Mohon tunggu...
Oktavia Iswari Nur Ramadhani
Oktavia Iswari Nur Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas: Ilmu Komunikasi Prodi: Public Relations Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Dosen pengampu: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Nama: Oktavia Iswari Nur Ramadhani Nim: 44223010151 Fakultas: Ilmu Komunikasi Prodi: Public Relations Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Dosen pengampu: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Kepemimpinan Sarat Wedotomo KGPAA Mangkunegara IV pada Upaya Pencegahan Korupsi

12 November 2023   23:04 Diperbarui: 12 November 2023   23:10 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


D. Pemimpin mempunyai keberanian untuk berbuat sebaik-baiknya dalam mengambil keputusan demi kepentingan umum dan kelompoknya. Di tengah meningkatnya sewa lahan apanage ke perkebunan Eropa pengusaha. Dia membuat kebijakan kontroversial. Untuk mengingat kembali negeri-negeri ange yang dulu disewakan kepada pengusaha Eropa. Lalu dia mengelolanya sendiri untuk dijadikan lahan pertanian. Itu pemilik hak atas tanah memberikan ganti rugi. Hal ini untuk kemakmuran yang disukai rakyatnya penjelasan ke Surakarta Surakarta. Penjelasannya, berisi tentang penarikan kembali tanah ange dan gaji kepada keluarga pada tanggal 28 Maret 1871. Mangkunegaran IV untuk melaksanakan tugasnya didikan, peduli nasib orang, begitu pula kepeduliannya terhadap hukum dan korupsi. Mangkunegara IV mendesak Residen Surakarta agar mengubah hukum menjadi hukum adat. Ini Hal itu ditindaklanjuti Residen Surakarta dengan mengirimkan surat kepada Gubernur Jenderal, No. 3515 Surakarta, tanggal 25 April 1873, yang di wilayah Kasunanan dan Mangkunegaran membentuk Kabupaten Pradoto. Hindia Belanda menyetujui usul Residen dengan Surat Keputusan Sekretaris Pemerintah Batavia No. 1302, tanggal 9 Juni 1873. Dengan Pengadilan afdeling-afdeling pradoto, oleh karena itu sejak tahun 1873, persoalan pengadilan terhadap masyarakat adat diambil atas pradoto pribumi dan tidak lebih dari tiga bulan telah ditangani

Konsep Wilayah Tengah Kepengarangan KGPAA Mangkunegara IV

KGPAA Mangkunegara IV adalah seorang raja dan penyair ulung. Hal ini dapat dibuktikan dengan berbagai  karyanya.
 Sastra. Ada yang merupakan ciptaannya sendiri, ada pula yang merupakan adaptasi dari banyak karya sastra kuno dan terkenal yang pernah ia baca. Beberapa di antaranya merupakan komposisi ulang karyanya terhadap karya-karya terkenal di masa lalu. Sebagai salah satu tokoh kerajaan Jawa khususnya Mangkunegaran, KGPAA Mangkunegara IV mempunyai jiwa dan kepribadian yang kuat, sejalan dengan nilai dan gagasan budaya  Jawa. Gagasan dan pandangan hidup yang diungkapkan dalam karya-karyanya mencerminkan nilai-nilai budaya Jawa yang sesuai dengan kondisi zaman. Tidak dapat dipungkiri bahwa hasil karya tersebut juga dipengaruhi oleh lingkungan tempat KGPAA Mangkunegara IV dilahirkan dan dibesarkan. Berbagai permasalahan dalam karya-karya tersebut seringkali mewakili pemikiran masyarakat Jawa. 

Elemen banyak di antaranya yang menulis tentang etika sosial sehari-hari,  akhirat, pendidikan, ajaran moral, ketuhanan, ilmu kebatinan Jawa, dan lain-lain. Beberapa karya merupakan karya baru/adaptasi karya penyair-penyair terkenal zaman dahulu. Terdapat beberapa karya baru yang merupakan sintesis (campuran) dari banyak karya berbeda yang telah diadaptasi baik  isi maupun bentuk lagunya. Dari ketiga teks yang disajikan dalam pembahasan ini, secara umum dapat dilihat konsep mana yang merupakan gagasan pokok. Pokok pikiran tersebut secara jelas tertuang dalam tiga karya sastra, yaitu  Serat Widhatama, Serat Salokatama, dan Serat Darmawasita. Membaca ketiga kitab tersebut, kita akan melihat permasalahan pokok yang muncul dan dijelaskan secara umum oleh KGPAA Mangkunegara IV. Inti permasalahan atau fokus pengajaran dapat digolongkan dalam empat tema dasar, yaitu hubungan antar manusia, hubungan Manumia dengan Tuhan, watak atau sifat baik dan etos kerja.

Serat Kinanthi

Kinanthi secara khusus menjelaskan mengenai praktik disiplin yang dapat diterapkan untuk mencapai kesadaran dan  kewaspadaan batin, termasuk mengurangi asupan makan dan tidur. Lari seperti  kini mulai menjadi barang mewah karena dianggap tidak biasa. Keegoisan pribadi dan kelompok yang mempunyai hubungan dekat dengan pemimpin negara tersebut, mereka cenderung mendambakan kekuasaan demi memperkaya diri sendiri dan kelompoknya. Memperkaya diri sendiri dengan cara apa pun sering diberitakan di media, dan banyak kasus korupsi yang melibatkan para pemimpin negara sudah menjadi pemandangan biasa. Realitas menyedihkan dari tindakan korupsi yang sering diamati dan dilaporkan mungkin menunjukkan adanya persekongkolan dalam tindakan korupsi.

Hal seperti ini tidak bisa ditoleransi, itulah sebabnya kejahatan seperti korupsi sering dilakukan secara massal. Karena keserakahan dianggap biasa, korupsi sudah  menjadi budaya. Kita dapat menerapkan ajaran Serat Wedhatama pada kepemimpinan agar upaya pencegahan korupsi dapat menjadi lebih efektif. 

Ilustrasi Gambar Anti Korupsi
Ilustrasi Gambar Anti Korupsi

Keterkaitan kepemimpinan Sarat Wedhatama pada Serat Kinanthi dalam upaya pemberantasan korupsi:

1. "Eling lan waspodo" yaitu  selalu dapat mengingat, unggul dan berperilaku

2. "Awya Mematuh Nalutuh" yaitu berartikan dapat menghindari tindakan marah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun