Allahu….akbar…! Allahu….akbar…! Allahu….akbar…!
Allahu….akbar…! Allahu….akbar…! Allahu….akbar…!
Allahu….akbar…! Allahu….akbar…! Allahu….akbar…!
Mereka berarakan keliling kampung. Kadang koor ini berhenti juga. Bisa karena cape atau menghindar dari kejaran anjing beberapa tetangga. Saat mereka melewati rumah yang berawas anjing galak itu mereka sengaja memelankan langkah mereka dan para penabuh beduk non-aktif sementara. Lalu terdengarlah jelas teriakan itu,
BAPAK…………………!
Semua kru koor diam sesaat. Lalu setelah teriakan itu berulang ketiga kalinya dengan iringan rintih tangis, mereka mulai berhamburan ke arah rumah asal suara itu.
BAPAK……..!
Semuanya terdiam. Dengan jelas mereka dapat melihat tali itu tergantung pada balok penyangga atap. Ujungnya melingkari leher seorang lelaki yang kakinya belum lagi menjejak tanah, bergelantungan pada tumpuan leher yang terikat tali. Kedua matanya melotot lebar dan lidahnya menjulur kaku. Sementara, istrinya memegang kakinya menangis tak berdaya.
Ibu….aku bawa baju baru dari Haji Malik.
Ali yang menyentak pintu masuk dengan heran bertanya di hati, kenapa rumah ramai sekali? Setelah di dalam, dia telah melihat ayahnya tergeletak pucat. Sebungkus kantung plastik telah lepas dari tangannya tanpa disadari. Bapaknya telah mati kaku, gantung diri!
Bapak gak pake baju baru?