Samar-samar dia melihat bayangan banyak orang. Tubuhnya terlalu ringkih untuk bangkit. Tenggorokannya terasa kering.
      "Kasih air minum dulu," ucap pria berkepala plontos.
      "Saya Danang Pak. Ke sini sama Bapak," mulutnya sudah mampu berucap setelah meminum air namun tubuhnya sungguh tak berdaya. Danang pingsan.
      Tahu-tahu Danang sudah berada di tempat tidur di rumah sakit. Ibunya girang ketika melihat anaknya sudah terbangun.
      "Bu.. Bapak mana?" tanyanya seketika menyadari bahwa Bapak tidak ada disamping Ibu.
      "Bapak masih dicari Nang. Kita doa buat Bapak ya," kata Ibu sambil memijit tangan Danang.
--------------------------------------------------
      "Bapak saya harus ditemukan!!" teriak Danang ketika petugas Tim SAR datang ke rumah untuk mengabarkan perihal berhentinya proses pencarian bapaknya.
      "Nak Danang kami sudah berusaha. Kami memiliki batas waktu untuk menelusuri gunung. Saat ini aktivitas gunung sedang berbahaya, jika ini dilanjutkan maka akan mengancam yang lain juga," jelas petugas.
      Setiap malam Danang mendengar Ibunya menangis. Danang tak tahan mendengarnya. Danang mendendam kepada alam karena telah mengambil Bapaknya dan membuat dirinya dan Ibunya larut dalam kesedihan.
      Danang masih berusia 15 tahun ketika peristiwa memilukan itu terjadi. Demi membalaskan dendamnya kepada alam, Danang bertekad untuk mencari Bapaknya hingga ketemu.