Mohon tunggu...
o n e t  b u r t o n®
o n e t b u r t o n® Mohon Tunggu... Wiraswasta - o l e h

Tukang Ojek. Tinggal di Denpasar Bali

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Rumah di Atas Pipa

6 Juni 2020   19:55 Diperbarui: 9 Juni 2020   18:20 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perkampungan. (Foto: KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG)

Penghidupan mereka bersumber dari berjualan bensin eceran. Meminjam tempat di pojokan toko besar dekat perlintasan rel kereta api. Ebu Lenath membayar beberapa rupiah setiap bulannya pada sang pemilik toko. 

Hari itu bensin mereka sudah habis. Menghabiskan sisa hari sebelumnya.

Ebu Lenath sedang dalam gairah pikiran. Pikirannya sedang gesit meraba-raba. Meloncat ke sana kemari. 

Beberapa hari sebelumnya dia sedang memperbaiki lantai di bilik belakang yang sudah rusak. Rabatan semennya yang tipis sudah lapuk. Hingga sempat jebol ketika sedang menggeser bak air.

Dia segera mencari tahu. Dia khawatir kalau-kalau rumah yang sudah diakrabinya itu turut jebol.

Begitu dikorek-korek dengan linggis, ternyata tanahnya malah terperosok lebih dalam. Beberapa jengkal. Dihunjamkan linggis beberapa kali, tanahnya terus menurun. Hingga akhirnya setelah sekian kali menghunjamkan linggis dengan maksud memadatkan, terdengar suara, "Taaang," seketika dia berhenti. Diperiksanya lekat-lekat dengan bantuan lampu senter. 

"Oh ini pipa. Pipa apa ya?" desah Ebu dengan nafas kacau.

Segera dikorek lebih dalam agar bisa diperkirakan besarnya. Baru setengah lingkar pipa dia sudah bisa menerka. Pipa di hadapannya lumayan besar. Ada seukuran pahanya. Dia menerka-nerka pipa apa gerangan yang ada di bawah rumahnya itu.

Pipa air? Pembuangan? Rupanya dia tidak mau ambil pusing. Pendek kata dia berucap, "Aku harus mencari tahu. Ini pipa apa. Karena ada di bawah rumahku, aku berhak mengetahui ini pipa apa." 

Pipa Bensin Tinggal Sebulan

"Ayo Yah..lanjut lagi ngebornya..," ujar Lenath melihat ayahnya selesai membasuh tangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun