Dalam konteks ini, mari perhatikan kata-kata berikut:
"Kamu selalu telat."
"Kamu suka menunda pekerjaan."
"Kamu pemalas."
"Kamu pembohong."
Sekarang, bandingkan dengan kata-kata berikut:
"Belakangan ini, kamu selalu datang di atas jam 8."
"Seharusnya motor itu sudah diservis sejak minggu lalu, tetapi sampai hari ini kamu belum membawanya ke bengkel."
"Kamu belum membereskan kamarmu beberapa hari ini."
"Katamu akan datang kemarin, tetapi sampai hari ini kamu belum muncul juga."
Jika diperhatikan, kata-kata di bawah dan di atas sebenarnya ingin menyampaikan hal yang sama, tetapi terdengar berbeda saat disampaikan. Kata-kata di baris atas terdengar judging, cenderung kasar, bahkan mungkin menyinggung perasaan dibanding kata-kata di baris bawah.
Di sini kita lihat, bahwa penggunaan kata yang berbeda akan memiliki dampak yang berbeda. Demikian pula dengan intonasi. Intonasi yang datar dan tenang akan terasa lebih ramah dan lebih baik untuk didengar.
Dari sini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa untuk terampil berkomunikasi kita perlu dapat berkata-kata dengan baik, yaitu dengan menggunakan kata-kata dan intonasi yang baik dan tepat. Tanpa keduanya, komunikasi kita akan sangat mungkin sulit untuk diterima dengan baik oleh pihak lain.
b. Kesediaan untuk mendengar.
Hal kedua yang penting agar kita terampil berkomunikasi adalah kesediaan mendengar. Kesediaan mendengar ini sebenarnya justru menjadi hal yang utama dan sangat penting dalam berkomunikasi, bahkan jika dibandingkan dengan keterampilan berkata-kata. Sebab, tanpa kemauan dan kepekaan untuk mendengar dan memahami kebutuhan serta perasaan orang lain, komunikasi kita akan cenderung bersifat satu arah, menilai, menghakimi, dan menyakiti orang lain.Â
2. Metode Komunikasi
Menurut Rosenberg, ada 4 metode yang dapat kita lakukan untuk mempraktikkan komunikasi tanpa kekerasan agar kedua belah pihak yang berkomunikasi terpenuhi kebutuhannya.Â