Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Deg-degan Jelajah Masjid di Dataran Tinggi Gayo Takengon, Aceh

30 April 2020   15:45 Diperbarui: 30 April 2020   15:51 2348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangnya bukit. Indah, ya. Dokpri.
Belakangnya bukit. Indah, ya. Dokpri.
Ornamen khas gayo. Dokpri.
Ornamen khas gayo. Dokpri.
Bahkan, saat pagi hari saya iseng keliling kota, saya melihat sepasang bule Eropa yang prianya santai saja bercelana pendek dan istrinya tak memakai jilbab. Sepertinya benar yang dibilang Bang Yudi bahwa penduduk Takengon lebih laidback alias lebih selow. Saya bahkan beberapa kali bertemu gadis Takengon yang tak memakai penutup kepala. Dan, sepertinya semua baik-baik saja.

Panik di Sebuah Masjid

Berhubung saya dan rombongan membawa kendaraan sendiri dan Takengon kebanyakan wisata alam, saya, Salman dan beberapa rekan perjalanan lain keesokan harinya memutuskan untuk memakai celana pendek saja. Jangan bayangkan celananya tipe celana pantai gitu ya! Celana pendeknya masih sopan menurut saya karena masih menutupi lutut. Tapi ya bagian betis sih nampak, ya.

Walau begitu, saya sengaja membawa sarung untuk berjaga-jaga. Ya, siapa tahu kan ketemu penduduk yang tak berkenan dengan tampilan saya. Sehingga dengan sekejap, bagian betis dapat ditutupi.

Kami menikmati menjelajah beberapa tempat wisata terkenal di Takengon. Tak hanya berkeliling ke Danau Laut Tawar, kami juga sempat ke Pantan Terong yang merupakan dataran tertinggi di Takengon, lalu ke Loyang Mandale, situs yang memuat bukti peradaban manusia.

dsc-0900-5eaa8d28d541df2ff24c8462.jpg
dsc-0900-5eaa8d28d541df2ff24c8462.jpg
Di Goa Putri Pukes kami melihat sebuah batu berbentuk manusia yang diyakini sebagai seorang putri yang terkena kutukan. Di Air Terjun Mengaya kami sempat sedikit hiking ke perbukitan. Sungguh objek wisata di Takengon sungguh indah. Tak lupa, kami mencicipi kuliner dan menyesap kenikmatan Kopi Gayo yang terkenal itu.

Suatu sore, kami sempat mampir ke sebuah masjid sebelum kembali ke hotel. Masjid ini berada di pinggir sungai yang bersih. Rumah-rumah penduduk berderet rapi di sepanjang aliran sungai. Begitu tiba, saya segera ke tempat wudhu yang lagi-lagi bangunannya terpisah.

Saat masih berada di kamar mandi, saya mendengar ketukan suara yang cukup cepat.

"Yan, jangan keluar ya. Kamu harus pakai sarung dulu, tadi Salman dimarahin pengurus masjid."

Masjid tempat kami ditegur. Dokpri.
Masjid tempat kami ditegur. Dokpri.
Pemandangan indah di sekitar masjid. Dokpri.
Pemandangan indah di sekitar masjid. Dokpri.
Saya membuka pintu dan mendapati Aufa, menginformasikan tentang itu. Langsung saya buka tas selempang dan mengenakan sarung di sana. Begitu mendekati masjid, semua nampak senyum-senyum kecut.

"Nggak dimarahin kok, tapi tadi ya ditegurlah," sahut Bang Yudi memberi penjelasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun