Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pembicaraan Lirih Orangtuaku

2 Februari 2020   10:17 Diperbarui: 2 Februari 2020   17:10 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: johnstuartcurry.files.wordpress.com

Gaji minim tapi ingin anaknya sekolah hingga perguruan tinggi. Hidup dengan segala keterbatasan dan "dibatasi" menjadikan bapakku senantiasa waspada. Kondisi pemerintahan saat itu selain dibatasi juga diawasi. Hal ini membuat bapak harus berhati-hati. Bapakku sangat paham dan menjaga "doktrin" yang diterima sebagai PNS. Ada rahasia yang mereka simpan agar aku tak mengetahui doktrin itu hingga dewasa.

Ketika kondisi sudah berubah, rezim telah berganti, maka saat itu pula bapakku telah melewati masa-masa "keterbatasan dan pengawasan" dengan selamat. Terbatas gajinya, terbatas pilihan politiknya, diawasi penerapan "doktrin" sebagai PNS dan terpaksa harus menyimpan sesuatu agar kewibawaan orang tua terjaga.

Kini, setelah aku berkeluarga, anakku sudah sekolah dan mulai membayar sejumlah uang untuk berbagai keperluan sekolah, maka aku pun menyimpan rahasia untuk kemandirian dan kewibawaan dimata anakku. Bahwa jangan mengeluh di depan anak-anak, sebab mereka harus kuat dalam segala kondisi dan perubahan.

MALANG, 2 FEBRUARI 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun