Mohon tunggu...
Olivia Armasi
Olivia Armasi Mohon Tunggu... Mengurus Rumah Tangga -

Peduli politik itu peduli terhadap sesama..... Nulis itu sulit, merangkai kata itu susah.... Mantan pelajar yang sedang belajar membaca, belajar komentar & belajar menulis..

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pembangkangan Jokowi sebagai Petugas Partai Berakibat Pembusukan Kabinet Kerja, Siapa Lagi Profesional Korban Berikutnya?

14 Maret 2016   06:22 Diperbarui: 29 Maret 2016   00:49 2202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Jokowi cium tangan Megawati (antarafoto)"][/caption]Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, perjuanganmu lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri. (Soekarno)

Pemerintahan Jokowi-JK mengawali pembentukan kabinet dengan meminta bantuan KPK & PPATK melakukan screening calon-calon menteri. Para elit politik yang merasa ikut andil memenangkan Jokowi-JK, tahu diri dan mundur teratur karena mempunyai catatan transaksi keuangan dalam tanda kutip dipertanyakan. Langkah kebijakan Jokowi sangat efektif terbentuknya kabinet kerja diisi orang-orang yang benar-benar terbukti bersih. 

Telah menjadi tradisi, budaya, kewajaran & kebiasaan sejak dulu kala. Kementrian ESDM dan BUMN adalah dua kementrian yang sepertinya wajib dikuasai oleh orang-orang parpol penguasa/pemenang pemilu. Tapi tradisi itu diubah oleh Jokowi. Kementrian ESDM & BUMN diisi oleh orang-orang profesional, kompeten, kapabel serta mempunyai rekam jejak yang baik.

Niat & tujuan mulia, berbuat baik agar Kementrian ESDM dan BUMN bebas dari kepentingan politik, tidak menjadi sapi perah oknum parpol seperti pemerintahan-pemerintahan sebelumnya, tidaklah berjalan mulus. Tarik-menarik kepentingan dan tekanan-tekanan terhadap presiden yang bukan penguasa parpolpun terjadi. Jokowi yang tidak memberikan ruang sama sekali untuk para oknum parpol bermain, Jokowi dianggap sebagai petugas partai yang membangkang.

Bangsa Pelupa

Kita mungkin memang ditakdirkan sebagai bangsa pelupa. Belum genap setahun pemerintahan Jokowi-JK. Kita begitu terharu dan bangga melihat capaian kinerja kabinet kerja menghiasi layar media. Kabinet kerja sebagai dream team yang bisa mewujudkan harapan bangsa Indonesia. Menteri-menteri yang bekerja keras, cepat, tegas, tanpa kompromi, tanpa pamrih, saling bersinergi dan paham tugasnya masing-masing. Kabinet kerja dengan suasana kerja yang harmonis, kompak, solid, tidak saling mengkooptasi, memiliki semangat serta etos kerja yang tinggi untuk mewujudkan cita-cita bangsa.

Prestasi para menteri menginspirasi dan memotivasi rakyat menjadi tetap optimis menatap masa depan. Dan rakyat semakin percaya Pemerintahan Jokowi JK berada dijalan yang benar.

Sayang kebanggaan itu tak berlangsung lama. Kabinet dream team berubah total 180 derajat. Buyar, hancur lebur berkeping-keping sejak reshufle kabinet bulan Agustus 2015.

Bad news is good news. Hasil kerja positif & fenomenal para menteri Kabinet kerja tertutup berita-berita gaduh perseteruan antar menteri. Kegaduhan membuat suasana kerja menjadi tidak sehat, munculnya syak wasangka, rasa permusuhan melunturkan soliditas kabinet sebagai pembantu presiden, koordinasi antar menteri menjadi kacau, meruntuhkan motivasi & semangat para profesional yang berkiprah membantu percepatan pembangunan. Yang lebih parah, mengakibatkan kewibawaan pemerintah jatuh serta kemampuan presiden Jokowi sebagai nahkoda NKRIpun dipertanyakan. 

Konspirasi Geng JK dan Manfaat Gaduh Kabinet Kerja

Kegaduhan memunculkan spekulasi dan opini liar adanya eksistensi geng mafia di kabinet kerja. Yang katanya dikomandani Wapres beranggotakan Menteri Bappenas, ESDM & BUMN. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun