Nama saya Ori Renaldi (1906015346) Mahasiswa FISIP Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. HAMKA, akan memaparkan hasil opini saya terkait judul diatas dari perspektif Komunikasi Islam dan Komunikasi Intrapersonal.
Sebelumnya saya akan sedikit menjelaskan definisi orang munafik dan ciri-ciri orang munafik.
Orang munafik akan menutupi kemunafikannya dengan kebohongan dalam perkataan dan perbuatannya. orang munafik adalah orang yang mengaku beriman kepada ALLAH namun dalam hatinya mengingkari.
Munafik berarti berbeda antara apa yang nampak dan apa yang ada dalam hati. Dalam perkara iman, orang munafik adalah orang yang mengaku beriman kepada ALLAH namun dalam hatinya mengingkari. Biasanya apa yang ia tampakkan tergantung dengan siapa ia bergaul saat itu. Orang munafik ini telah ada sejak zaman Rasulullah, dan yang paling terkenal diantara meraka adalah Abdullah bin Ubay bin Salul. Karena sangat munafiknya orang ini hingga ALLAH turunkan ayat khusus untuknya.
Ciri-ciri orang munafik ada dalam hadist Rasulullah. Beliau bersabda :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم – قَالَ آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW bersabda, Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika diberi amanah dia berkhianat (HR. Al- Bukhari)
Orang munafik akan menutupi kemunafikannya dengan kebohongan , baik dalam perkataannya maupun dalam perbuatannya. Amalannya tergantung dengan siapa ia saat itu, tidak punya pendirian dan suka berkhianat. Kebohongannya kan ditutupi dengan kebohongan lain, begitu seterusnya yang penting akan menguntungkan dirinya dan membuatnya ada dalam posisi aman.
ALLAH berfirman mengenai hal ini dalam surah AL Baqarah ayat 13 dan 14 :
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ ۗ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَٰكِنْ لَا يَعْلَمُونَ
____________________________
Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman". Mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?"
Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
____________________________
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok".
Semoga ALLAH lindungi kita semua dari sifat munafik. aamiin
Dilihat dari sisi komunikasi intrapersonal, Kemunafikan terjadi akibat ada nya perlawanan atas apa yang kita mau yang disebabkan oleh gengsi atau juga akibat dari lingkungan sekitar. Komunikasi Intrapersonal adalah komunikasi dengan diri sendiri yang meliputi proses Sensasi, Persepsi, Memori dan Berpikir.
Dalam kasus kemunafikan, diawali dengan tahap sensasi dimana seseorang yang munafik akan melawan Hasrat atau kehendak yang ia ingin lakukan, biasanya kemunafikan tersebut terjadi karena ada nya faktor budaya atau pengaruh dari lingkungan sekitar, jika hal yang diingkan oleh orang tersebut berlawanan dengan budaya yang ada maka biasanya orang itu akan mencoba menutupi hal tersebt demi terjaganya citra dihadapan orang lain.
Dalam tahap persepsi seseorang yang munafik akan memulai untuk mencerna atau menelaah setiap persepsi yang diberikan oleh orang-orang disekitarnya atau mencari kebenaran atas budaya yang ada disekitarnya, Stimulus dengan frekuensi terbesar saja yang diterima sedangkan stimuli yang berfrekuensi rendah akan dikesampingkan. Stimulus ini kemudian dikirim ke sistem saraf pusat melalui sistem saraf Peripheral. Stimulus tersebut kemudian disimpan dalam memori otak kita yang dapat dipanggil jika dibutuhkan pada masa mendatang. Tahapan ini dinamakan tahap memori.
Kemunafikan merupakan hal yang disebabkan atau didasari oleh budaya atau lingkungan sekitar, seperti yang udah dijelaskan diatas, lalu hal-hal tersebut tersimpan dimemori otak dan akan menjelma menjadi aksi, maka saat kemunafikan telah menjadi aksi tidak bisa dipungkiri bahwa seseorang akan melawan Hasrat atau hal-hal yang ia inginkan, demi terjaganya citra.
Tentu hal ini patut diwaspadai oleh seluruh masyarakat, karena kemunafikan adalah salah satu unsur terjadinya kebohongan, masyrakat harus mampu untuk menerima “perbedaan” karena yang kerap terjadi dimasa ini perbedaan dijadikan alasan yang menimbulkan sifat munafik, karena takut diasingi atau dijauhi mereka lebih memilih untuk menjadi apa yang orang lain inginkan ketimbang dirinya sendiri.
Saya jadi teringat, ketika Buya Hamka ditentang oleh sekelompok muslim disaat hendak menshalatkan jenazah Bung Karno. Sebagian orang menyatakan bahwa Bung Karno itu “pura-pura” Islam atau dalam bahasa agama disebut “munafik”. Lalu apa jawaban Hamka? Dirinya mengatakan, “Dulu ketika Rasulullah dilarang menshalati orang munafik karena didasarkan atas wahyu yang langsung turun kepadanya. Lha, saya gak menerima langsung wahyu dari Allah, apakah Bung Karno munafik atau bukan?” lalu, Buya Hamka-pun menshalati jenazah Bung Karno, sang Proklamator Republik Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H