Mohon tunggu...
Rokhman
Rokhman Mohon Tunggu... Guru - Menulis, menulis, dan menulis

Guru SD di Negeri Atas Awan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Bantu Orangtua Terapkan BDR ala Banjarnegara

16 Juli 2020   05:49 Diperbarui: 16 Juli 2020   11:56 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak 13 Juli 2020 tahun ajaran baru 2020/2021 sudah dimulai meskipun masih dalam suasana pandemi. Hal ini sangat berpengaruh pada penentuan sistem layanan pendidikan. Di sana sini masih ditemui kegamangan. Khususnya bagi sekolah yang akan menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Bercermin dari pengalaman belajar di rumah (home learning) selama beberapa bulan lalu ternyata bukan perkara mudah bagi guru, siswa, dan orang tua untuk menjalaninya. 

Banyak kendala dijumpai guru maupun siswa. Berbagai keluhan juga datang dari orang tua. Mulai dari kendala sarana prasarana ketiadaan jaringan internet dan listrik hingga kesulitan karena fasilitas HP Android yang tidak dimiliki siswa.

Selain kendala teknis di atas, faktor SDM guru juga sangat berpengaruh terhadap suksesnya kegiatan home learning. Sebab, masih dijumpai banyak guru yang belum familiar dengan teknologi informasi. Namun, yang lebih utama yakni karena belum adanya panduan belajar baik dari kurikulum, model pembelajaran, maupun cara penilaiannya.

Akibatnya bagi sebagian sekolah yang sudah mampu menjalani pembelajaran daring ternyata mendapati permasalahan baru. Ketika semua guru memberikan tugas kepada siswa dan dikendalikan dengan tagihan-tagihan tertentu hasilnya tidak seperti yang dibayangkan. Anak sibuk dengan tugas hingga tidak bisa menikmati kebersamaan dengan keluarga di rumah.

Mereka larut menyendiri di kamar untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya. Bahkan, karena padatnya tugas dan leletnya jaringan internet kadang berakibat anak menjadi frustasi. 

Anak-anak menjadi sensitif dan mudah marah. Sekadar diingatkan untuk makan atau salat marah-marah. Mereka takut tertinggal mengumpulkan tugas karena dateline dari gurunya.

Kurikulum Solutif

Menyambut tahun ajaran baru, Kemdikbud RI telah mengatur prosedur layanan pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar hingga menengah melalui Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Pada Tahun Ajaran 2020/2021. 

Dalam panduan itu disebutkan bahwa pembelajaran tatap muka baru diperbolehkan pada satuan pendidikan yang berada di daerah zona hijau dengan beberapa persyaratan.

Tahap awal yang boleh membuka pembelajaran tatap muka adalah jenjang SMP/SMA sederajat yang sudah memenuhi semua daftar periksa dan merasa siap. Namun dalam panduan itu juga dijelaskan bahwa orang tua tetap dapat memilih untuk melanjutkan belajar dari rumah (BDR) bagi anaknya. 

Sementara, bagi satuan pendidikan yang berada di zona kuning, oranye, dan merah masih dilarang melakukan proses pembelajaran tatap muka dan tetap melanjutkan BDR.

Berdasarkan panduan tersebut, maka di Jawa Tengah masih banyak daerah yang belum bisa melaksanakan pembelajaran tatap muka, termasuk Banjarnegara. Kabupaten Banjarnegara sampai saat ini masih termasuk zona merah, otomatis belum bisa melaksanakan pembelajaran tatap muka di sekolah. Dengan demikian Kabupaten Banjarnegara masih harus melaksanakan BDR sampai batas waktu yang belum ditentukan.

Melihat fenomena tersebut, Dindikpora Kabupaten Banjarnegara mulai tahun ajaran baru 2020/2021 akan menjalankan "Kurikulum Bantu Orang tua di Rumah." Menurut Kasi Kurikulum SD Dindikpora Kabupaten Banjarnegara, Sunarto, M.Pd kurikulum yang akan diterapkan adalah kurikulum solutif, aplikatif, dan kontekstual serta tidak menyimpang dari kurikulum nasional.

Seluruh program belajar siswa dirancang untuk membantu pekerjaan orang tua di rumah. Setiap minggu sekolah akan memberikan tugas proyek membantu orang tua di rumah. 

Misalnya, minggu pertama proyek menyapu dan bersih-bersih rumah, minggu kedua menyiram dan merawat tanaman, minggu ketiga mencuci pakaian, dan seterusnya.

Ketika anak menjalani proyek menyapu dan bersih-bersih rumah misalnya guru memberikan lembar kerja yang harus dikerjakan siswa sesuai Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai siswa.

Dalam proyek menyapu dan bersih-bersih rumah misal untuk muatan pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti siswa bisa belajar tentang hadis kebersihan. 

Untuk Matematika siswa bisa belajar menghitung luas rumah, jumlah keramik, harga keramik, dan sebagainya. Bahasa Indonesia siswa bisa belajar membuat laporan tentang proyek kebersihan rumah mulai dari perencanaan, lokasi, pelaksanaan, hasil, dan sebagainya.

Selanjutnya, untuk Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) siswa bisa belajar tentang hak dan kewajiban anggota keluarga di rumah, IPA siswa bisa belajar tentang lingkungan biotik-abiotik, IPS siswa bisa belajar tentang pembagian tugas di rumah,  SBdP siswa belajar tentang hasta karya membuat kemoceng atau sapu. 

Demikian juga untuk pelajaran PJOK. Setiap hari anak cukup mengerjakan tugas untuk satu atau maksimal dua muatan pelajaran saja dari proyek tersebut.

Model kurikulum membantu pekerjaan orang tua di rumah ini diharapkan menjadi sesuatu yang mengasyikkan bagi anak dan orang tua. Selain ringan untuk siswa, orang tua akan merasakan langsung manfaatnya. Demikian juga dengan kebersamaan mereka ketika anaknya mengerjakan satu jenis proyek selama seminggu.

Walaupun dalam seminggu hanya satu jenis proyek, namun dalam seminggu itu mampu menjangkau semua materi untuk seluruh muatan pelajaran. Yang lebih melegakan selama seminggu siswa menjalani tugas proyek tersebut tidak perlu menggunakan HP atau daring dari rumah. Semua tugas cukup dilakukan secara luring dan langsung in action bersama keluarga.

Lantas bagaimana teknik penilaiannya? Penilaiannya cukup mudah, yaitu dengan mengirimkan hasil tugas dari lembar kerja dan foto-foto atau video kegiatan di rumah kepada gurunya. Bisa dikirim setiap hari lewat WA atau jika tidak memungkinkan bisa dikirim seminggu sekali sambil mengambil tugas untuk minggu berikutnya.

Demi suksesnya pelaksanaan kurikulum ini, Dindikpora Banjarnegara memberikan pembekalan kepada para guru melalui Bimbingan Teknik Belajar dari Rumah. Melalui kegiatan ini guru dilatih membuat program mingguan dan lembar kerja mingguan sesuai tema proyek per minggunya.

Semoga ikhtiar ini bisa menjadi solusi di tengah pandemi. Harapan selanjutnya keberadaan pendidikan di sekolah semakin dirasakan manfaatnya bagi orang tua di rumah, sekaligus mengembangkan pendidikan life-skill yang lebih kontekstual. Semoga!


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun