Nama: Oktavia Iswari Nur Ramadhani
Nim: 44223010151
Prodi: Public Relations
Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi Dan Etik UMB
Dosen Pengampu: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak
Kampus: Universitas Mercu Buana
Artikel ini menguraikan secara singkat dan sederhana kepemimpinan, Sarat Wedotomo oleh KGPAA Mangkunegara IV.
Yang Mulia Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV.
Serat Wedhatama
Mengandung makna yang sangat mendalam, makna: Serat adalah kitab, sedangkan wedha membangun makna ilmu, dan tama adalah yang utama. Oleh karena itu Sera Wedhatama disebut sebagai kitab pokok ilmu pengetahuan yang membantu manusia memperolah ruh utama/leluhur bagi setiap kehidupan manusia di dunia. termuat pelajaran disana, berasal dari KGPAA. Ditujukan bagi para putra dan turunannya, agar keturunan nya berakhlak mulia dan memiliki watak yang leluhur. Namun belakangan ternyata isi dari ajaran tersebut bersifat luas/universal, yang dimaksud yaitu bermanfaat bagi semua orang dan berlaku selamanya. Oleh karena itu, ti-daklah mengherankan, bila hingga kini isi kitab Wedhatama sangat di minati oleh kalangan masyarakat Jawa. Bahkan sangat banyak para mahasiswa asing yang berminat, seperti hal nya dari Belanda, Amerika, Inggris, Australia, Jepang dan masih banyak sekali warga asing lainnya, yang berminat untuk mempelajarinya.
Serat Wedhatama pada mulanya disajikan dalam bentuk puisi (tembang), seluruhnya terdiri dari 100 (seratus) bit (padha), dibacakan dan dinyanyikan (Macapat), dengan atau tanpa iringa gamelan. Kitab Wedhatama mempunyai cukup banyak kualitas sastra yang tinggi, sehingga kini naskah ini digolongkan sebagai karya sastra dan seni oleh para toko budaya dalam dan luar negeri . Selanjutnya apabila kita dapat memahami, menghayati, serta melaksanakan dan mengamalkan ajaran-ajaran-nya yang paling mulia dan paling agung. Dengan mengenang jasa jasanya dalam bidang sastra, khususnya dalam penafsiran kembali ajaran Wedhatama Sutra, Jawa tahun 1905 atau tahun 1973 Masehi dengan dua sengkalan, juga mencerminkan kepribadian KGPAA. Mangkunegoro IV, Disertai dengan karya sastranya Adapun Cendraseng-kala untuk tahun 1905 Jawa, berbunyi: "Lungduding Kamukswan Ambabar Wiji", Suryasengkala untuk tahun 1973 Masehi, adalah: "Cahyaning Piwulang Ambuka Budi".
Buku Wedhatama dan nama KGPAA harum sekali.
Mangkunagoro IV sebagai seorang penyair dan filosof besar dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan pendapat sebagai berikut:
1. Wedhatama kecil dan tipis namun isinya padat, komprehensif dan luas jangkauannya. Kata-kata mengandung makna yang dalam dan struktur kalimat yang enak didengar karena menyentuh emosi dan dapat digunakan sebagai sarana melatih dan mengembangkan jiwa/karakter. Wedhatama pertama adalah ciptaan manusia primitif yang mendapat petunjuk dari Tuhan.
2. Segala ciptaannya mementingkan kebutuhan manusia, sebagai landasan pemahaman Alam, pedoman pendidikan, akhlak, keluhuran budi, agama dan kesempurnaan hidup.
3. Dalam silsilah penyair zaman baru, KGPAA.
Mang-kunagoro IV adalah salah seorang yang paling menonjol dalam bidang bahasa serta reputasi tata bahasanya.
Oleh karena itu, dalam kelompok penyair tingkat tinggi, ia menempati posisi pertama.
enam pokok ajaran Dalam Serat Wedhatama
1. Sangatlah penting bagi setiap manusia untuk mencari dan mempelajari ilmu jasmani dan rohani, agar kehidupan dan kehidupan di dunia yang hanya ada satu kali ini tidak rusak atau habis.
2. Bentuk jiwa Anda dan amalkan agama Anda di bawah ahli di bidangnya.
3. Kita harus memahami bahwa pengetahuan sejati tidak selalu ada pada orang tua atau orang muda.
Tapi bisa juga orang yang rendah hati, sekedar mendapat rahmat Tuhan, pasti mendapat ilmu .
4. Agar orang yang taat dapat mengamalkan agama, mereka harus menunjukkan bahwa perkataan mereka sesuai dengan tindakan mereka atau bahwa integrasi pengetahuan mereka sesuai dengan tindakan mereka.
5. Siapapun yang ingin menikmati ilmu harus dibimbing pada jalan menghilangkan hawa nafsu, disertai rasa percaya dan pasrah pada kekuasaan Tuhan.
6. Anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang melimpah harus ditebus dengan penghayatan yang mutlak, berlandaskan kesucian batin, dengan menjauhi sifat pemarah ( egoisme berlebihan), disertai dengan tekun melaksanakan 4 (empat) jenis doa 43 .untuk mengetahui ; doa jasmani, doa kreatif, doa jiwa dan Bersembahyang.
Sementara itu, ajaran dalam Wedhatama juga dapat diringkas menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Ajaran untuk remaja.
2. Ajaran bagi orang lanjut usia.
Kedua kelompok tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Ajaran bagi golongan muda:
a. Dianjurkan agar mempelajari etika dan sopan santun atau tata krama dan memahami sumber ilmu yang benar.
b. Jangan sombong atau menyombongkan diri karena mempunyai kelebihan dalam ilmu, karena ilmu pada dasarnya tidak dapat diandalkan. Jangan bersikap sombong hanya karena ayahmu berkuasa atau seorang bangsawan.
c. Ia harus mampu menilai dengan cermat segala macam ajaran, sehingga mampu memanfaatkan ajaran tersebut dan memilih ilmu yang benar-benar sesuai dengan bakat pribadinya.
d. Menyadari pentingnya mengamalkan dharma selama hidup di dunia ini, antara lain, setiap manusia wajib berusaha mencapai tiga sarana hidup virya, arta, wasis (kemuliaan, kekayaan, kecerdasan).
2. Ajaran bagi orang lanjut usia:
a. Pengetahuan atau cara mendidik anak.
b. Bagaimana caranya jika ingin menentukan atau memastikan kebenaran suatu ilmu.
c. Bagaimana bersujud dihadapan Tuhan Yang Maha Esa, agar tidak mengalami kerugian dan sia-sia usahamu dihadapan Tuhan.
d. Sekalipun seseorang sudah cukup tua (tua), jika tidak berilmu dan tidak memahami aspek rasa pasti disebut tuwa-tuwas, bisa dikatakan usianya baru tahun karena sudah menjadi seorang yang sangat tua. Orang tua seperti itu bisa saja kebarat-baratan seperti sepah, apalagi perilakunya sering kali memalukan. Demikianlah garis besar umum isi Wedhatama Sutra yang hendaknya dijadikan acuan dan model penerjemahan mandiri seluruh isi Wedhatama Sutra.
Nilai pendidikan etika
Sebagaimana tertuang dalam syair I Pupuh Sinom, Amalan kerohanian Panembahan Senopati yang luhur dan luhur begitu mulia sehingga patut menjadi teladan bagi siapapun yang mengikutinya sebagai teladan. Selain itu, ia juga menjadi teladan bagi anak cucunya, ia menyebarkannya kepada masyarakat luas di luar tembok istana. Teladan Panembahan Senopati sebagai pemimpin perang sekaligus pemimpin yang mampu menjembatani kesenjangan antara Kawula dan Gusti, karena keunggulannya. Kualitas luar biasa yang dimilikinya diperoleh melalui ketekunan dalam mengembangkan pikiran. Bagi generasi muda masa kini, setidaknya harus memiliki sifat pribadi yang kuat untuk mampu menghadapi gelombang masuk budaya asing yang cenderung menjerumuskan mereka ke dalam jurang penderitaan. Pembinaan kecerdasan yang sangat penting dalam pendidikan tinggi bagi generasi sekarang sudah cukup menggantikan peran pikiran yang dimainkan oleh Panembahan Senopati. Kegigihan generasi muda dalam mengamalkan keyakinannya merupakan perubahan zaman yang positif, menjadikan generasi muda mampu melakukan hal-hal praktis, dan menjadi sarana mengembangkan semangat bangsa untuk mencapai tujuan.target ketahanan nasional. Semoga dapat melahirkan eladan moral bagi generasi muda saat ini.
Nilai Religius
Serat Wedhatama ditulis pada puncak agama Hindu pada tahun di Jawa sehingga ajarannya terinspirasi dari ajaran mistik. Oleh karena itu, untuk mencapai relevansi nilai-nilai keagamaan yang dikandungnya, perlu adanya improvisasi dan penerapan aliran ini pada kondisi masyarakat saat ini. Hal ini terlihat pada Pupuh II Pangkur ayat 12. Uraian ayat ini dimaksudkan agar seseorang mampu mengendalikan diri dari hawa nafsu, sehingga imannya tidak tergoyahkan dan ruhnya menjadi mulia. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak dapat dipungkiri bahwa kecepatan informasi, terutama melalui media elektronik, akan menjadi sarana transformasi budaya yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Kekuatan keyakinan yang dimiliki generasi muda akan menjadi landasan berpikir dan bertindak untuk mewujudkan hidup bahagia, bebas dari penderitaan lahir dan batin.
Sejarah KGPAA. Mangkunagoro IV
Pangeran Adipati Arya Mangkunagoro IV di Surakarta, adalah cicit KGPAA. Mangkunegoro I (RM. Said/ Pangeran Sambernyow). Beliau adalah putra KPH. Hadiwijoyo 1 (putra KPH. Hadiwijoyo yang meninggal di Kaliabu Salaman saat berperang dengan Kompeni), yang menikah dengan putri KGPAA. Mang-kunagoro II, beliau merupakan putra ke-7 yang lahir pada malam Minggu Legi, 1 Sapar Jimakir (1736 atau 1809 M), dengan nama Raden Mas Soediro.
Sejak kecil RM. Soediro diasuh langsung oleh kakeknya KGPAA.
Mangkunagoro II namun setelah menginjak usia 10 tahun diserahkan kepada Kanjeng Pangeran Rio yang kemudian naik takhta menjadi KGPAA. Mangkunagoro III, dan ditunjuk sebagai putrinya. Pada usia 15 tahun, ia bergabung dengan korps infanteri Mangkunagaran, dan tiga tahun kemudian mencapai pangkat kapten. Selama ini, dia tetap bersama ayah angkatnya (yang belum naik takhta), bertanggung jawab untuk mematuhi. Misi perang Kakek KGPAA. Mangkunagoro II antara lain: Perang di Cirebon, Palembang, Diponegaran. Oleh karena itu, ia selalu mendapat medali dan bintang jasa, dan pangkatnya di Korps pun meningkat pesat. Akhirnya, sambil berpangkat mayor infanteri, ia diangkat menjadi ajudan oleh ayah angkatnya dan Pepatih Dalem Mangkunagaran. Tak lama kemudian, ia diangkat menjadi Pangeran dengan gelar KPH. Gondokusumo, yang selanjutnya dinikahkan dengan putri sulung KGPAA. Mangkunagoro III, ber-nama BRAj. Doenoek.
Setelah KGPAA.
Mangkunagoro III wafat, beliau diangkat sebagai penggantinya pada tanggal 14 Rabiulawal Jimawal 1781 atau 24 Maret 1853, yang sementara itu masih bergelar KGPAA. Prabu Prangwadono, Letnan Kolonel Infanteri Legiun Mangku-nagaran. Memutuskan untuk menyandang gelar KGPAA Mangkunagoro IV ketika berusia 47 tahun, pada hari Rabu 27 Kliwon Sura Jimakir 1786 atau 16 Agustus 1857. Pada masa pemerintahannya, ia banyak mendapat pujian dan penghargaan berupa bintang jasa dari pemerintah. Austria, Jerman dan Belanda atas kiprah – kiprah dan jasanya dalam pembangunan dan kepemimpinan pemerintahan Mangkunagaran. Pada masa pemerintahannya, Mangkunagaran mengalami masa keemasan baik ekonomi, sosial, dan budaya yang dikenal dengan Kala Sumbaga. Sumbaga artinya terkenal dan sangat sukses, tepatnya dialah pencipta utama ketenaran, sekaligus tumpuan kekayaan keluarga/kerabat mangkunagara, baik di dalam maupun luar negeri. Pada tahun perkebunan kopi dan tebu mulai didirikan hampir pada tahun di seluruh wilayah Kadipaten Mangkunagaran.
KGPAA. Mangkuna- Goro IV, rupanya seorang negarawan dan pengusaha hebat, dan lebih dari itu, dia juga seorang seniman dan filsuf yang hebat. Kemampuannya sebagai seniman dan filsuf meninggalkan sesuatu yang sangat berharga, tidak hanya bagi orang-orang terdekat Mangkunagaran tetapi juga bagi masyarakat luas di luar Mangkunagaran.
Warisan karya sastra berupa puisi (temp-bang) yang masih sangat dicintai dan dikagumi antara lain berjudul: Tripama, Manuhara, Nayakawara, Yogatama, Pariminta, Pralambang, Lara Kenya, Pariwara. Rerepen Pra -yangkara, Rerepen Prayasmara, Sendhon Langenswara dan karya sastra filsafat yang paling terkenal adalah Wedha- tama. Betapa terkenalnya kitab Wedhatama dan betapa harumnya nama KGPAA.
Mangkunagoro IV sebagai seorang penyair dan filosof besar dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan pendapat sebagai berikut:
1. Wedhatama kecil dan tipis namun isinya padat, komprehensif dan luas jangkauannya.
Kata-kata mengandung makna yang dalam dan struktur kalimat yang enak didengar karena menyentuh emosi dan dapat digunakan sebagai sarana melatih dan mengembangkan jiwa/karakter.
Hal ini merupakan indikasi bahwa Wedhatama merupakan ciptaan tokoh protagonis yang mendapat petunjuk dari para Dewa.
2. Segala ciptaannya berkaitan dengan kebutuhan manusia, sebagai landasan pemahaman tentang hakikat ketuhanan, sebagai pedoman pendidikan, akhlak, keluhuran budi, agama dan kesempurnaan hidup.
3. Dalam silsilah penyair zaman baru, KGPAA.
Mang-kunagoro IV adalah salah seorang yang paling menonjol dalam bidang bahasa serta reputasi tata bahasanya. Oleh karena itu, dalam kelompok penyair tingkat tinggi, ia menempati posisi pertama.
Di akhir esainya, Dr. Pigeaud mempertegas maksudnya dengan menyatakan: “Demikianlah dalam sejarah sastra Jawa menduduki tempat utama, yang sampai sekarang dan di masa yang akan datang akan tetap tersimpan dalam ingatan dan kenangan setiap Bangsa.” Ketenaran dan reputasi KGPAA. Mangkunagoro IV, tidak hanya terdapat pada karya sastranya saja. Namun begitu juga halnya dengan wayang kulit peninggalan Mangkunagaran, khususnya pertunjukan sinetron Kyai Sebet, Wayang Madya, Langendriyan, pertunjukan epos Ramayana dan Mahabharata, serta pertunjukan lainnya yang disebut Beksan Wireng, dan masih ada beberapa jenis tarian baru. Kreasi Khas Mangkunegaran. Model rompi bernama Langenharjan Jas yang kini menjadi aksesoris mutlak busana pengantin pria kerajaan khususnya di wilayah Surakarta, semuanya merupakan ciptaannya.
Karya dan Jasa Jasa KGPAA. Mangkunagoro IV
Dalam kepemimpinan pemerintahan Mangkunagaran, Tuan adalah orang yang mandiri, penuh inisiatif dan kreativitas kekuasaan, antara lain:
1. Di bidang pemerintahan: meneliti dan menegaskan kembali batas-batas wilayah antar Mangku - Kerajaan Nagaran dan milik Kasunanan Surakarta dan Kasul- Tanan Yogyakarta (desa Ngawen yang terletak di wilayah Kerajaan Yogyakarta milik Kerajaan Mangku- Nagaran pada waktu itu).
2. Dalam bidang kemiliteran : mewajibkan setiap orang tua Mangkunagaran yang sudah dewasa dan yang tidak ingin menjadi pegawai negeri, terlebih dahulu menjalani pendidikan militer selama 6 sampai 9 bulan.
3. Di bidang ekonomi sosial: didirikan perusahaan komersial yang berbeda, yang menjadi sumber pendapatan bagi seluruh kerajaan, selain memberikan kesempatan kerja seluas-luasnya bagi penduduk wilayah Mangkunagaran.
Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain: pabrik gula yang didirikan di Tasikmadu, Colomadu, Gembongan, pabrik sisal di desa Mentotulakan, pabrik kue di desa Polokarto, pabrik batu bata dan ubin di desa Kemiri, perkebunan karet dan teh, kopi dan kina di lereng barat Gunung Lawu, penebangan kayu di wilayah Wonogiri, serta pembangunan perumahan sewa baik di dalam maupun luar kota Surakarta khususnya di Semarang (wilayah Pindirikan).
4. Dalam bidang sosial budaya: sebagai wujud kebangsawanan leluhur dan sebagai kerajaan yang merdeka (walaupun kecil), pemerintah dibekali dengan segala macam perlengkapan kerajaan, seperti; perhiasan (rijkssieraden), meja dan kursi ukir, lampu dan liontin, patung, karpet dan peralatan rumah tangga (sendok, garpu, gelas, gelas, dill), semuanya dipesan dan dibeli olehnya dari luar negeri yaitu Italia, Jerman, Persia dan negara lain. Megah, misterius dan mempesona semua yang melihatnya. Hingga saat ini sebagian besar benda-benda tersebut masih dapat dilihat di Keraton Mangku-nagaran.
Secara filosofis dan sastra, ia mempunyai pandangan yang sama dengan penyair besar seperti Sri Susuhunan PB. IX, R.Ng. Ronggowarsito. Memang sejak naik takhta, ia sangat dekat dengan R. Ng. Ronggowarsito, pertemuan ini diadakan hampir setiap dua minggu sekali untuk bertukar pikiran dan meningkatkan kesadaran. Padahal, selain penyair besar R. Ng. Ronggowar-sito, KGPAA. Mangkunagoro IV bisa juga disebut sebagai penyair besar terakhir. Namun, ketika dia kemudian naik takhta, dia tidak menerima julukan tersebut. KGPAA. Mangkunagoro IV, wafat pada Jumat Luong, 6 Sawal Jimakir 1810 atau 8 September 1881, dalam usia 75 tahun dan bertakhta selama 25 tahun. Putra/putrinya berjumlah 32 orang, 10 diantaranya meninggal dalam usia muda dan dua orang putranya naik takhta berturut-turut sebagai KGPAA. Mangkunagoro V dan VI. Berikut sedikit sejarah KGPAA. Mangkunagoro IV yang karya dan pengabdiannya menunjukkan dirinya sebagai seorang prajurit, negarawan, pengusaha besar, dan tokoh kebudayaan. Selama ini sifat dan akhlaknya yang alim, ikhlas, dan berakhlak mulia, selalu sadar akan tugasnya sebagai penerus dinasti Mangkuna-garan.
K.G.P.A.A. Mangkunegara IV (1811-1881) merumuskan konsep ini dengan karya-karyanya yang berupa ijuk, salah satunya adalah ijuk.: Serat Wedhatama bermanfaat bagi pemimpin atau calon pemimpin masa depan, untuk membentuk “manusia prima” (manusia sempurna), salah satunya yang dikaitkan dengan “kepemimpinan” yang berbalut budaya, serta tidak mengabaikan aspek teologis (religius) sebagai pedoman hidup manusia di dunia. Serat Wedhatama merupakan istilah Jayabaya yang diciptakan oleh Prabu Jayabaya (1135-1157) untuk menyikapi realita zaman yang lekat dengan kepemimpinan, kini memasuki masa Sumbaga.
Pertama, pemimpin bukan bawaan lahir melainkan harus dipikirkan dan dipersiapkan. Mangkunegaran IV adalah raja yang bukan keturunan Mangkunegaran III, melainkan as saudara dari Mangkunegaran III. Ia dipersiapkan oleh kakeknya untuk menjadi pemimpin karena kakeknya kecerdasan dan memiliki banyak keunggulan sejak kecil. Dia diasuh dengan kerajaan pendidikan dan juga kuat. Padahal dia mempunyai ilmu administrasi dan baik agama. Setelah dewasa ia menjadi calon pemimpin yang didukung Belanda. Dia
diangkat berdasarkan surat keputusan 16 Agustus 1857 pada usia 46 tahun dan untuk lebih disetujui sahnya diangkat, ia menikah dengan Raden Ayu Dunuk, sebagai anak sulung Mangkunegaran III dengan permaisuri dari Suryamijayan. Kepemimpinan di era milenial, hendaknya juga menjadi pemimpin siap. Mereka tumbuh menjadi pemimpin bukan karena keturunan melainkan diciptakan oleh Cricle, sang contohnya adalah terpilihnya pemimpin daerah dari binaan partai politik sebagai lingkaran politiknya, dibentuk berdasarkan pengalaman mereka di masyarakat dan dilegitimasi melalui suara terbanyak. Kedua, pemimpin harus mampu menjadi teladan bagi bawahannya, sehingga dapat membangun masyarakat yang baik dan menciptakan efektivitas pembangunan, karena diharapkan dapat bergairah milenial terhadap pemimpinnya.
Mangkunegara IV juga merupakan raja yang memberikan nasehat atau doktrin yang baik bagi umatnya, yang ia tuliskan dalam karya sastra apalagi selama ini digunakan demikian seperti Serat Wedhatama, Tripama, Wirawiyata, Manuhara, Nayakawara, Yogatama, Parimnita, Pralambang Lara Kenya, Langenswara, Sriyatna, Candrarini, Paliatma, Salokatama, Darmawasita dan lain-lain.
Kepemimpinan Mangkunegara di Era Milenial
Pemimpin di era milenial dengan pemilu yang demokratismembangkitkan semangat untuk mengikuti kinerja pemimpin dalam pembangunan. Mereka juga punya teladan di era kepemimpinannya seperti Gusdur tentang pluralisme. Ketiga, pemimpin yang inovatif karena inovasi merupakan hal yang penting dalam organisasi memimpin (Rachman dan Jakob, 2018). Menurut Pringgadigda , Mangkunegaran adalah seorang
asas pencetus perekonomian perkebunan modern. Di bidang keamanan, ia mendirikan polisi
unit yang menerima laporan kasus, menjalankan surat instruksi dan membantu masyarakat. Itu Polisi pada saat itu tidak bekerja sendiri melainkan mempunyai beberapa bawahan yaitu carik, lurah, langsir (Hussar bersenjatakan tombak) wibasana dan wadana gunung [10]. Di polisi juga punya kecerdasan yang disebut margatama. Margatama bertugas melaporkan segala hal yang mencurigakan.
Margatama mempunyai bawahan yaitu Margayuda Nagara dan Juru Karya Peksa dengan bawahannya margayuda desa [11]. Mangkunegaran IV juga mendirikan lembaga pendidikan Legiun Mangkunegaran dengan mengambil semua peraturan dan tata cara dari Eropa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan dinamai “Layang Pranatan Soldat Sekul”. Prosedur penerjemahan prajurit ini dibantu temannya, bernama Carl Friedrich Winter, putra penerjemah bahasa Jawa, Johannes Wilhelmus Musim dingin. Pemimpin di era milenial pun banyak melakukan inovasi, salah satunya adalah Ridwan Kamil inovasi pengembangan program smart city, bank sampah, dan kampung hijau. Joko Widodo dengan Kartu Indonesia Sehat (KIS) atau asuransi kesehatan dan KIP (Kartu Indonesia Pintar)
atau bantuan pendidikan. Anis Baswedan dengan naturalisasi sungai untuk mencegah banjir dan lain-lain.
A. Para pemimpin di era milenial mendukung kemandirian dan semangat kewirausahaan. Mangkunegara IV juga mempunyai prinsip kemandirian dan jiwa kewirausahaan, terbukti beliau mempunyai perkebunan kopi besar yang dikelola seperti perkebunan Eropa di zaman kerajaan wilayah. Ia harus mengembangkan ekspor pertanian khususnya kopi dan tebu. Dia juga memiliki pabrik gula di Colomadu dan Tasikmadu yang mesinnya didatangkan dari Eroupe dan produknya diekspor ke Eropa. Ia juga sudah banyak menjalin kerja sama ekonomi yang menguntungkan antara Jawa dan Belanda. Kerjasama tersebut diwujudkan dengan bantuan modal dari
Nederlandsche Handelmaatschappij di Semarang dan Maatschappij pembuat gula pabrik di Colomadu dan Tasikmadu berkembang. Kedua pabrik ini menjadi pabrik percontohan, yang banyak dikunjungi pejabat dan orang asing. Selain itu pabrik gula juga ada mendirikan pabrik pengolahan nila pada tahun 1880 yang produknya diekspor ke Eropa. Itu Tanaman yang diperoleh untuk menunjang peningkatan ekonomi selain tebu adalah kina dan pala yang ditanam di lereng gunung Lawu. Bisnis lainnya adalah pabrik sisal di mentotulakan, pabrik kue di Polokarto, pabrik batu bata dan genteng di Kemiri, dan hutan produk di Wonogiri. Pemimpin di era milenial juga seperti Mangkunegaran IV, punya bisnis keluarga besar seperti Jokowi dengan perusahaan furnitur, Hari Tanoe Sudibyo dengan MNC
B. Para pemimpin di era milenial memanfaatkan perangkat komunikasi untuk memperkuat kepemimpinannya. Seperti halnya Mangkunegara IV di bidang komunikasi, pada tahun 1863 sudah ada layanan pos. Pelayanan pos didirikan untuk memperlancar komunikasi antar Mangkunegaran dengan wilayahnya dan pemerintah Belanda. Pelayanan pos tidak hanya di wilayah domestik saja
tapi bisa mengirim pesan ke Belanda. Pada tahun 1976 layanan telegram dibuka.
C. Pemimpin milenial harus berani dan pantang menyerah. Mangkunegara IV adalah pemimpin yang terhormat. Hebatnya, ia melakukan perlawanan melalui tulisan pena, itu sudah cukup membuat penjajah mundur. Demikianlah contoh sikap utama dalam menjunjung tinggi etika perang menurut jawa yaitu “nglurug tanpa bala, digdaya tanpa aji, dan menang tanpa ngasorake”. Kemenangan diraih secara kesatria, tanpa melibatkan banyak orang, tanpa senjata yang membunuh orang dan tidak pernah mempermalukan musuh. Apalagi Mangkunegara IV memperkuat hukuman atas kasus suap dengan mengeluarkan undang-undang “Layang Pranatan tentang Larangan Suap Tahun 1854”, isinya:
a. Orang yang menginginkan kedudukan seperti ngabei, demang, rangga dan bekel,
dilarang menyuap dengan uang atau benda lain yang mempunyai nilai.
b. Jika berhasil mendapatkan jabatan, dilarang meminta bayaran kepada bawahan.
c. Siapa pun yang melanggar perintah ini, memberi atau menerima suap, akan mendapat hukuman yang adil Kepemimpinan di era milenial mengedepankan penegakan keadilan dan juang korupsi. Sejak tahun 1995, Transparansi Internasional telah diterbitkan setiap tahunnya Indeks Presepsi Korupsi (CPI) yang memeringkat negara-negara.
D. Pemimpin mempunyai keberanian untuk berbuat sebaik-baiknya dalam mengambil keputusan demi kepentingan umum dan kelompoknya. Di tengah meningkatnya sewa lahan apanage ke perkebunan Eropa pengusaha. Dia membuat kebijakan kontroversial. Untuk mengingat kembali negeri-negeri ange yang dulu disewakan kepada pengusaha Eropa. Lalu dia mengelolanya sendiri untuk dijadikan lahan pertanian. Itu pemilik hak atas tanah memberikan ganti rugi. Hal ini untuk kemakmuran yang disukai rakyatnya penjelasan ke Surakarta Surakarta. Penjelasannya, berisi tentang penarikan kembali tanah ange dan gaji kepada keluarga pada tanggal 28 Maret 1871. Mangkunegaran IV untuk melaksanakan tugasnya didikan, peduli nasib orang, begitu pula kepeduliannya terhadap hukum dan korupsi. Mangkunegara IV mendesak Residen Surakarta agar mengubah hukum menjadi hukum adat. Ini Hal itu ditindaklanjuti Residen Surakarta dengan mengirimkan surat kepada Gubernur Jenderal, No. 3515 Surakarta, tanggal 25 April 1873, yang di wilayah Kasunanan dan Mangkunegaran membentuk Kabupaten Pradoto. Hindia Belanda menyetujui usul Residen dengan Surat Keputusan Sekretaris Pemerintah Batavia No. 1302, tanggal 9 Juni 1873. Dengan Pengadilan afdeling-afdeling pradoto, oleh karena itu sejak tahun 1873, persoalan pengadilan terhadap masyarakat adat diambil atas pradoto pribumi dan tidak lebih dari tiga bulan telah ditangani
Konsep Wilayah Tengah Kepengarangan KGPAA Mangkunegara IV
KGPAA Mangkunegara IV adalah seorang raja dan penyair ulung. Hal ini dapat dibuktikan dengan berbagai karyanya.
Sastra. Ada yang merupakan ciptaannya sendiri, ada pula yang merupakan adaptasi dari banyak karya sastra kuno dan terkenal yang pernah ia baca. Beberapa di antaranya merupakan komposisi ulang karyanya terhadap karya-karya terkenal di masa lalu. Sebagai salah satu tokoh kerajaan Jawa khususnya Mangkunegaran, KGPAA Mangkunegara IV mempunyai jiwa dan kepribadian yang kuat, sejalan dengan nilai dan gagasan budaya Jawa. Gagasan dan pandangan hidup yang diungkapkan dalam karya-karyanya mencerminkan nilai-nilai budaya Jawa yang sesuai dengan kondisi zaman. Tidak dapat dipungkiri bahwa hasil karya tersebut juga dipengaruhi oleh lingkungan tempat KGPAA Mangkunegara IV dilahirkan dan dibesarkan. Berbagai permasalahan dalam karya-karya tersebut seringkali mewakili pemikiran masyarakat Jawa.
Elemen banyak di antaranya yang menulis tentang etika sosial sehari-hari, akhirat, pendidikan, ajaran moral, ketuhanan, ilmu kebatinan Jawa, dan lain-lain. Beberapa karya merupakan karya baru/adaptasi karya penyair-penyair terkenal zaman dahulu. Terdapat beberapa karya baru yang merupakan sintesis (campuran) dari banyak karya berbeda yang telah diadaptasi baik isi maupun bentuk lagunya. Dari ketiga teks yang disajikan dalam pembahasan ini, secara umum dapat dilihat konsep mana yang merupakan gagasan pokok. Pokok pikiran tersebut secara jelas tertuang dalam tiga karya sastra, yaitu Serat Widhatama, Serat Salokatama, dan Serat Darmawasita. Membaca ketiga kitab tersebut, kita akan melihat permasalahan pokok yang muncul dan dijelaskan secara umum oleh KGPAA Mangkunegara IV. Inti permasalahan atau fokus pengajaran dapat digolongkan dalam empat tema dasar, yaitu hubungan antar manusia, hubungan Manumia dengan Tuhan, watak atau sifat baik dan etos kerja.
Serat Kinanthi
Kinanthi secara khusus menjelaskan mengenai praktik disiplin yang dapat diterapkan untuk mencapai kesadaran dan kewaspadaan batin, termasuk mengurangi asupan makan dan tidur. Lari seperti kini mulai menjadi barang mewah karena dianggap tidak biasa. Keegoisan pribadi dan kelompok yang mempunyai hubungan dekat dengan pemimpin negara tersebut, mereka cenderung mendambakan kekuasaan demi memperkaya diri sendiri dan kelompoknya. Memperkaya diri sendiri dengan cara apa pun sering diberitakan di media, dan banyak kasus korupsi yang melibatkan para pemimpin negara sudah menjadi pemandangan biasa. Realitas menyedihkan dari tindakan korupsi yang sering diamati dan dilaporkan mungkin menunjukkan adanya persekongkolan dalam tindakan korupsi.
Hal seperti ini tidak bisa ditoleransi, itulah sebabnya kejahatan seperti korupsi sering dilakukan secara massal. Karena keserakahan dianggap biasa, korupsi sudah menjadi budaya. Kita dapat menerapkan ajaran Serat Wedhatama pada kepemimpinan agar upaya pencegahan korupsi dapat menjadi lebih efektif.
Keterkaitan kepemimpinan Sarat Wedhatama pada Serat Kinanthi dalam upaya pemberantasan korupsi:
1. "Eling lan waspodo" yaitu selalu dapat mengingat, unggul dan berperilaku
2. "Awya Mematuh Nalutuh" yaitu berartikan dapat menghindari tindakan marah
3. "Gonyak-ganyuk ngelinhsemi" yaitu tidak boleh bertindak tidak sopan dalam lingkungan khalayak umum harus menjaga tata krama
4. "Atetamba yen wus bucik" yaitu tidak bertindak setelah dirugikan atau dapat diartikan sebagai pemimpin yang mampu melakukan tindakan yang benar; Pengetahuan yang kurang, Terburu-buru untuk dianggap pintar, Terkontaminasi nafsu, Selalu merasa kurang, Tertutup pada kepentingan pribadi, Sulit menyatu dengan Yang Maha Kuasa.
5. "Kareme anguwus-uwus uwose tan ana, mung janjine muring-muring" yaitu Kemarahan tidak ada isinya selama ia marah, kemarahan itu diungkapkan kepada orang lain. Jangan pernah marah secara tak terkendali, dan ini bukanlah anti-kritik; Artinya pemimpin hanya bisa mengetahui dengan mulutnya, perkataannya disembunyikan, ditolak dengan enggan, mata terbuka lebar dan alis menyatu.
6. yaitu diartikan dengan Jangan bertindak sendiri, pikirkan baik-baik sebelum bertindak, dapat memposisikan dirinya dan mengikuti perintah Nggugu Karape Priyangga.
Pada ulasan ini, tindakan pencegahan dapat dilakukan. Meningkatkan kesadaran akan tingkat korupsi yang memalukan adalah proses yang tidak dapat dihindari untuk terus berlanjut bersama . Karena pada tahap ini adalah gangguan nalar, pengendalian diri. Korupsi kemudian terungkap melalui pemahaman isu memalukan . Etika muncul sebagai sistem pengetahuan baru. Tentu saja, hasil dari proses rekonstruksi pengetahuan ini tidaklah unik. Dan proses ini tidak statis melainkan dinamis. Dan di sinilah kerja politik dimulai kembali sehingga memunculkan apa dan siapa yang menjadi hegemonik pada saat-saat tertentu.
Kinanthi mengajarkan nilai-nilai pengendalian diri. Upaya ini dilakukan untuk menciptakan kekuatan yang diperlukan untuk melawan praktik korupsi yang meluas saat ini. Pengendalian diri, pada hakikatnya merupakan ajaran filosofis nenek moyang kita, merupakan sarana untuk melawan sikap serakah yang sering membekas dalam jiwa bejat. Matthew Arnold percaya bahwa menyebarkan budaya penting untuk memerangi keresahan sosial guna mencapai perbaikan sosial. Jadi, dengan pemahaman yang baik tentang kemandirian, akan mampu menghentikan penyebaran korupsi di negeri ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sabdacarakatama Ki. (2010) Serat Wedhatama: Karya Sastra K.GP.A.A. Mangkunagaro IV/Penyunting: Lilih Prilian Ari Pranowo cet. 1- Yogyakarta: Penerbit NARASI.
Wardhani Wahyu Novia. ISIP (2019), June 25-26, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Susilantini ndah. (1997), Penerbit: Direktorat Jenderal Kebudayaan.
S lindyastuti. (1997), Penerbit: Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya PusatDirektorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat JenderalKebudayaan
Komarudin Aji. (2014) Konsep Kepemimpinan Jawa K.G.P.A.A. Mangkunegara IV (Studi Terhadap Serat Wedhatama). Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H