Alkisah di satu negeri antah-berantah hiduplah seorang lelaki yang miskin. Ia telah berumah tangga dengan seorang istri dan dua anak yang masih kecil-kecil.Â
Lelaki itu bernama Malik. Ia hidup dengan penuh kekurangan di mata orang-orang di sekitarnya, dengan rumah yang reyot dan selalu berpakaian kumal dan juga tak memiliki kendara beroda untuk bepergian.Â
Tapi baginya kehidupan yang begitu saja telah lebih dari cukup, baginya kehidupan bukan tentang tetek bengek atribut yang mewah, baginya kehidupan hanya sekali dan toh perjalanan dalam hidup adalah perjalanan menuju kematian.Â
Maka itu ia tak pernah mau mengusahakan dengan sungguh-sungguh untuk memiliki kemewahan dunia, sebab itu telah keluar dari kebaikan agamanya.
Malik adalah lelaki yang baik. Ia berilmu dan beramal. Orang-orang di negeri itu tahu siapa Malik. Mudah saja mengenalinya sebab di antara semua masyarakat hanya ialah yang masih semenjana kehidupannya.Â
Masyarakat menyukai cara Malik bersosial, dari bagaimana ia mengelola dalam rumah tangganya sampai bagaimana ia menempatkan diri di masyarakat sekitar.Â
Malik selalu menunjukkan sikap yang patut diacungi puja-puji, sikap yang barangkali hanya dimiliki olehnya seorang di negerinya itu. Tapi Malik tidak selalu disenangi, beberapa orang ada yang kerap merendahkan keadaan hidupnya yang dianggap terlalu papa sehingga dirasa sebagai noda di masyarakat. Malik memilih bergeming terhadap sikap semacam itu. Ia hanya tersenyum. Â
* * *
Suatu hari negeri itu pun akan berganti kepala. Kepala negeri yang lama telah memasuki waktu penghujung masa bekerjanya. Masyarakat mulai sibuk mencari sosok-sosok yang tepat untuk menaiki kuasa negeri supaya lebih bisa memajukan negeri serta masyarakatnya.Â
Masyarakat menginginkan semua masalah-masalah yang ada harus bisa diselesaikan oleh kepala yang baru. Masalah lalu lintas, masalah pasar-pasar, masalah pendidikan, masalah perpajakan, masalah ekonomi dan banyak lagi sekaitannya.Â
Ada isu-isu di masyarakat yang sudah lama merembes bahwa kepala yang lama tidak baik dalam selama bertugas. Kepala yang lama dianggap telah menggunakan kekuasaannya untuk memperoleh banyak hal yang menguntungkan diri sendiri sembari membiarkan masyarakat terbawah tetap terkekang, terutama masyarakat seperti Malik.