Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Penjahit

26 Desember 2019   18:51 Diperbarui: 27 Desember 2019   15:16 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Yaaah Wati kan ingin hidup enak juga, lagian mana ada perempuan memilih hidup sengsara ayah, hari gini lo yah."

"Awas lo ya, jangan tertipu penampilan, apa saja sekarang ini bisa tertutup dengan penampilan Wati, justru ayah tak mau kau lengah dengan yang satu ini, kau ingat itu" tegas Pak Sukardi seraya merapikan bajunya.

"Nah siapa itu? ada mobil berhenti di depan rumah?" tanya sang ibu sembari mengintip ke jendela.

"Hehehe, itu calon mantu ibu, anaknya baik bu, mobilnya keren, orangnya wangi, bajunya bermerk bu, lihat saja nanti, ayah dan ibu pasti suka" jawab Wati percaya diri sambil membuka pintu dan menyambut tamunya di teras. Nampak Wati sudah tak sabar lagi. Pria itu memasuki halaman dan disambutnya dengan wajah berbunga-bunga. Pria itu menjulurkan jabat tangan dan segera diraih oleh Wati seraya sedikit ditarik untuk segera masuk ruang tamu.

"Ayah, ibu, kenalkan ini Andre teman Wati, keren kan? bajunya bermerk lo, ya kan Andre?"

"E.., Pak, Bu, E.., Assalamu'alaikum, maaf mengganggu, boleh saya masuk?" tanya pria itu nampak gugup.

"Wa'alaikumussalam, bukankah kau adik yang memesan baju kapan hari itu? bukankah baju itu jahitan ayah?" tanya Pak Sukardi sedikit bertubi-tubi.

Wati sontak melongo, kakinya lemas, airmatanya tumpah setitik ke pipi. Bibirnya kaku dan bergetar menahan malu. Dilihatnya pria itu langsung menunduk dan terus mencoba merapikan bajunya seperti menutupi kikuk tak karuan. Tubuhnya mendadak limbung, niat mau duduk di sofa menjadi urung, lututnya tak bisa bergerak, telinganya mendadak panas terngiang-ngiang kalimat “baju bermerk”.

SINGOSARI, 26 Desember 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun