"Ah itu sudah biasa bagi kami, kalau adik tahu baju-baju di Mall itu ada sebagian yang dikerjakan disini" tukas Pak Sukardi setengah promosi.
"Oh ya? kebetulan sekali kalau begitu, saya ini orangnya suka yang bermerk pak" ucap pria itu dengan nada semangat. "Hari gini pak, penampilan itu nomor satu, betulkan pak?" Mendengar itu Pak Sukardi mengangguk, hatinya geli.
"Yang penting menjahitnya disini ya dik?" seloroh Pak Sukardi.
Seminggu berlalu jahitan pria itu sudah rampung. Pria itupun mengambil jahitan sesuai dengan tanggal yang tertera di bon jahitan. Pria itu tak menyangka jika hasil jahitannya bagus dan rapi seperti pakaian bermerk sungguhan.
"Wow, amazing pak, keren, keren, asli keren pak" pria itu takjub.
"Lain kali saya kesini lagi pak, saya puas dengan jahitan bapak, mantab sekali" puji pria itu seraya menyerahkan beberapa lembar uang kertas sebagai ongkos menjahit.
"Terima kasih dik, silahkan jika ada teman, saudara dan siapa saja yang ingin menjahitkan baju, bawa saja kesini" harap Pak Sukardi seraya menempelkan telapak tangan kanannya di dada.
*********
Sore ini Pak Sukardi pulang lebih awal, meninggalkan pegawainya yang masih meneruskan jahitan. Wati memohon kepada ayahnya untuk menyempatkan diri pulang sebentar, karena ada temannya yang akan bertamu.
"Ayah, temanku ini baik orangnya, dia anak orang kaya, dan sepertinya tertarik sama aku, Ayah nanti temui dia ya" pinta Wati. "Ibu juga lo" rengek Wati kepada sang ibu.
"Wati, kamu sudah dewasa, ayah tak membatasi kamu berteman dengan siapa saja, tapi yang perlu diingat adalah ayah tak suka jika kau melihat dari sisi materi terus" saran Pak Sukardi.