Panik di Sebuah Masjid
Berhubung saya dan rombongan membawa kendaraan sendiri dan Takengon kebanyakan wisata alam, saya, Salman dan beberapa rekan perjalanan lain keesokan harinya memutuskan untuk memakai celana pendek saja. Jangan bayangkan celananya tipe celana pantai gitu ya! Celana pendeknya masih sopan menurut saya karena masih menutupi lutut. Tapi ya bagian betis sih nampak, ya.
Walau begitu, saya sengaja membawa sarung untuk berjaga-jaga. Ya, siapa tahu kan ketemu penduduk yang tak berkenan dengan tampilan saya. Sehingga dengan sekejap, bagian betis dapat ditutupi.
Kami menikmati menjelajah beberapa tempat wisata terkenal di Takengon. Tak hanya berkeliling ke Danau Laut Tawar, kami juga sempat ke Pantan Terong yang merupakan dataran tertinggi di Takengon, lalu ke Loyang Mandale, situs yang memuat bukti peradaban manusia.
Suatu sore, kami sempat mampir ke sebuah masjid sebelum kembali ke hotel. Masjid ini berada di pinggir sungai yang bersih. Rumah-rumah penduduk berderet rapi di sepanjang aliran sungai. Begitu tiba, saya segera ke tempat wudhu yang lagi-lagi bangunannya terpisah.
Saat masih berada di kamar mandi, saya mendengar ketukan suara yang cukup cepat.
"Yan, jangan keluar ya. Kamu harus pakai sarung dulu, tadi Salman dimarahin pengurus masjid."
"Nggak dimarahin kok, tapi tadi ya ditegurlah," sahut Bang Yudi memberi penjelasan.