Mohon tunggu...
Okalaksana Sadikin
Okalaksana Sadikin Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Islam Indonesia Sunda bersatu dalam diri semoga menjadi kebaikan semesta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jalan Keadilan Cinta Wanita Papua

8 Januari 2019   12:38 Diperbarui: 8 Januari 2019   13:21 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Popi Irianti tercenung lama. Entahlah apakah pernikahan ini harus diteruskan atau disudahi saja. Banyak saran seperti dari Bang Sulaiman, Ka Vina Atu dan Bang Marshal beserta tetangganya agar dia meminta cerai dari Mas Indra Jaya. Alasan mereka mas Indra hanya memanfaatkan kekayaannya sebagai istri kedua. Dan memang terkadang Popi merasa Mas Indra lebih perhatiannya dengan istri pertamanya Jovana Sukasu. Iri atau cemburunya dengan mbak jov yang terlihat kinclong dan sintal sementara dirinya sudah hitam keriting, merasa makin kumal dan garing.

Mas Indra pernah berkata " Jovana itu juga kaya, dan dia berpendidikan pula. Wajar kalau dia berpenampilan seperti itu".

"Jadi aku karena tidak berpendidikan maka wajar berpenampilan gembel?" Sembur Popy sakit hati.

"Bukan begitu maksud mas".

"Kamu harus berusaha meningkatkan pengetahuanmu. Jangan merasa terancam dengan penampilan seseorang. Kamu cantik dengan semua anugerah tuhan padamu. Bahagialah dengan yang kamu punya tanpa malas untuk selalu menjadi lebih baik".

"Jadi mas menuduh aku malas??" Popy makin merajuk.

Indra Jaya menghela nafas. Sulit sekali menghadapi wanita dengan emosi. Apapun ditanggapi salah. Indra kesal dengan hasutan hasutan tetangga. Sebelumnya Popy anteng-anteng saja. Dia menikahi popy pun tanpa paksaan. Popy ikhlas untuk menjadi istri keduanya. Pertama kali malah Popy yang memintanya untuk menikahinya. Karena Popy ingin lepas dari cengkeraman Nico si bule itu.

***

" Aku lelah dengan semua pertengkaran ini dik"

"Andaikan saja aku punya sedikit ketidakpedulian, aku akan membebaskanmu jika itu maumu"

" Namun aku terlalu peduli akan masa depanmu"

"Apa kamu yakin kesendirianmu adalah yang terbaik?"

"Apa kamu yakin Nico akan berhenti mengganggumu lagi?"

"Mungkin dia tidak akan berani menujukkan batang hidungnya setelah kupecundangi. Namun kesendirianmu mungkin akan membuat Sam atau Ozi datang untuk memperalatmu karena kamu punya harta yang mereka perlukan"

"Katakan kalau Marshal dan Solomon tak akan numpang hidup denganmu"

"Lihatlah kehidupan mereka, hujan deras pun dapat membuat rumah mereka tersapu banjir"

"Dan kamu lebih percaya pada mereka yang hanya memberimu kekhawatiran daripada aku yang selalu ingin membuatmu siap menyongsong masa depan?"

"Tidak cukupkah apa yang aku lakukan sekarang. Memutar otak agar hartamu bisa membuatmu lebih berkembang?"

"Anak kita Jaypur dan Manori sudah besar sekarang. Mungkin mereka pun ingin mandiri. Tapi kemandirian macam apa? "

"Jangan kau bilang menjual tanah dan menghabiskan untuk minuman keras sebagai kemandirian"

"Aku ingin anak kita bisa seperti anakku yang lain. Terus menerus membangun dirinya"

"Aku sedih ketika uang yang kuberikan seperti lenyap begitu saja. Dan ketika kutanya mereka meradang seolah itu adalah uang haknya sehingga bebas untuk mereka belanjakan apa saja."

"Apa kau yakin Marshal atau Solomon memikirkan hal itu?"

Popi hanya terdiam, baru kali ini mas Indra memuntahkan isi hatinya. Setelah sekian lama dia diam dan bertahan untuk tetap bersamanya. Akankah perpisahan mendekati masanya atau... Popi mencoba membayangkan masa depannya tanpa Mas Indra.

***

Popi berkhayal hidupnya lebih baik tanpa Indra. Harta kekayaannya semakin berlimpah dan penampilannya pun bisa menyaingi Jovina dan Indra digelayuti sesal karena menceraikannya. Tapi kemudian khayalan itu diganggu pertanyaan-pertanyaan Indra. Tidakkah kesendiriannya akan mengundang berbagai hidung belang, seperti Solomon yang miskin ataupun Sam yang sok kuasa. Sementara anak anaknya masih belum tahu kejamnya dunia. Yang dia tahu semua rengekannya akan menghasilkan uang darinya.

Popi mengenang masa lalu ketika papanya Frans meminta bantuan Indra untuk menghadapi Nico yang posesif. Nico yang tampan dan kaya raya tapi punya sifat buruk sering mengeksploitasi wanita. Papanya Frans tidak suka, terlebih Nico adalah bule yang jauh tinggalnya di ujung lautan. 

Indra telah mengusir Nico untuk tidak datang lagi mendekati Popy. Kemudian mereka pun menikah. Namun tak seperti kisah cindrella mereka hidup selama-lamanya, ternyata banyak godaan menerpa. Ketika anak mereka hanya satu Jaypur, banyak tetangga yang mengatakan bahwa perhatian Indra pada Popi bahkan pada Jaypur sangat kurang. Namun Indra dengan pesonanya membujuk Popi sehingga akhirnya melahirkan anak kedua: Manori. 

Popi sekarang sedikit berubah, dia bukan lagi gadis lugu yang cuma tahu kebon singkong. Sekarang Popi telah menjelma menjadi juragan emas. Namun seiiring interaksinya dengan dunia luar, diapun mulai mempertanyakan keadilan cinta Indra. Wajah Jovina pun selalu terbayang. Ketika jovina berhiaskan emas, dia mulai bertanya tidakkah itu emas yang dicuri dariku??

***

Hari ini Indra berada di rumah Jovina. Dia ingin menjauh dari permasalahannya dengan Popi. Namun ternyata maslah serupa tungau, ketika dia sudah menempel di badan kita maka dia akan menggigit kita dimanapun kita berada.

"Mas, siapa yang kamu lebih kamu sayangi, aku atau Popi?"
Jovina bertanya.

"Apa maksudmu??" Indra menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.

"Tentu saja aku sayang kamu lebih ...kamu adalah cinta pertamaku" Indra merayu

"Kalau begitu ceraikanlah dia... tunggu apa lagi?".

"Aku bosan denga gunjingan teman yang mencemoohku pemakan harta wanita tak berdaya"

"Padahal aku pun mampu membeli perhiasan ini tanpa sepeser pun dari kekayaan Popi" Jovina mulai berapi-api.

"Tapi kalau emang mas lebih sayang kepada dia, silakan mas pergi dari sini".

"Aku yakin aku bisa hidup mandiri"

"Tentu saja kau bisa mandiri, dan kamu pun bisa membiarkan aku merana karena cintaku tak berbalas".

"Tapi Popi belum mandiri. Lelaki macam apa aku ini yang meninggalkan istrinya begitu saja"

"Tidak kah kau kasihan melihat penderitaan Popi? Tidak inginkah kamu menjadikan Popi sebagai wanita utama seperti dirimu. Cerdas dan mempesona?"

"Sepertinya kalian sesama wanita harusnya saling mendukung satu sama lain. Jangan justru saling menjatuhkan"

" Jangan membuat lelaki pusing dan mencari perempuan lain "

"Mas... " Jovina melunak.

"Jangan cari perempuan lain cukup aku dan Popi di hatimu"

"Yang aku ingin hanya satu..., hentikanlah gunjingan bahwa aku menggunakan kekayaan Popi untuk mempersyantik diri. "

***

Indra sejatinya trauma dengan perceraian. Setelah dia membela Delia Lorosa sedemikian rupa, ternyata akhirnya berpisah juga. Delia janda portugis yang semula bahagia menjadi istrinya, terkena hasutan Ozy bule agar lepas darinya. Ozy meyakinkan Delia kalau dia berpisah dari Indra tentu akan lebih bahagia. Kenyataannya Delia lorosa sekarang adalah janda miskin yang pura bahagia. Indra tk ingin Popi megalami hal yang sama.

"Dik..." Indra berkata pelan pada Popi

"Aku sudah bepikir matang-matang, aku ingin membahagiakanmu. Dan aku ingin bahagia bersama"

"Cukuplah perpisahanku dengan Delia jadi pelajaran"

"Perih hatiku sebenarnya melihat dia merana. Namun itu pilihannya"

"Aku akan melepaskanmu jika kamu mau... dan juga mampu untuk mandiri"

"Namun aku selalu berharap kamu selalu di sisiku"

"Pernikahan kita bukanlah waktu sebentar. Banyak hal yang sudah kita lewati"

"Jangan lagi kau berharap mengibarkan bintang kejora di rumah Kita, cukuplah merah putih berkibar di rumah kita"

Popi mengangguk pelan. Dia pun membayangkan kisah cintanya seperti dalam buku cerita: Dan akhirnya mereka bahagia selama-lamanya.

Biak,  Agustus 2018

Menjelang HUT RI ke 73 dan 55 tahun kebersamaan dengan Papua. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun