Mohon tunggu...
Joselito Poulli Lucianno
Joselito Poulli Lucianno Mohon Tunggu... Penulis -

Petarung Hidup, Pejuang Takdir, Penyebar Cinta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perceraian adalah Tragedi Kemanusiaan

21 September 2017   01:24 Diperbarui: 21 September 2017   02:08 1750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perceraian bagai jamur yang menyelemuti setiap sudut ruangan, bak sebuah kangker ditubuh seorang atlit ... tidak ada yang menyangka.

Perceraian seperti peluru bermata dua, yang bukan hanya menghancurkan si korban sendiri namun juga generasi selanjutnya.

Bagi saya pernikahan adalah sebuah perjudian, mempertaruhkan semua yang dimiliki mulai dari uang,waktu hingga umur seseorang, kehidupan adalah kartunya dan takdir adalah lawanya. Tak ada yang mengetahui kartu apa yang keluar di putaran selanjutnya yang dapat dilakukan hanyalah .... Memprediksi !.

Pernikahan bukanlah satu-satunya jalan keluar dari hubungan yang terjalin, kita tidak bisa melangsungkan hubungan yang serius hanya berlandaskan cinta, itu sama dengan pertarungan konyol antar senapan angin melawan tank baja.

Kita harus menaruh perhatian khusus pada hal ini, karna bagi saya perceraian adalah Tragedi Kemanusiaan di era modern, dimana tragedi ini legal secara hukum. Baik hukum negara maupun hukum agama.

Perceraian membuat sebuah pola baru dikehidupan seseorang dan pola tersebut akan kembali terulang, perhatikan mereka yang pernikahanya kandas melakukan kesalahan yang sama yang seperti dilakukan orang tuanya dulu.

Pola ini bagai mata rantai yang terikat diatas kepala jangkar kapal, apa bila jangkar tersebut diturunkan maka akan menarik seluruh mata rantai jatuh kedasar. Banyak anak korban broken home mengulang kesalahan yang sama karena mereka tidak mengetahui dan tidak mampu melepas kan diri dari pola tersebut.

Dan hanya sebagian kecil yang dapat selamat dari tragedi ini. Seakan pernikahaan kehilangan nilai sakralnya.

Banyak faktor yang membuat sebuah hubungan kandas namun dari semua yang dijelaskan saya membaginya menjadi tiga kategori : Tidak Siap,Finansial, dan pergaulan.

Makna kehidupan yang sesungguhnya dimulai bukan setamat kalian dari kuliah, tapi kehidupan yang sesungguhnya dimulai saat kalian memutuskan membaca ijab kobul didepan orang tua dan saksi, itulah mengapa kata pertama yang ditanyakan dari masing-masing orang tua saat kalian memutuskan untuk menikah adalah .... Siap?.

Siap adalah langkah pertama yang diambil saat kalian memutuskan untuk membina rumah tangga, bahkan kata ini seharusnya ada dihati dan pikiran sebelum kalian mengucapkan kalimat lamaran.

Itu lah kenapa jika ada orang yang bercerai dengan alasan tidak siap, saya menganggap orang itu adalah orang paling bodoh sedunia .... Karna dia tidak lulus dilangkah pertama.

Finansial, mengapa saya meletakan ini terpisah dari kategori siap?, karena kecukupan sebuah materi itu bersifat relatif berdasarkan diri sendiri. Walaupun ada uang satu milliar di dalam tabungan sekalipun namun jika keinginan lebih banyak dari kebutuhan uang senilai itu tidak ada harganya sama sekali.

Bencana datang tanpa diketahui, mungkin sebelum menikah kamu memiliki jumlah tabungan yang besar dan memutuskan untuk mendirikan usaha alih-alih menambah pundi-pundi tabungan, naas begitu menikah usaha yang dijalan kan jatuh karna krisis ekonomi global, lalu ...... masihkah dia menjadi cinta sejatimu?.

Pergaulan adalah salah satu dari banyakk hal yang akan terus berkembang mengikuti alur zaman dan kehidupan seseorang, itulah mengapa pergaulan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh menentukan masa depan.

Pola I Kekerasan

Seringkali perceraian bukan hanya menimbulkan perpisahaan namun juga kekerasan secara verbal maupun non --verba, yang sebenarnya jika di telusuri bukan hanya menimpa kaum wanita namun juga kaum pria, hanya saja karena tenaga pria lebih besar maka kaum perempuan lah yang lebih sering menjadi korban. Hal ini didorong karna hilangnya rasa saling menghormati apa lagi kasih sayang, dan biasanya ini terjadi kepada mereka yang memutuskan menikah di usia muda.

Wanita memiliki kemampuan berpikir dewasa dua kali lebih baik dan cepat dibandingkan pria, sementara pria memiliki siklus yang beberda, yang menganggap hidup adalah sebuah permainan. Menurut pria dengan dibawah 30 puluh tahun main-main adalah salah satu bagian dari hidupnya, dan saat diumur 30 mereka harus dipaksa untuk berubah menjadi lebih serius karena pria yang tidak berubah di umur kepala tiga maka akan seperti itu adanya terus sepanjang hidupnya.

Tak jarang pula kekerasan di lampiaskan ke buah hati mereka, sebuah tindakan yang tidak pantas dilakukan sebagai orang tua,bagi saya anak kecil mendengar perkelahian orang tua saja itu tidak pantas apa lagi sampai menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, terlebih jika itu dilakukan oleh seorang pria.

Kekrasan membentuk sebuah kepribadian baru

Apa yang kalian lakukan jika kalian melihat sesuatu yang salah? apa lagi ikut merasakan?. Dilakukan setiap hari, selama bertahun-tahun bahkan hampir disepanjang hidupnya?, kebiasaan itu akan tertanam kepada mereka yang melihatnya lalu ...... pikiran memprosesnya ke dalam alam bawah sadar menjadikanya sebagai hal yang wajar bagi dia yang melihat & merasakan.

Sehingga gambaran cinta didalam pikiran sadar dan alam bawah sadar mereka bukan tentang pelukan dan ciuman, melainkan sebuah makian kasar dan pukulan di bagian tubuh.

Tau kenapa kebanyakan orang tua tidak mengingkan calon menantu mereka berasal dari keluarga broken home?, bukan karena mereka egois tapi karna mereka takut anak mereka mengulang kejadian yang sama dan terjebak didalam sebuah pola.

Lalu lebiih baik manakah :   bertahan namun mengalami KDRT, atau berpisah?.

Pisah!!

Saya tidak perlu mejabarkan alasanya, karena tidak ada alasan serasional apapun untuk bertahan dari sebuah tindak kekerasan.

Namun satu hal yang mau saya tekan kan, mereka yang menjadi korban adalah korban seutuhnya sehingga mereka harus sadar dan keluar dari pola tersebut, jika tidak mereka akan mengubah status dirinya dari korban menjadi terdakwa (untuk pria), namun apa bila ia perempuan, ia akan kembali menjadi korban dipernikahan selanjutnya.

Contoh Kasus :

Suatu ketika salah satu teman wanita saya memaksa untuk bertemu, Lalu betapa kagetnya saya melihat kondisi wajahnya yang biru-biru. Dengan kepala menunduk dan suara terbata-bata ia pun bercerita mendapatkan kekerasan dari pacarnya.

Pacar ?!?! .... Mukul ?!?!, pasti kalian berpikir hal yang sama dengan saya.

Tindakan pertama yang saya sarankan adalah fisum dan lapor ke polisi, namun dia menolaknya dengan berbagai macam alasan yang tak masuk akal, lalu saya mengatakan dengan tegas ... tinggalkan dia tak pantas untuk mu!!, dia setuju dengan yang saya perintahkan dan memutuskan untuk mengakhiri hubunga .... Katanya.

Seminggu berlalu saya melihat social medianya mengupdate momen kebersamaan di sebuah kafe, menyusul post foto mesra selanjutnya.

Saya bingung dan menanyakan, tentang hubungan mereka. Lalu dia mengatakan tak sanggup pisah,naas tiga hari setelah pernyataan yang di sampaikan kesaya, dia kembali menghubungi saya dan mengatakan mengalami kekerasan.

 Hmmmm.... Setelah saya telusuri ternyata ayahnya sering melakukan hal yang sama ke ibu, saran yang diberikan dia pun sama dengan saya  .... dan Jawaban yang diberikan ibunya pun sama dengan apa yang dia berikan kesaya, Pola yang sama.

Sehingga saya menarik kesimpulan, orang-orang seperti ini hanya mampu berpikir secara rasional namun kenyataanya mereka tidak bisa melaksanakan apa yang di pikirkan atau bertingkah kontradiktif.

Akal sehat mampu berpikir tindakan itu salah,namun alam bawah sadar tidak dapat merespond apa yang ada didalam benaknya.

Bagi alam bawah sadar, cinta itu ya seperti itu ... keras, penuh dengan kekerasan. Dan mereka pun telah siap apabila pernikahan mereka akan berakhir seperti yang dialami kedua orang tuanya.

Saat orang tua memutuskan memukul istri didepan anaknya, maka detik itu juga ia telah merubah kepribadian anak tersebut dan jika dia melakukanya berulang kali maka alam bawah sadar anak itu memastikan bahwa itu adalah tindakan yang benar yang dilakukan seorang kepala rumah tangga.

Ada sebuah fakta yang menarik berkaitan dengan pola ini, bahwa karakter anak-anak terbagi menjadi dua berdasarkan .... Jenis kelamin

Pria : jika dia berani melawan, maka dia akan nekat dan pribadinya berubah menjadi seorang berandalan, menganggap rumah bukan lagi tempat untuk berlindung, jadi mau tidak mau harus mampu melindungi dirinya sendiri.

Dan apabila ia tidak berani melawan, dia akan mencari orang lain figure baru yang bisa melindungi dirinya. Tentu figure yang bisa melindungi pasti "bukan perempuan" bukan? Dan itu akan berpengaruh kepada orientasi seksualnya kelak.

Atau ... dia akan menyimpan dendam masa lalu semakin tersiksa dan terancam maka semakin besar rasa dendam tersebut mendominasi pikiranya.

Dan orang-orang yang seperti ini lah yang mengerikan, bagai bomb waktu hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk meledak, dan orang-orang seperti ini tidak akan pernah menyerang dari depan, lalu dia akan mencari korban-korban selanjutnya untuk dapat memuaskan hasrat dendamnya.

Wanita : wanita adalah mahluk sentif dan lemah,dia akan melakukan apaun untuk melindungi dirinya sendiri, namun sayang kebanyakan dari mereka menggantungkan diri kepada orang yang salah sehingga sifat dan pribadinya lebih banyak terpengaruh dari orang tersebut.

Lalu saat dia sadar dan memutuskan untuk berpisah dari orang tersebut, ia akan kembali mencari figur lain dan begitu seterusnya, jika ia tak berhasil menemukan figure yang cocok maka hingga ke jenjang pernikahan pun diakan melakukan hal yang sama.

Hal ini bukan hanya tidak baik bagi mental dan kejiwaannya namun juga bagi orientasi seksualnya.

 Pola II Sulit percaya

     Apapun bentuknya perpisahan akan menciptakan luka dan trauma bagi mereka yang kehilangan, dan korban akan mewarisi sebuah perilaku dari apa yang mereka lihat bertahun-tahun lamanya

Figur orang tua adalah figur penting dan krusial bagi tumbuh kembang anak, itu lah kenapa apa yang mereka lakukan apa yang mereka ajarkan akan diserap.

Namun apa yang terjadi jika diumur belia kita sudah kehilangan salah satu figure dari mereka?, dan bukan hanya itu saja mereka juga ikut menyaksikan semua kebohongan dan pertengkaran yang terjadi, lalu dipaksa mengikuti hasil persidangan menentukan hak asuh, dan hidup pincang tanpa keberadaan orang tua yang lengkap.

Mereka akan kehilangan kepercayaan, bukan hanya kepada orang tua atau pasangan mereka kelak namun juga pada diri mereka sendiri.

Cinta pertama manusia datang dari orang tua. Jika orang tua tidak mampu memberikan cintanya secara utuh kepada sang buah hati maka ia akan kehilangan kepercayaan akan makna dari cinta itu sendiri.

Itu lah mengapa anak-anak korban perceraian haus perhatian, lalu apabila telah mendapatkan perhatian dari orang yang dia tuju, sebisa mungkin akan dipertahankan bagaimanapun caranya.

Jadi untuk kamu yang memiliki pasangan seperti ini, tidak perlu takut. Mereka curiga bukan karna tidak percaya dengan kamu, mereka curiga karena tidak percaya dengan diri mereka sendiri dan takut kehilangan kamu.

Solusi

Saya tidak akan bicara bagaimana solusi dari sebuah perceraian, karena saya menganggap mereka yang memutuskan menikah adalah mereka yang telah siap dan dewasa dalam hubungan itu sendiri.

Sedangkan mereka yang terkena dampaknya apakah telah siap? Atau telah dewasa menyikapi permasalahan orang tuanya?.

Maka saya akan memberikan solusi untuk mereka yang terkena dampak dari perceraian.

Waktu + Anda = Cinta

Apa yang anda rasakan pertama kali mengetahui orang tua anda memutuskan untuk berpisah?, mungkin seketika kita tidak akan percaya lagi dengan mereka. Sama hal yang seperti yang dialami mereka, orang yang paling dicintai yang seharusnya ada untuk menjaga dan melihat tumbuh kembang bukan berpisah.

Mereka kehilangan banyak hal, yang perlu dilakukan orang tua adalah memberikan waktu luang anda, karna di saat tersebut hanya itulah yang dibutuhkan mereka. Mungkin anda juga merasa kehilangan namun ingat mereka jauh lebih kehilangan.

Mungkin memerlukan waktu lama untuk mereka menyesuaikan diri, namun seiring berjalanya waktu akan kembali bukan hanya kepercayaan, namun juga kembali ke pangkuan anda.

Jiwa yang terguncang

Saya sering melihat akibat dari perceraian banyak orang tua yang lebih gampang emosi, atau mungkin karna tiba-tiba sang buah hati bertindak nakal tidak seperti biasanya sehingga memancing emosi anda.

Kehilangan sesuatu yang bersifat benda mati saja akan membuat anda terguncang, apa lagi kehilangan orang yang paling berharga dan paling dekat dalam hidupnya.

Dan perlu kalian ketahui itu adalah cara mereka dalam me-recovery pikiran dan jiwa mereka yang sedang terguncang, dan cara memberitahukan kepada anda bahwa mereka membutuhkan perhatian lebih

Lalu apa yang harus dilakukan ? : Jangan dimarahi

Tegur dia dengan perlahan, lalu cium keningnya ... sentuhan dari kulit ke kulit akan menenangkan hatinya, membantu alam bawah sadar si kecil untuk percaya bahwa dia tidak kehilangan figur orang tua.

Ajarkan untuk menerima & Ikhlas

Ada yang namanya mantan pacar, mantan suami atau mantan istri ... tapi tidak ada yang namanya mantan orang tua, jadi jangan mengajarkan anak anda untuk membenci mantan pasangan anda ... karna biar bagaimana dia adalah orang tuanya.

Ajarkan dia untuk menerima dan memaafkan agar hati ikhlas menjalankan kehidupan selanjutnya.

 Usia Remaja = Titik Balik

Dibanyak artikel yang saya buat, selalu saya tekankan bahwa usia remaja adalah usia krusial, dalam hal ini pula saya kembali menekankan betapa pentingnya masa-masa remaja. Terutama bagi mereka yang menjadi korban dalam tema ini, dimana usia remaja dapat menjadi titik balik.

Dilangkah ini orang tua tidak boleh banyak mengambil peran, mereka hanya cukup memperhatikan sambil sedikit curang memberikan instruksi, yang perlu diperhatikan adalah menanamkan rasa berani dan punya sikap terutama untuk perempuan.

Khusus perempuan apabila pasanganya bertingkah kasar apa lagi hingga main tangan .... Tinggal dan lapor kepihak yang berwenang.

Dan khusus laki-laki, diedukasi dengan sangat tegas untuk tidak menggunakan kekerasana dalam sebuah hubungan.

Hal ini membantu memberitahukan alam bawah sadarnya, kekerasan merupakan cara yang salah dalam membina sebuah hubungan.

Membina bukan memusihi

Hal yang lucu terjadi adalah banyak orang tua yang justru memusuhi pacar dari anak-anak mereka, itu lah yang membuat anak-anak sekarang pacaran dengan tidak wajar dan tanpa sepengetahuan orang tua.

Lebih baik mereka berkata jujur mau kemana lalu kita menentukan jam pulangya, atau mungkin lebih baik lagi mereka pacaran dirumah ketimbang harus pergi keluar.

Pahami & Sadari ada jarak antara anak -- orang tua

Ada yang harus kita pahami terlebih dahulu, bahwa ada sebuah jarak antara orang tua dan anak,dimana jarak ini lah yang membuat sedekat-dekatnya anak tidak mau dan tidak akan mencerita kan apapun secara keseluruhan terhadap orang tuanya.

Contoh ... apakah kalian bercerita ke orang tua kalian dimoment saat merasakan ciuman pertama?, tentu tidak bukan?. Begitu pula saat kalian tengah bersedih mungkin beberapa kalian bercerita tapi tidak dengan versi aslinya.

Jika moment yang membahagiakan saja kadang tidak diceritakan apa lagi moment menyedihkan, karena usia remaja dapat menjadi sebuah titik balik dan apabila miss peran orang tua maka hingga dewasa kelak dia tak akan mampu untuk keluar dari pola ini.

Tapi sebagai orang tua tidak bisa mengambil porsi terlalu banyak, mereka hanya bisa mengamati lalu bertanya disaat yang tepat, bersikap lah dewasa dan objectif. Jika mereka putus itu bukan kesalahan pacar anak anda atau anak anda sendiri.

Tapi karena umur mereka memang belum siap.

Orang tua harus sadar mereka tidak mampu menyelesaikan sendiri

            Disini lah orang tua diuji kedewasaanya mereka harus mengakui dan menerima tidak bisa membuat anaknya keluar dari pola itu sendirian, mereka memerlukan bantuan dari pihak luar yang notabane selanjutnya akan menjadi pasangan hidup anak anda kelak.

Pasangan anak anda adalah pelengkap sekaligus pengganti figure yang hilang didalam hidupnya, orang tua boleh membantu seleksi pasangan namun hanya sebatas itu, pilihan ada tetap ditangan anak anda.

Usai mereka menentukan pasanganya, ajak mereka berdua berdiskusi ceritakan apa yang terjadi dulu, lalu berikan mereka tanggung jawab untuk saling menjaga satu sama lain. Agar tidak terulang kembali. 

Penting ! : Tidak Menggunakan Kekerasan

Dua orang yang saling mencintai memutuskan menikah maka diatas kertas menerima latar belakang dari keluarga pasangan masing-masing, sehingga dia juga memiliki kewajiban untuk membantu mengeluarkan orang-orang seperti ini yang notabanenya calon istrinya untuk keluar dari tragedi ini.

Maka kalian harus mempelajari dan mengerti,  membina rumah tangga dengan masa penjajakan atau pacaran berbeda jauh. Begitu menikah mungkin kalian akan terkaget-kaget dengan beberapa sifat yang tidak pernah ditemui saat kalian pacaran.

Dan kalian pun harus ingat bukan menikahi orang biasa, mereka special. Dan seperti yang saya sebutkan diatas mereka memiliki sebuah pola dikehidupanya, dan salah satu kendala terbesar dalam menjalin hubungan dengan orang-orang seperti ini adalah ..... Ego & Kepercayaan

Jika kamu berhasil membawanya naik ke pelaminan maka berbanggalah kamu telah berhasil merebut kepercayaanya.

Namun jangan senang dulu kalian akan mendapatkan tantangan baru, ego mereka begitu tinggi tak jarang pula sulit diberitahu, bagi mereka yang hidup struggle melawan masa lalunya lebih banyak menutup diri dan bersifat defensive untuk melindungi diri sendiri. Dari serangan luar yaitu kamu.

Mereka tau kewajiban mereka sebagai seorang istri namun sayang tindakanya kontradiktif karna ... ego.

Alam bawah sadarnya merekam dan menyimpulkan bahwa melarang berarti sebuah kekang yang harus dilawan. Ini lah yang harus kalian persiapkan bahwa selanjutnya mungkin aka nada banyak adu argument dan sedikit pembrontakan. Bukan karena mereka tidak mau mengikuti kalian sebagai imam, namun semata-mata hanya untuk melindungi dirinya sendiri yang sedang terancam.

Orang-orang seperti ini memerlukan figure yang tegas, karena alam bawah sadar mereka akan berhenti berontak dan mengikuti aturan saat menerima sebuah hentakan secara verbal hingga kekerasan fisik.

 Nah ini lah yang perlu di ingat,tegas boleh tapi jangan sampai menggunakan kekerasan terutama kekerasan fisik, sekali kalian memutuskan memukul maka akan ada pukulan ke dua dan seterusnya. Dan disaat itu pula dia kembali masuk ke dalam pola yang sama.

Sama dengan menjerumuskan anak kalian ke dalam pola setan dan siklus kehidupan yang kejam, berputar-putar disebuah .... Tragedi Kemanusiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun