"Menaklukan gunung itu perlu ilmu. Emosi hanya akan membuatmu tersesat," kata Pak Andika.
      Berbekal kata-kata Pak Andika, Danang rajin berlatih untuk menjadi pendaki yang handal.
      "Jangan Nang. Jangan diteruskan. Bapak sudah tenang di sana," Ibunya kala itu memohon agar Danang menghentikan langkahnya untuk menjadi pendaki.
      "Tidak Bu, Danang harus menemukan Bapak," tukas Danang.
      "Buat apa Nang. Kamu mau hilang seperti Bapak dan meninggalkan Ibu?" tanya Ibu.
      "Bukan.. bukan itu Bu. Alam tidak boleh menang. Danang tidak ingin jadi pecundang. Danang tidak akan menyerah mencari Bapak sampai darah penghabisan."
      Kata-kata Danang terakhir rupanya membuat Ibunya terdiam. Danang memang anak Bapak. Karakternya sangat kuat jika sudah bertekad.
      "Pergilah jika itu maumu. Ibu tidak akan melarang. Jadilah pendaki yang hebat."
--------------------------------------------------
      Tujuh tahun sudah Danang menjadi pendaki. Dendamnya kepada alam membuatnya tumbuh menjadi pendaki yang handal.  Tujuan Danang tidak lagi hanya untuk menemukan Bapaknya tetapi juga bergabung menjadi tim penyelamat untuk mencari dan menemukan pendaki yang hilang.
      "Aku tak ingin kejadian Bapakku terulang. Betapa sedihnya ketika keluarga tidak bisa melihat korban untuk terakhir kali. Meski dalam kondisi mati, paling tidak keluarga bisa menguburkan jenazah dan menyambangi makamnya. Aku akan terus mencari Bapakku dan berjuang untuk mereka yang hilang," tegas Danang.