Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Peringatan Hari Buruh di Tengah Gempuran AI sebagai Substitusi Tenaga Manusia: Sebuah Refleksi

1 Mei 2024   00:02 Diperbarui: 1 Mei 2024   03:52 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demo Hari Buruh di Jawa Tengah (Kompas.com/Andhi Dwi)

Hari Buruh yang diperingati setiap 1 Mei memiliki sejarah yang panjang. Hari Buruh Internasional ditetapkan untuk mengenang peristiwa Haymarket di Chicago, Amerika Serikat pada 1 Mei 1886. 

Di Indonesia sendiri sejak 2013, pemerintah telah menetapkan 1 Mei sebagai hari libur nasional dalam rangka memperingati Hari Buruh melalui Kepres (Keputusan Presiden) Nomor 24 Tahun 2013. 

Setiap tahun, Hari Buruh ini diperingati dengan berbagai aksi dan dan demo dari para buruh dan pekerja. Mereka menuntut hak mereka sebagai pekerja. 

Meski demikian hemat saya, kali ini peringatan Hari Buruh Internasional harus dimaknai secara lain dengan refleksi yang lebih serius. 

Refleksi ini sangat diperlukan sebab mau tidak mau, para pekerja akan menghadapi berbagai gempuran kecerdasan buatan yang akan mengambil alih pekerjaan manusia di seluruh dunia.

Aksi-aksi dan demo menuntut hak para buruh dan pekerja memang perlu dilakukan. Tetapi aksi dan demo bersama itu harus sampai juga pada refleksi bersama baik itu para pekerja, pemberi kerja maupun para pengambil kebijakan dalam hal ini pemerintah.

Semua komponen tersebut, di hari buruh ini seharusnya duduk bersama dalam satu panggung diskusi yang hangat untuk bersama-sama mencari solusi dalam menghadapi tantangan dunia kerja ke depannya.

Hal utama yang harus menjadi diskursus yaitu peran AI yang perlahan-lahan sudah menggantikan peran manusia dalam beberapa pekerjaan manusia.

Kita tidak bisa memungkiri kenyataan bahwa banyak pekerjaan-pekerjaan yang dulunya mengandalkan tenaga manusia, kini sudah diganti dengan mesin pintar yang dikendalikan dengan kecerdasan buatan atau AI.

Bisa saja beberapa dekade ke depan, AI akan mengambil alih semua pekerjaan manusia.

Fakta ini tidak harus membuat kita takut. Tetapi justru membuat kita tertantang untuk lebih maju lagi terutama dalam pemanfaatan teknologi-teknologi canggih yang ada.

Untuk itu dibutuhkan refleksi sebagai persiapan untuk menghadapi ledakan perkembangan teknologi dan otomatisasi industri yang lebih mengandalkan artificial intelligence (AI).

Laporan dari Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) sebagaimana dicatat oleh VOA menyatakan bahwa sekitar 25 persen pekerjaan yang dipegang oleh pekerja-pekerja di negara-negara terkaya di dunia telah diambil alih oleh artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang semakin mirip manusia.

Di samping itu, para pejuang yang prihatin terhadap para pekerja juga telah mewanti-wanti bahwa suatu saat AI pasti akan mengambil alih sebagian besar pekerjaan yang selama ini dikerjakan oleh manusia.

Pertanyaan besarnya, apabila ini terjadi, ke manakah para buruh dan pekerja yang tenaganya telah diambil alih oleh AI?

Hal ini tentu menyebabkan kekhawatiran yang sangat besar. Substitusi tenaga manusia dengan AI cepat atau lambat pasti akan terjadi bila mengacu pada perkembangan ilmu dan teknologi yang berkembang saat ini.

Untuk itu, para pembuat kebijakan perlu membantu para pekerja untuk mempersiapkan diri menghadapi perubahan tersebut sambil memanfaatkan berbagai peluang yang dihadirkan oleh AI.

Survei Glints dan Monk's Hill Venture (MHV) menyatakan bahwa pekerjaan seperti produksi konten, layanan pelanggan, pemasaran dan penjualan, teknologi informasi, analisis data, dan bidang administrasi merupakan bidang-bidang kerja manusia yang berpotensi digantikan oleh AI. Survei ini sendiri melibatkan responden dari kalangan pendiri dan pegawai perusahaan startup yang ada di Indonesia, Singapura, Vietnam, dan Taiwan.

Sementara itu menurut laporan terbaru WEF (World Economic Forum) diperkirakan dalam kurun waktu lima tahun ke depan ada sekitar seperempat pekerjaan di seluruh dunia akan terpengaruh oleh kehadiran teknologi kecerdasan buatan ini.

Maka hal yang harus direfleksikan pada hari buruh ini adalah apa yang harus dipersiapkan oleh para pekerja menghadapi goncangan ini. Apakah berdiam diri? Apakah takut?

Meski terjadi pergeseran besar-besaran dalam pekerjaan, tetapi peluang karier masih terbuka lebar bagi mereka yang dapat beradaptasi dengan teknologi baru ini.

Teknologi AI sebenarnya memberikan kesempatan kepada para pemimpin bisnis untuk merestrukturisasi dan mendefinisikan ulang pekerjaan yang dilakukan manusia.

Di sisi lain, banyak ahli percaya bahwa AI dan berbagai teknologi canggih seharusnya dapat meningkatkan nilai pekerjaan manusia.

Untuk itu yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan dan skill para pekerja dalam menggunakan teknologi-teknologi cerdas tersebut.

Manusia harus terus berkembang dan berjuang agar semua kecerdasan buatan yang diciptakan itu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi umat manusia.

Bukankah sejak manusia diciptakan, ia selalu mencari segala cara untuk memudahkan semua pekerjaannya?

Sudah saatnya para pekerja atau buruh juga perlu beradaptasi dengan situasi dan tuntutan baru dari AI dan mesin-mesin canggih yang akan menggantikan tenaga manusia.

Saya kira posisi manusia masih tetap menjadi sentral atau pusat dari kerja itu sendiri. Sebab mesin, apa pun itu, meski sangat canggih sekalipun harus dikendalikan oleh manusia.

Oleh sebab itu, manusia sudah harus mengalihkan perhatiannya dari pekerjaan-pekerjaan yang bisa dikerjakan oleh mesin-mesin pintar ciptaannya.

Maka sekali lagi manusia harus fokus pada penguasaan teknologi agar teknologi-teknologi yang ada bisa benar-benar berguna dan bermanfaat bagi kesejahteraan manusia dan bumi secara keseluruhan.

Hari buruh harus menjadi momentum bagi para buruh dan pekerja untuk menuntut para pengambil kebijakan untuk mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantang-tantangan baru di dunia kerja terutama soal AI.

Berjuang untuk mendapatkan hak-hak sebagai pekerja melalui aksi dan demo adalah sah-sah saja. Tetapi aksi-aksi dan demo tersebut juga sudah harus sampai pada refleksi bagaimana meningkatkan kompetensi diri menghadapi perkembangan teknologi dan kecerdasan buatan yang begitu pesat.

Sekali lagi, peringatan hari buruh harus dijadikan momentum bersama, baik serikat para pekerja atau serikat buruh, pengusaha, dan pemerintah untuk mewujudkan ekosistem kerja yang fleksibel. Termasuk di dalamnya, mempersiapkan instrumen-instrumen kebijakan mengenai para buruh dan artificial intelleigence yang sudah sangat maju saat ini.

Sebab sudah diungkapkan, kecerdasan buatan atau AI itu hanya bersifat melengkapi manusia bukan menggantikannya.

Para pekerja hanya perlu mempersiapkan dan memperlengkapi diri dengan kompetensi-kompetensi yang diperlukan sebagai bagian dari adaptasi terhadap perkembangan Iptek saat ini.

Para buruh dan pekerja tidak perlu cemas dan takut menghadapi gempuran AI yang akan menggantikan tenaga mereka. Kehadiran AI justru semakin meringankan beban kerja sebagai pekerja.

Para pekerja hanya membutuhkan adaptasi dan inovasi agar bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan AI.

Dan justru di posisi inilah, refleksi bersama di Hari Buruh ini diletakkan. AI bukan musuh para buruh dan pekerja tetapi sahabat atau teman yang akan menyempurnakan pekerjaan mereka.

Oleh sebab itu jangan takut dengan gempuran AI yang akan mensubstitusi tenaga para pekerka. Jadikan dia sebagai sahabat dalam menyempurnakan kerja para buruh dan pekerja.

Selamat Hari Buruh.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun