Teknologi AI sebenarnya memberikan kesempatan kepada para pemimpin bisnis untuk merestrukturisasi dan mendefinisikan ulang pekerjaan yang dilakukan manusia.
Di sisi lain, banyak ahli percaya bahwa AI dan berbagai teknologi canggih seharusnya dapat meningkatkan nilai pekerjaan manusia.
Untuk itu yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan dan skill para pekerja dalam menggunakan teknologi-teknologi cerdas tersebut.
Manusia harus terus berkembang dan berjuang agar semua kecerdasan buatan yang diciptakan itu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi umat manusia.
Bukankah sejak manusia diciptakan, ia selalu mencari segala cara untuk memudahkan semua pekerjaannya?
Sudah saatnya para pekerja atau buruh juga perlu beradaptasi dengan situasi dan tuntutan baru dari AI dan mesin-mesin canggih yang akan menggantikan tenaga manusia.
Saya kira posisi manusia masih tetap menjadi sentral atau pusat dari kerja itu sendiri. Sebab mesin, apa pun itu, meski sangat canggih sekalipun harus dikendalikan oleh manusia.
Oleh sebab itu, manusia sudah harus mengalihkan perhatiannya dari pekerjaan-pekerjaan yang bisa dikerjakan oleh mesin-mesin pintar ciptaannya.
Maka sekali lagi manusia harus fokus pada penguasaan teknologi agar teknologi-teknologi yang ada bisa benar-benar berguna dan bermanfaat bagi kesejahteraan manusia dan bumi secara keseluruhan.
Hari buruh harus menjadi momentum bagi para buruh dan pekerja untuk menuntut para pengambil kebijakan untuk mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantang-tantangan baru di dunia kerja terutama soal AI.
Berjuang untuk mendapatkan hak-hak sebagai pekerja melalui aksi dan demo adalah sah-sah saja. Tetapi aksi-aksi dan demo tersebut juga sudah harus sampai pada refleksi bagaimana meningkatkan kompetensi diri menghadapi perkembangan teknologi dan kecerdasan buatan yang begitu pesat.