Mohon tunggu...
Oktavia Iswari Nur Ramadhani
Oktavia Iswari Nur Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas: Ilmu Komunikasi Prodi: Public Relations Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Dosen pengampu: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Nama: Oktavia Iswari Nur Ramadhani Nim: 44223010151 Fakultas: Ilmu Komunikasi Prodi: Public Relations Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Dosen pengampu: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Kepemimpinan Sarat Wedotomo KGPAA Mangkunegara IV pada Upaya Pencegahan Korupsi

12 November 2023   23:04 Diperbarui: 12 November 2023   23:10 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara filosofis dan sastra, ia mempunyai pandangan yang sama dengan penyair besar seperti Sri Susuhunan PB. IX, R.Ng. Ronggowarsito. Memang sejak  naik takhta, ia sangat dekat dengan R. Ng. Ronggowarsito, pertemuan ini diadakan hampir setiap dua minggu sekali  untuk bertukar pikiran dan meningkatkan kesadaran. Padahal, selain penyair besar R. Ng. Ronggowar-sito, KGPAA. Mangkunagoro IV bisa juga disebut sebagai penyair besar terakhir. Namun, ketika dia kemudian naik takhta, dia tidak menerima julukan tersebut. KGPAA. Mangkunagoro IV, wafat pada  Jumat Luong, 6 Sawal Jimakir 1810 atau 8 September 1881, dalam usia 75 tahun dan bertakhta selama 25 tahun. Putra/putrinya berjumlah 32 orang,  10 diantaranya meninggal dalam usia muda dan dua orang putranya naik takhta berturut-turut sebagai KGPAA. Mangkunagoro V dan VI. Berikut sedikit sejarah KGPAA. Mangkunagoro IV yang karya dan pengabdiannya menunjukkan dirinya sebagai seorang prajurit, negarawan, pengusaha besar, dan tokoh kebudayaan. Selama ini sifat dan akhlaknya yang alim, ikhlas, dan berakhlak mulia, selalu sadar akan tugasnya sebagai penerus dinasti Mangkuna-garan.

K.G.P.A.A. Mangkunegara IV (1811-1881) merumuskan konsep ini dengan karya-karyanya yang berupa ijuk, salah satunya adalah ijuk.: Serat Wedhatama bermanfaat bagi pemimpin atau calon pemimpin masa depan, untuk membentuk “manusia prima” (manusia sempurna), salah satunya yang dikaitkan dengan “kepemimpinan” yang berbalut budaya, serta tidak mengabaikan aspek teologis (religius) sebagai pedoman hidup manusia di dunia. Serat Wedhatama merupakan istilah Jayabaya yang diciptakan oleh Prabu Jayabaya (1135-1157) untuk menyikapi realita zaman yang lekat dengan kepemimpinan, kini memasuki masa Sumbaga. 

Pertama, pemimpin bukan bawaan lahir melainkan harus dipikirkan dan dipersiapkan. Mangkunegaran IV adalah raja yang bukan keturunan Mangkunegaran III, melainkan as saudara dari Mangkunegaran III. Ia dipersiapkan oleh kakeknya untuk menjadi pemimpin karena kakeknya kecerdasan dan memiliki banyak keunggulan sejak kecil. Dia diasuh dengan kerajaan pendidikan dan juga kuat. Padahal dia mempunyai ilmu administrasi dan baik agama. Setelah dewasa ia menjadi calon pemimpin yang didukung Belanda. Dia
diangkat berdasarkan surat keputusan 16 Agustus 1857 pada usia 46 tahun dan untuk lebih disetujui sahnya diangkat, ia menikah dengan Raden Ayu Dunuk, sebagai anak sulung Mangkunegaran III dengan permaisuri dari Suryamijayan. Kepemimpinan di era milenial, hendaknya juga menjadi pemimpin siap. Mereka tumbuh menjadi pemimpin bukan karena keturunan melainkan diciptakan oleh Cricle, sang contohnya adalah terpilihnya pemimpin daerah dari binaan partai politik sebagai lingkaran politiknya, dibentuk berdasarkan pengalaman mereka di masyarakat dan dilegitimasi melalui suara terbanyak. Kedua, pemimpin harus mampu menjadi teladan bagi bawahannya, sehingga dapat membangun masyarakat yang baik dan menciptakan efektivitas pembangunan, karena diharapkan dapat bergairah milenial terhadap pemimpinnya. 

Mangkunegara IV juga merupakan raja yang memberikan nasehat atau doktrin yang baik bagi umatnya, yang ia tuliskan dalam karya sastra apalagi selama ini digunakan demikian seperti Serat Wedhatama, Tripama, Wirawiyata, Manuhara, Nayakawara, Yogatama, Parimnita, Pralambang Lara Kenya, Langenswara, Sriyatna, Candrarini, Paliatma, Salokatama, Darmawasita dan lain-lain. 


Kepemimpinan Mangkunegara di Era Milenial

Pemimpin di era milenial dengan pemilu yang demokratismembangkitkan semangat untuk mengikuti kinerja pemimpin dalam pembangunan. Mereka juga punya teladan di era kepemimpinannya seperti Gusdur tentang pluralisme. Ketiga, pemimpin yang inovatif karena inovasi merupakan hal yang penting dalam organisasi memimpin (Rachman dan Jakob, 2018). Menurut Pringgadigda , Mangkunegaran adalah seorang
asas pencetus perekonomian perkebunan modern. Di bidang keamanan, ia mendirikan polisi

unit yang menerima laporan kasus, menjalankan surat instruksi dan membantu masyarakat. Itu Polisi pada saat itu tidak bekerja sendiri melainkan mempunyai beberapa bawahan yaitu carik, lurah, langsir (Hussar bersenjatakan tombak) wibasana dan wadana gunung [10]. Di polisi juga punya kecerdasan yang disebut margatama. Margatama bertugas melaporkan segala hal yang mencurigakan.
Margatama mempunyai bawahan yaitu Margayuda Nagara dan Juru Karya Peksa dengan bawahannya margayuda desa [11]. Mangkunegaran IV juga mendirikan lembaga pendidikan Legiun Mangkunegaran dengan mengambil semua peraturan dan tata cara dari Eropa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan dinamai “Layang Pranatan Soldat Sekul”. Prosedur penerjemahan prajurit ini dibantu temannya, bernama Carl Friedrich Winter, putra penerjemah bahasa Jawa, Johannes Wilhelmus Musim dingin. Pemimpin di era milenial pun banyak melakukan inovasi, salah satunya adalah Ridwan Kamil inovasi pengembangan program smart city, bank sampah, dan kampung hijau. Joko Widodo dengan Kartu Indonesia Sehat (KIS) atau asuransi kesehatan dan KIP (Kartu Indonesia Pintar)
atau bantuan pendidikan. Anis Baswedan dengan naturalisasi sungai untuk mencegah banjir dan lain-lain.


A. Para pemimpin di era milenial mendukung kemandirian dan semangat kewirausahaan. Mangkunegara IV juga mempunyai prinsip kemandirian dan jiwa kewirausahaan, terbukti beliau mempunyai perkebunan kopi besar yang dikelola seperti perkebunan Eropa di zaman kerajaan wilayah. Ia harus mengembangkan ekspor pertanian khususnya kopi dan tebu. Dia juga memiliki pabrik gula di Colomadu dan Tasikmadu yang mesinnya didatangkan dari Eroupe dan produknya diekspor ke Eropa. Ia juga sudah banyak menjalin kerja sama ekonomi yang menguntungkan antara Jawa dan Belanda. Kerjasama tersebut diwujudkan dengan bantuan modal dari
Nederlandsche Handelmaatschappij di Semarang dan Maatschappij pembuat gula pabrik di Colomadu dan Tasikmadu berkembang. Kedua pabrik ini menjadi pabrik percontohan, yang banyak dikunjungi pejabat dan orang asing. Selain itu pabrik gula juga ada mendirikan pabrik pengolahan nila pada tahun 1880 yang produknya diekspor ke Eropa. Itu Tanaman yang diperoleh untuk menunjang peningkatan ekonomi selain tebu adalah kina dan pala yang ditanam di lereng gunung Lawu. Bisnis lainnya adalah pabrik sisal di mentotulakan, pabrik kue di Polokarto, pabrik batu bata dan genteng di Kemiri, dan hutan produk di Wonogiri. Pemimpin di era milenial juga seperti Mangkunegaran IV, punya bisnis keluarga besar seperti Jokowi dengan perusahaan furnitur, Hari Tanoe Sudibyo dengan MNC

B. Para pemimpin di era milenial memanfaatkan perangkat komunikasi untuk memperkuat kepemimpinannya. Seperti halnya Mangkunegara IV di bidang komunikasi, pada tahun 1863 sudah ada layanan pos. Pelayanan pos didirikan untuk memperlancar komunikasi antar Mangkunegaran dengan wilayahnya dan pemerintah Belanda. Pelayanan pos tidak hanya di wilayah domestik saja
tapi bisa mengirim pesan ke Belanda. Pada tahun 1976 layanan telegram dibuka.

C. Pemimpin milenial harus berani dan pantang menyerah. Mangkunegara IV adalah pemimpin yang terhormat. Hebatnya, ia melakukan perlawanan melalui tulisan pena, itu sudah cukup membuat penjajah mundur. Demikianlah contoh sikap utama dalam menjunjung tinggi etika perang menurut jawa yaitu “nglurug tanpa bala, digdaya tanpa aji, dan menang tanpa ngasorake”. Kemenangan diraih secara kesatria, tanpa melibatkan banyak orang, tanpa senjata yang membunuh orang dan tidak pernah mempermalukan musuh. Apalagi Mangkunegara IV memperkuat hukuman atas kasus suap dengan mengeluarkan undang-undang “Layang Pranatan tentang Larangan Suap Tahun 1854”, isinya:

a. Orang yang menginginkan kedudukan seperti ngabei, demang, rangga dan bekel,
dilarang menyuap dengan uang atau benda lain yang mempunyai nilai.
b. Jika berhasil mendapatkan jabatan, dilarang meminta bayaran kepada bawahan.
c. Siapa pun yang melanggar perintah ini, memberi atau menerima suap, akan mendapat hukuman yang adil Kepemimpinan di era milenial mengedepankan penegakan keadilan dan juang korupsi. Sejak tahun 1995, Transparansi Internasional telah diterbitkan setiap tahunnya Indeks Presepsi Korupsi (CPI) yang memeringkat negara-negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun