Ia adalah seorang anak laki-laki cukup umur yang di besarkan dalam dekapanÂ
syair indah nan memesona dari Ayah dan Ibunya.
Sastra sangat menyukai ilmu kesusasteraan yang bertajuk; puisi dan prosa sejak dini.
Dalam bersyair; Sastra senantiasa menatap awan sambil mengantongi diksi-diksi liar dalam kepalanya.
Hanya bermodal sebuah pena dan secarik kertas yang selalu menempel erat dalam saku bajunya,Â
Sastra terlihat begitu lihai dalam menyusun bait demi bait aksaranya.
Selepas berhasil menyusun naskah-naskahnya itu, Sastra memilih untuk kembaliÂ
ke tempat asalnya, yaitu; rumah yang di huni dengan Ayah dan Ibunya.
Sastra anak tunggal, Ayahnya adalah seorang penyair ulung, dan Ibunya adalah guruÂ
Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA).
Setelah berjalan sekian meter dari tempat favoritnya untuk mereduksi penat.Â