Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tegar Bukan Manekin Anak

3 Desember 2020   21:01 Diperbarui: 3 Desember 2020   21:17 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berkat belas kasihan manajer pula, aku selalu dipilih untuk bekerja pada shift pertama. Mulai jam 10:00 pagi hingga jam 16:00 sore. Beruntung pula teman kerja tak ada yang iri. Mungkin mereka sudah pernah kukenalkan pada Tegar saat ulang tahun kemarin. Dan aku yakin mereka juga iba melihat Tegar.

Oleh karena itu, manajer memberi tugas hanya sebagai pengganti baju pada manekin anak. Lalu menjaga tumpukan baju obral anak yang selalu diobrak-abrik oleh pengunjung. "Pokoknya baju yang dipakai manekin itu tugasmu, kalau banyak pembeli tertarik, otomatis bonusmu saya tambah" kata manajer menyemangatiku.

Diam-diam aku menganggap manekin anak itu sebagai Tegar yang menggemaskan, montok, dan tumbuh sehat. Kupilihkan baju dan celana yang harmonis. Enak dipandang dan memikat pembeli yang datang. Bahkan tak jarang pula aku sering menceritakan manekin anak kepada Tegar saat dia beranjak tidur.

"Apakah ibu selalu memakaikan jaket ke manekin itu?" tanya Tegar suatu malam.   

"Ya iyalah, seperti kamu Tegar, di toko ibu AC-nya dingin sekali, kasihan kalau tidak pakai jaket" jelasku.

Tegar hanya tersenyum-senyum. Mungkin dalam hatinya tidak ada yang salah jika setiap anak kecil mengenakan jaket seperti dirinya, apalagi setiap hari.

"Tapi sebenarnya bukan itu Tegar, tubuhmu terlalu ringkih. Kamu selalu demam lalu kejang jika tidak mengenakan jaket. Itulah mengapa tubuhmu tidak bisa tumbuh membesar. Paling tidak seukuran manekin anak seperti di toko" batinku nelangsa seraya mengusap rambutnya.

Kulihat Tegar meneruskan kegiatannya. Memilin-milin rambutku sambil membayangkan sesuatu yang tak kupahami. Aku mencoba rileks dan menarik tanganku keatas mengusir penat seraya melihat kalender di dinding. Mendadak mataku tak bisa lepas dari tanggal 3 Desember. Aku bangkit dari tempat tidur dan membiarkan Tegar berbaring diatas kasur.

"Tegar ulang tahun?" bisikku kegirangan. "Ya Tegar sudah tujuh tahun, mungkin dia lupa. Oh tidak. Bukan dia yang lupa, tapi ibunya. Payah" gumamku sambil geleng-geleng kepala.

"Ibu mau kemana? jangan kemana-mana bu, disini saja" rengek Tegar.

"Kamu ulang tahun Tegar. Lihat ini, esok lusa tanggal 3 Desember tepat hari Minggu" jelasku seraya menunjuk kalender di dinding.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun