Tentu hal ini patut diwaspadai oleh seluruh masyarakat, karena kemunafikan adalah salah satu unsur terjadinya kebohongan, masyrakat harus mampu untuk menerima “perbedaan” karena yang kerap terjadi dimasa ini perbedaan dijadikan alasan yang menimbulkan sifat munafik, karena takut diasingi atau dijauhi mereka lebih memilih untuk menjadi apa yang orang lain inginkan ketimbang dirinya sendiri.
Saya jadi teringat, ketika Buya Hamka ditentang oleh sekelompok muslim disaat hendak menshalatkan jenazah Bung Karno. Sebagian orang menyatakan bahwa Bung Karno itu “pura-pura” Islam atau dalam bahasa agama disebut “munafik”. Lalu apa jawaban Hamka? Dirinya mengatakan, “Dulu ketika Rasulullah dilarang menshalati orang munafik karena didasarkan atas wahyu yang langsung turun kepadanya. Lha, saya gak menerima langsung wahyu dari Allah, apakah Bung Karno munafik atau bukan?” lalu, Buya Hamka-pun menshalati jenazah Bung Karno, sang Proklamator Republik Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H