari 1 kali dalam sebulan, bahkan sebanyak 10,3 % mahasiswa angkatan 2018 melakukan belanja online lebih dari 10 kali.
2.Tingkat Intensitas waktu belanja online
Diagram 2. Intensitas waktu belanja online (online shopping)
Dari analisis diagram batang di atas, dapat dijelaskan mahasiswa Angkatan 2018 FIA UI hampir setengah dari sampel yang menjawab kuesioner tersebut pernah melakukan belanja online. Hal ini dapat dilihat dari sebanyak 69 (40,4 %) mahasiswa angkatan 2018 FIA UI sering melakukan belanja online (online shopping); sebanyak 50 ( 29,2 %) menjawab sangat sering dalam melakukan online shopping; serta sebanyak 31 (11,4%) mahasiswa angkatan 2018 FIA UI menjawab tidak tau. Berdasarkan grafik tersebut dapat disimpulkan, setengah dari mahasiswa angkatan 2018 FIA UI sering melakukan online shopping di online shop.
3. Tujuan melakukan belanja online
Diagram 3. Tujuan melakukan belanja online (online shopping)
4. Tingkat Rasio Kepercayaan Terhadap Belanja Online
Grafik 1. Kepercayaan Mahasiswa Angkatan 2018 FIA UI terhadap harga dan kualitas dalam belanja online
Berdasarkan hasil analisis kuesioner di atas dari 171 Informan, terkait dengan pengalaman mahasiswa angkatan 2018 FIA UI terhadap kepercayaan harga dan kualitas dalam belanja online, sebanyak 77 (45 %) informan percaya terhadap harga dan kualitas barang yang Ia beli. Sementara itu, sebanyak 69 (40,4 %) informan percaya sekali dengan harga dan kualitas barang yang Ia beli. Selanjutnya, sebanyak 1 (0,6%) informan menyatakan sangat tidak percaya; sebanyak 12 (7 %) tidak percaya; dan 12 (7%) tidak tau terhadap harga dan kualitas barang yang Ia beli dalam mekakukan transaksi belanja online (online shopping).
Dari grafik tersebut dapat disimpulkan, mahasiswa angkatan 2018 FIA UI dalam melakukan belanja online menyatakan mereka percaya 45 % dengan persentase terhadap harga dan kualitas barang dan jasa yang ditawarkan di toko online. Sehingga, kondisi ini memicu mereka untuk aktif melakukan belanja online di online shop.
5. Pengeluaran Untuk Melakukan Online Shopping
Diagram 3. Biaya yang dikeluarkan dalam belanja online (online shopping)
Berdasarkan grafik di atas, terkait dengan biaya yang dikeluarkan mahasiswa angkatan 2018 FIA UI untuk melakukan belanja online ( online shopping), terdapat hasil yang cukup variatif. Diantaranya sebanyak 20,5 % informan menyatakan bahwa mereka mengeluarkan biaya untuk melakukan belanja online sekitar Rp.50.000 – Rp. 100.000. Kemudian, sebanyak 43,9 % informan menyatakan bahwa mereka mengeluarkan biaya untuk melakukan belanja online sekitar Rp. 101.000- Rp. 250.000. Lalu, sebanyak 17 % informan mengeluarkan biaya sekitar Rp. 251.000- Rp.500.000, bahkan sebanyak 11,1 % responden mengisi mengeluarkan biaya lebih dari Rp. 1000.000 dalam satu bulan.
Biaya yang dikeluarkan oleh mahasiswa angkatan 2018 FIA untuk melakukan belanja online bisa dikategorikan termasuk tinggi. Hal ini dikarenakan sekitar 43,9 % mahasiswa mengeluarkan uangnya sejumlah Rp.51.000- Rp. 100.000, bahkan ada yang mengeluarkan uangnya hingga lebih dari Rp.1000.000. Hal ini sangat jelas termasuk perilaku konsumtif, dimana biaya yang dikeluarkan untuk belanja online sudah termasuk besar. Kondisi ini relevan dengan pendapat Lina & Rosyid (1997) yang menyatakan bahwa perilaku konsumtif merupakan salah satu perilaku yang menghambur-hamburkan banyak uang atau dana tanpa disadari adanya kebutuhan yang jelas. Dalam hal ini, boros yakni membelanjakan sesuatu tidak pada tempatnya atau melebihi suatu ukuran yang semestinya.
6. Pengaruh Potongan Harga (diskon) terhadap Belanja Online
Grafik 2. Pengaruh diskon terhadap keinginan belanja online
Berdasarkan hasil analisis kuesioner di atas, dari 158 informan mahasiswa angkatan 2018 FIA UI dalam melakukan belanja online atau online shopping, sebanyak 78 (45,6 %) informan menyatakan adanya potongan harga atau diskon pada online shop atau toko online sangat mempengaruhi mereka dalam melakukan transaksi belanja online. Sementara itu, sebanyak 62 (36,3 %) informan menyatakan adanya potongan harga cukup mempengaruhi mereka untuk belanja online; sebanyak 19 (11,1 %) informan menyatakan kurang berpengaruh; 9 (5,3 %) informan menyatakan tidak berpengaruh; dan 3 (1,8 %) informan menyatakan adanya potongan harga sangat tidak mempengaruhi mereka untuk melakukan belanja online atau tidak.
Hal ini dapat disimpulkan, daru grafik tersebut mahasiswa angkatan 2018 FIA UI menyatakan adanya potongan harga atau diskon sangat mempengaruhi mereka untuk melakukan belanja online ( online shop).
7. Pengaruh Kondisi Keuangan dengan Keinginan Belanja Online
Grafik 3. Hubungan kondisi keuangan dengan keinginan belanja online
Berdasarkan hasil analisis kuesioner di atas terkait dengan hubungan antara kondisi keuangan dengan keinginan mahasiswa angkatan 2018 FIA UI untuk melakukan transaksi belanja online, dapat dijelaskan sebanyak 65 (38 %) informan menyatakan kondisi keuangan sangat berpengaruh terhadap mereka untuk melakukan belanja online. Kemudian, sebanyak 49 (28,7 %) informan menyatakan kondisi keuangan berpengaruh bagi mereka untuk melakukan belanja online; sebanyak 36 (21 %) informan menyatakan kurang berpengaruh; sebanyak 17 (9,9 %) menyatakan tidak berpengaruh; dan sebanyak 4 (2,3 %) menyatakan kondisi keuangan sangat tidak mempengaruhi mereka dalam melakukan transaksi belanja online ( Online shopping).
Dari data tersebut dapat disimpulkan, secara keseluruhan kondisi keuangan mahasiswa angkatan 2018 FIA UI mempengaruhi mereka untuk melakukan transaksi belanja online atau tidak.
8. Pengaruh Ongkos Kirim dalam Belanja Online
Grafik 4. Hubungan antara ongkos kirim terhadap belanja online
Berdasarkan grafik di atas terkait dengan adanya ongkos kirim ketika melakukan belanja online, dari 171 informan mahasiswa angkatan 2018 FIA UI, diantaranya sebanyak 44 (25,7 %) informan menyatakan adanya ongkos kirim ketika melakukan online shopping sangat mempengaruhi mereka untuk belanja online. Kemudian, 15 (8,8 %) informan lainnya menyatakan adanya ongkos kirim sangat tidak mempengaruhi mereka untuk belanja online; sebanyak 52 (30,4 %) menyatakan berpengaruh; sebanyak 48 (28,11%) menyatakan kurang berpengaruh: sebanyak 12 (7 %) informan menyatakan adanya ongkos kirim tidak mempengaruhi mereka dalam belanja online.
Dari penjelasan data di atas, dapat kita simpulkan adanya ongkos kirim memberikan pengaruh bagi mahasiswa angkatan 2018 FIA UI untuk melakukan online shopping di online shop.
9.Tingkat ketergantungan/kecanduan dalam melakukan belanja online
Diagram 5. Ketergantungan dalam belanja online
Berdasarkan hasil analisis kuesioner pada diagram lingkaran tersebut, terkait dengan ketergantungan mahasiswa angkatan 2018 FIA UI dalam belanja online dapat dijelaskan sebanyak 66,7 % responden menyatakan bahwa mereka tidak mengalami ketergantungan/kecanduan dengan melakukan belanja online sehingga belanja online menjadi kegiatan rutin yang mereka lakukan, sedangkan sebanyak 33,3 % informan menjawab mengalami ketergantungan dalam melakukan belanja online atau online shopping.
Hal ini dapat disimpulkan mahasiswa angkatan 2018 FIA UI tidak mengalami ketergantungan dalam melakukan belanja online (online shop) di internet baik itu melalui toko online, media sosial seperti instagram, facebook, dan lain-lain.
10. Kemudahan dalam Belanja Online
Diagram 6. Kemudahan dalam berbelanja Online
Diagram di atas menggambarkan keinginan mahasiswa angkatan 2018 FIA UI untuk melakukan belanja online dipengaruhi oleh kemudahan yang diberikannya. Adapun sebanyak 98,8 % responden menyatakan keinginan mereka untuk belanja online dipengaruhi oleh kemudahan transaksinya. Sementara itu, 1,2 % responden menyatakan keinginan untuk belanja online tidak dipengaruhi oleh kemudahan yang diberikannya. Kondisi ini dapat disimpulkan dari data responden tersebut, mahasiswa angkatan 2018 FIA UI sangat terpengaruh oleh kemudahan yang didapatkan ketika belanja online.
11.Jenis Transaksi yang dilakukan dalam belanja online
Grafik Diagram Jenis Transaksi dalam belanja online
Berdasarkan penjelasan grafik tersebut dapat disimpulkan, mahasiswa angkatan 2018 FIA UI dalam melakukan transaksi di online shop membeli produk seperti fashion yang menunjukkan angka yang tinggi, dan produk-produk kebutuhan sekunder lainnya.
12. Toko Online yang Dikunjungi dalam Online Shopping
Grafik 5. Toko Online yang sering dikunjungi oleh mahasiswa angkatan 2018 FIA UI
5.2 Hasil Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis tersebut, terdapat beberapa alasan mahasiswa angkatan 2018 FIA UI lebih suka melakukan belanja online dibanding dengan belanja secara konvensional di toko. Adanya biaya perjalanan ke toko fisik dan biaya pengiriman barang dipesan secara online merupakan dasar utama dari perbandingan antara online dan toko belanja dalam hal biaya moneter.
Adapun faktor biaya dalam penelitian ini yakni perbedaan biaya yang dirasakan oleh responden ketika membandingkan online dan berbelanja toko . Biaya belanja sendiri mencakup biaya tetap dan variabel . Hal ini disampaikan oleh Bell et al ,(1998) mengidentifikasi biaya tetap sebagai biaya perjalanan terkait dengan pergi ke toko plus preferensi yang melekat pembelanja dan loyalitas bersejarah bagi toko . Biaya variable tergantung pada daftar belanja konsumen, karena harga yang sama dibebankan secara online.
Hasil penelitian mengenai pengaruh online shop yang menimbulkan perilaku konsumtif mahasiswa angkatan 2018 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, maka pembahasan ini dilandasi dengan teori perilaku konsumtif.
Teori perilaku konsumtif membahas mengenai cara seorang konsumen yang berlebihan dalam memenuhi kebutuhannya. Adapun penjabaran sesuai teori perilaku konsumtif ialah seorang konsumen atau para informan dalam penelitian ini didasarkan suatu barang karena adanya diskon, harga murah, bahkan diiming-imingi hadiah dalam membeli produk karena tampilannya dinilai lebih bagus atau fotonya lebih menarik, sehingga konsumen akan membeli produk yang ditampilkan tersebut demi mengikuti perkembangan gaya hidup pada saat ini. Hal ini juga didukung oleh adanya endorse dari selegram atau artis lainnya yang menjadi brand produk tersebut, sehingga konsumen tersebut ingin mencoba produk tersebut.
Mahasiswa dapat menjadi sasaran yang mudah terpengaruh dengan maraknya perialku konsumtif, karena masih dalam masa pencarian jati diri. Berbelanja menjadi pelampiasan mereka dari jenuhnya rutinitas dalam menuntut ilmu, yang pada akhirnya menjadikan mahasiswa hanya dapat menjadi generasi yang konsumtif. Apalagi mahasiswa dari luar kota yang memiliki orang tua berada, seringkali menjadi konsumtif ketika menuntut ilmu di kota dan mengetahui kehidupan perkotaan dengan segala fasilitas juga tuntutan dalam pergaulannya. Mahasiswa yang menuntut ilmi di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia notabene datang dari berbagai daerah di Indonesia.
Banyak diantara mahasiswa angkatan 2018 FIA UI yang memiliki gaya hidup shopalic. Gaya hidup shopaholic termasuk ke dalam salah satu bentuk perilaku konsumtif. Gaya hidup shopaholic pada mahasiswa angkatan 2018 FIA UI dapat dilihat dari segi penampilan serta cara bergaulnya. Mahasiswa yang memiliki gaya hidup shopaholic biasanya selalu berpenampilan menarik, mengenakan fashion bermerk, mengikuti perkembangan zaman dengan sangat cepat, serta memiliki standart hidup menengah ke atas. Dari segi penampilan, cara berpakaian mahasiswa tersebut selalu terkesan menarik. Dimulai dari model pakaian, tas, sepatu, serta aksesoris yang digunakan. Semuanya merupakan barang-barang keluaran terkini dari merk-merk terkenal, baik itu asli maupun yang berkualiatas premuim/super.
Mahasiswa yang fashionable biasanya mengikuti tren atau seseorang yang menjadi idolanya dalam mengikuti gaya berpakaian maupun gaya rambut dan sebagainya. Banyak kalangan artis yang menjadi trendsetter fashion, bukan hanya berpakaiannya namun dari ujung rambut hingga ujung kaki nya pun menjadi trendsetter yang diikuti oleh para kalangan anak muda seperti mahasiswa angkatan 2018 FIA UI.
Perilaku konsumtif di kalangan mahasiswa angkatan 2018 FIA menunjukan identitas diri yang dicirikan atau disimbolkan oleh atribut-atribut tertentu. Perilaku Shopping tanpa disadari membentuk impian dan kesadaran semu para consumer, khususnya mahasiswa angkatan 2018 FIA dan akhirnya melahirkan sikap konsumtif yang tidak akan ada habisnya. Sehingga berbelanja online pun juga dianggap sebagai sebuah pekerjaan, suatu aktivitas sosial dan suatu saat menjadi kompetisi/persaingan untuk diri sendiri (memutuskan membeli atau tidak) juga terlebih untuk kompetisi pada teman dan anggota masyarakat yang lain (sebagai simbol status, gengsi, dan image manusia modern dan tidak ketinggalan zaman).[1]
Dari beberapa penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa angkatan 2018 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia yang mempunyai gaya hidup shopaholic atau perilaku konsumtif adalah mahasiswa yang mempunyai intensitas belanja minimal lebih 1x dalam sebulan (tas, pakaian, sepatu, asesoris) sehingga menjadikan mahasiswa berperilaku konsumtif, yang menghabiskan banyak waktu untuk belanja sebagai penghilang rasa jenuh dan sebagai kepuasan tersendiri, kemudian selalu membeli barang terkini untuk mengikuti perkembangan zaman yang ada, dimana orang-orang konsumtif yang membeli produk bermerk hanya ingin menunjukkan eksistensinya dapat diterima, berpenampilan fashionable, memakai barang-barang dengan harga di atas rata-rata untuk menunjang penampilan, serta lebih banyak bergaul dengan orang-orang yang memiliki hobi yang sama dalam banyak hal.
Adapun jika dilihat dari tingkat ketergantungan mahasiswa angkatan 2018 FIA UI dalam melakukan belanja online, dari analisis grafik yang sudah dijelaskan sebelumnya pada diagram 5 dapat disimpulkan jika mahasiswa angkatan 2018 FIA UI tidak mengalami ketergantungan dalam melakukan belanja online di online shop.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan dalam penelitian “Pengaruh Online Shop terhadap Munculnya Perilaku Konsumtif Mahasiswa Angkatan 2018 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia” dapat diperoleh kesimpulan yaitu adanya online shop yang terdapat di era saat ini mampu mendorong munculnya perilaku konsumtif mahasiswa angkatan 2018 FIA UI. Hal ini didasarkan dengan analisis data kuesioner yang sudah dijelaskan di BAB V, dimana adanya intensitas belanja mereka yang terhitung tidak wajar yaitu rata-rata lebih sebulan sekali dan menghabiskan dana mulai dari Rp.101.000. Akan tetapi, dilihat dari aspek ketergantungannya mahasiswa angkatan 2018 FIA UI tidak mengalami ketergantungan dalam belanja online.
Selain itu, perilaku konsumtif mahasiswa angkatan 2018 FIA UI juga dilihat adanya gaya shopaholic yang ditandai dengan kebanyakan mahasiswa angkatan 2018 FIA mempunyai gaya yang fashionable terhadap barang-barang yang Ia miliki. Selain itu, penyebab munculnya perilaku konsumtif ini muncul disebabkan oleh pengaruh lingkungan sekitar dan media sosial, terutama artis yang menjadi mempromosikan produk tertentu, sehingga mereka akan mudah terpengaruh untuk membeli produk tersebut.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka penulis memberikan saran antara lain kepada :
- Bagi informan penelitian, informan diharapkan lebih bisa mengontrol perilaku belanja melalui online shopping. Diharapkan informan mampu belajar untuk memanage uang dalam memenuhikebutuhan sehari-hari, lebih memilahkebutuhan yang harus diutamakan dan kebutuhan yang bisa dipenuhi lain kali
- Bagi peneliti selanjutnya, hasilpenelitian ini dapat digunakan sebagaitambahan informasi dalam melakukanpenelitian mengenai pengaruh online shop terhadap munculnya perilaku konsumtif.
DAFTAR PUSTAKA
Burhan Bungin. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya . Jakarta: Kencana.
Chaca Andira. 2015. Perilaku Berbelanja Online Di Kalangan Mahasiswi Antropologi Universitas Airlangga. AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 206.
Endang Astuti, Perilaku Konsumtif dalam Membeli Barang pada Ibu Rumah Tangga di Kota Samarinda, eJournal Psikologi, Volume 1, Nomor 2, 2013: 148-156, 2013
Eva Melita. 2015. Dampak Online shop di Instagram dalam Perubahan Gaya Hidup Konsumtif Perempuan Shopaholic di Samarinda. eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 3, Nomor 1, 2015: 117-128
Hargiyanti, Belanja Online di kalangan Mahasiswa saat ini, http://e-journal.uajy.ac.id.
Hardiawan, A. C. (2013). Pengaruh Kepercayaan, Kemudahan, dan Kualitas InformasiTerhadap Keputusan Pembelian Secara Online. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNDIP
Kasiram, Mohammad. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif. Malang :
UIN Malang Press.
Kusuma, D. F., Septarini, B. G. (2013). Pengaruh Orientasi Belanja Terhadap Intensi Pembelian Produk Pakaian Secara Online Pada Pengguna Online Shop. Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi. Vol 02. No. 1. Februari 2013. 3-4