"Yaaah Wati kan ingin hidup enak juga, lagian mana ada perempuan memilih hidup sengsara ayah, hari gini lo yah."
"Awas lo ya, jangan tertipu penampilan, apa saja sekarang ini bisa tertutup dengan penampilan Wati, justru ayah tak mau kau lengah dengan yang satu ini, kau ingat itu" tegas Pak Sukardi seraya merapikan bajunya.
"Nah siapa itu? ada mobil berhenti di depan rumah?" tanya sang ibu sembari mengintip ke jendela.
"Hehehe, itu calon mantu ibu, anaknya baik bu, mobilnya keren, orangnya wangi, bajunya bermerk bu, lihat saja nanti, ayah dan ibu pasti suka" jawab Wati percaya diri sambil membuka pintu dan menyambut tamunya di teras. Nampak Wati sudah tak sabar lagi. Pria itu memasuki halaman dan disambutnya dengan wajah berbunga-bunga. Pria itu menjulurkan jabat tangan dan segera diraih oleh Wati seraya sedikit ditarik untuk segera masuk ruang tamu.
"Ayah, ibu, kenalkan ini Andre teman Wati, keren kan? bajunya bermerk lo, ya kan Andre?"
"E.., Pak, Bu, E.., Assalamu'alaikum, maaf mengganggu, boleh saya masuk?" tanya pria itu nampak gugup.
"Wa'alaikumussalam, bukankah kau adik yang memesan baju kapan hari itu? bukankah baju itu jahitan ayah?" tanya Pak Sukardi sedikit bertubi-tubi.
Wati sontak melongo, kakinya lemas, airmatanya tumpah setitik ke pipi. Bibirnya kaku dan bergetar menahan malu. Dilihatnya pria itu langsung menunduk dan terus mencoba merapikan bajunya seperti menutupi kikuk tak karuan. Tubuhnya mendadak limbung, niat mau duduk di sofa menjadi urung, lututnya tak bisa bergerak, telinganya mendadak panas terngiang-ngiang kalimat “baju bermerk”.
SINGOSARI, 26 Desember 2019